Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Jangan salahkan Allah jika Dia menangguhkan penerimaan doamu dan jangan pula kau jemu untuk berdoa. Sebab sesungguhnya jika kau tak memperoleh, kau pun tak rugi. Jika Dia tak segera menerima doamu di kehidupan duniawi, maka Dia akan menyisakan bagimu pahala di kehidupan kelak”. Rasulullah SAW bersabda, "Pada Hari Kebangkitan, hamba-hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalnya berbagai amal yang tak dikenalinya. Lalu, dikatakan kepadanya bahwa itu adalah balasan dari doa-doanya di kehidupan dunianya yang belum dikabulkan disana."
Saat engkau berdoa, kau juga harus selalu berada dalam dua keadaan, yakni kesadaran untuk selalu berzikir kepada Allah, dan kesadaran untuk mentauhidkan-Nya, sepanjang waktu, setiap saat, siang atau malam, sehat atau sakit, suka atau.duka. Atau, tahan saja doamu sambil menunjukkan keridhaan dan kepasrahan menerima kehendak Allah.
Seperti jasad mati di hadapan orang memandikannya, atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan, ketehuilah, takdir pun membolak-balikkan dirimu sekehendak-Nya”. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Adab As-Suluk wa at-Tawassul ila Manazil al-Muluk).
2). RAHASIA ZIKIR UNTUK MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH
Ibn ‘Abbas r.a. menuturkan, “Ketika Allah Swt. menciptakan ‘Arasy, maka Allah memerintahkan para malaikat pemikul ‘Arasy agar memikul ‘Arasy tersebut. Lalu mereka merasa berat memikulnya, maka Allah Swt. berfirman, ‘Bacalah, ‘subhanallah.’ Para malaikat itu pun membaca, ‘subhanallah,’ hingga mereka merasa ringan memikul ‘Arasy.
Malaikat-malaikat itu terus membaca subhan allah sepanjang masa, sampai Allah SWT menciptakan Nabi Adam. Ketika Nabi Adam bersin, maka Allah SWT. mengilhamkan kepadanya agar membaca al-hamdu li-allah. Maka, Allah Swt. berfirman, ‘Yarhamuka Rabbuka (semoga Tuhanmu merahmatimu). Karena itulah, Aku mciptakanmu, wahai Adam.’ Para malaikat berkata, ‘Ini adalah kalimat ke dua yang agung, kami tidak boleh melupakan kalimat ini. Mereka menyambungkan kalimat tersebut dengan kalimat pertama. Sehingga sepanjang masa malaikat mengucapkan, ‘Subhan allah wal hamdu li-allah.’
Malaikat-malaikat terus membaca kalimat tersebut sampai Allah mengutus Nabi Nuh a.s. Dalam sejarah disebutkan bahwa kaum Nabi Nuh adalah orang pertama yang menjadikan berhala sebagai sesembahan. Lalu Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Nuh agar ia menyuruh kaumnya untuk mengatakan, ‘la ilaha illa allah,’ hingga Allah meridai mereka. Malaikat berkata, ‘Ini adalah kalimat ketiga yang akan kami gabungkan dengan dua kalimat sebelumnya.’
Mereka pun mulai mengatakan Subhan allah wal hamdu li-allah wala ilaha illa allah. Kalimat ini terus diucapkan oleh para malaikat sepanjang masa, sampai Allah SWT mengutus Nabi Ibrahim a.s. Allah Swt. memerintahkan agar Nabi Ibrahim mengurbankan anak kesayangannya, Isma‘il.
Kemudian Allah menggantinya dengan seekor domba. Ketika Ibrahim melihat domba itu, maka ia berkata, ‘Allahu Akbar,’ sebagai luapan kegembiraannya. Malaikat berkata, ‘Ini adalah kalimat keempat yang agung. Kami akan menggabungkannya dengan tiga kalimat sebelumnya.’
Akhirnya, para malaikat itu mulai mengucapkan, ‘Subhan allah wal hamdu li-allah wala ilaha illa allah wa Allahu Akbar.’ Waktu malaikat Jibril menceritakan hal ini kepada Rasulullah saw., maka karena kekagumannya, beliau berkata, ‘La hawla wala quwwata illa billah al-‘ali al-‘azhim.’ Maka, Jibril berkata, ‘Ini adalah kalimat penutup dari empat kalimat sebelumnya.’”
Abu Hurairah r.a. juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Siapa bertasbih kepada Allah 33 kali setiap kali selesai salat; bertahmid kepada Allah sebanyak 33 kali; dan bertakbir kepada Allah 33 kali; maka, totalnya 99 kali. Kemudian ia menggenapkannya menjadi 100 dengan bacaaan ‘La ilaha illa Allah wahdahu la syarika lah lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa huwa ‘ala kulli syay’in qadir. Maka, Allah akan mengampuni semua kesalahan-kesalahannya, meskipun sebanyak buih lautan.” (HR Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan pula bahwa Nabi Musa a.s. mengatakan, “Wahai Tuhanku, bagaimana saya dapat membedakan antara orang yang Engkau cintai dengan orang yang Engkau benci?’ Allah SWT menjawab, ‘Hai Musa, sesungguhnya jika Aku mencintai seorang hamba, maka Aku akan menjadikan dua tanda kepadanya.’ Musa bertanya, ‘Wahai Tuhanku, apa kedua tanda itu?’
Allah SWT menjawab, ‘Aku akan mengilhamkan kepadanya agar ia berzikir kepada-Ku agar Aku dapat menyebutnya di kerajaan langit dan Aku akan menahannya dari lautan murka-Ku agar ia tidak terjerumus ke dalam azab dan siksa–Ku. Hai Musa, jika Aku membenci seorang hamba, maka Aku akan menjadikan dua tanda kepadanya.’ Musa bertanya, ‘Wahai Tuhanku, apa kedua tanda itu?’ Allah SWT menjawab, ‘Aku akan melupakannya berzikir kepada-Ku dan Aku akan melepaskan ikatan antara dirinya dan jiwanya, agar ia terjerumus ke dalam lautan murka-Ku sehingga ia merasakan siksa-Ku.’” (Syekh 'Abd al-Hamid Anquri dalam Munyah al-Wa‘izhin wa Ghunyah al-Muta’azhzhin).
3). KETAATANMU KEPADA ALLAH UNTUK DIRIMU SENDIRI
“Ketaatanmu tidak bermanfaat untuk-Nya dan maksiatmu tidak mendatangkan bahaya kepada-Nya. Allah memerintahkan ini dan melarang itu tidak lain hanyalah untuk kepentingamu sendiri”. (Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam).
Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa ketaatanmu tidak bermanfaat bagi Allah, karena Dia Mahakaya, tidak membutuhkan alam semesta dan amal ibadah makhluk. Maksiatmu juga tidak mendatangkan bahaya apa-apa kepada Allah, karena Allah Mahajauh dari perbuatan bahaya yang dilakukan makhluk-Nya.
Allah memerintahkanmu taat dan melarangmu bermaksiat, tak lain untuk maslahat dan manfaat dirimu sendiri di dunia dan akhirat, Namun, perlu diingat bahwa memberi manfaat, bukan kewajiban yang harus ditunaikan-Nya, tapi hanya sebuah bentuk karunia dari-Nya. (Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam, dengan syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi).
4). NASIHAT UWAIS AL-QARNI TENTANG REZEKI
Imam Uwais Al-Qarni mengatakan: “Allah SWT tidak menerima ibadah dan ketaatanmu meskipun itu sebanyak ibadah seluruh penghuni langit dan bumi, sampai engkau percaya kepada jaminan-Nya.” Lalu, beliau ditanya, “Apa yang engkau maksud dengan percaya kepada jaminan-Nya itu?”
Beliau menjawab, “Yakinlah kepada jaminan Allah untuk memberi rezeki kepadamu. Yakinlah dengan itu, lalu curahkan dirimu untuk beribadah kepada-Nya.” (Dikutip dari Kitab Minhajul ‘Abidin karya Imam Al-Ghazali).
5). PESANAN ALLAH DI DALAM HADIST QUDSI
“Wahai hamba-Ku, Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku jadikan ia sebagai sesuatu yang haram di antara kalian. Karena itu, jangan kalian saling menzalimi. Wahai hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali yang telah Aku beri makan.
Wahai hamba-Ku kalian semua telanjang, kecuali yang Aku beri pakaian. Karena itu, mintalah pakaian kepada-Ku pasti Aku beri kalian pakaian. Wahai hamba-Ku, kalian senantiasa berbuat salah siang dan malam, sementara Aku mengampuni semua dosa kalian. Karena itu, mintalah ampunan kepada-Ku pasti Aku mengampuni kalian.
Wahai hamba-Ku, kalian semua tidak akan bisa memberikan bahaya kepada-Ku sehingga mencelakakan-Ku dan tidak akan bisa memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku, seandainya generasi yang terdahulu dari kalian dan yang terakhir dari kalian, serta seluruh jin dan manusia jahat seperti jahatnya orang di antara kalian, meminta kepada-Ku maka Aku akan memberikannya. Hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada pada-Ku sedikitpun, kecuali seperti jarum yang dimasukkan ke dalam lautan.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatan kalian. Aku akan mencatat semuanya untuk kalian kemudian membalasnya. Barangsiapa yang mendapat kebaikan, hendakinya ia bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, barangsiapa yang mendapatkan selain itu, janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.” (Hadis Qudsi-HR Muslim)
6). ORANG-ORANG PILIHAN ALLAH
Dzun Nun al-Mishri pernah ditanya oleh muridnya, “Apa ciri seseorang yang telah mencapai derajat khawash (orang istimewa), orang-orang pilihan Allah?” Ia menjawab, “Cirinya ada empat: pertama, orang tersebut telah mampu menghilangkan waktu istirahatnya untuk diisi dengan amalan. Kedua, ia berani bersedekah dengan sedikit harta yang dimilikinya. Ketiga, ia nyaman tinggal di rumah yang sesak. Keempat, baginya sama saja antara pujian dan celaan.”
7). USIR HAWA NAFSU DARI KALBUMU
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberi nasehat: “Keluarkan dirimu dari nafsumu dan jauhilah ia! Lepaskan segala kepemilikanmu dan serahkan semua pada Allah. Jadilah gerbang di pintu kalbumu. Patuhilah perintah-perintah-Nya untuk memasukkan orang-orang yang memang diperintahkan dan diizinkan masuk. Patuhi pula larangan-larangan-Nya untuk mengusir orang-orang yang diperintahkan-Nya untuk kau usir. Jauhi dari pintu kalbumu!
Jangan masukkan hawa nafsu ke dalam kalbumu setelah ia terusir darinya. Pengusiran hawa nafsu dari kalbu adalah dengan menentangnya dan menolak mengikutinya dari segala kondisi. Sedangkan, memasukkannya ke dalam kalbu adalah dengan menuruti kehendaknya dan menyetujuinya.
Janganlah engkau berkehendak selain dengan Kehendak Allah Azza wa Jalla. Kehendak yang kauinginkan selain itu adalah belantara kebodohan yang akan mengantarkanmu pada malapetaka dan kebinasaanmu, juga kejatuhanmu di mata-Nya dan keterjauhanmu dari-Nya.
Maka dari itu, jagalah selalu perintah-Nya dan jauhilah larangan-Nya. Pasrahkan selalu dirimu kepada-Nya dalam segala ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Jangan pernah sekutukan Dia dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya. Karena itu, janganlah terlalu berambisi tinggi, menginginkan kesenangan dan bersyahwat besar agar dirimu tak menjadi orang yang musyrik.
Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Allah,” (QS Al-Kahfi [18]: 110).
Syirik bukan hanya terbatas pada penyembahan berhala saja, namun termasuk juga tindak kesyirikan adalah menurutkan hawa nafsumu, memilih sesuatu selain-Nya berupa dunia seisinya, dan segala sesuatu selain-Nya. Jika engkau terhanyut dengan segala sesuatu selain-Nya, maka berarti engkau telah menyekutukan-Nya. Maka, waspaadalah dan jangan terlena, takutlah selalu dan jangan merasa diri aman, telitilah selalu dan jangan lalai, niscaya engkau akan merasa tenang.” (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Adab As-Suluk wa At-Tawassul ila Manazil Al-Muluk).
8). MEMUJI ALLAH DALAM SENANG & SUSAH
Abu Musa al-Asy’ari r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,”Ketika anak seorang hamba wafat, Allah berkata kepada para malaikat-Nya,’Kalian telah mengambil nyawa anak hamba-Ku?’ Mereka menjawab,’Ya.’ Lalu Dia bertanya,’Apa yang diucapkan hamba-Ku?’ Mereka menjawab,’Dia membaca hamdalah (“Alhamdulillah”) dan istirja (“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”).’ Lalu Allah berkata,’Dirikanlah rumah di surga untuk hamba-Ku ini, dan namailah rumah itu dengan bait al-hamdi (rumah pujian).'”(HR. Tirmidzi)
Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang paling awal dipanggil ke surga adalah orang-orang yang memuji Allah di waktu senang dan susah.”(HR. Hakim, Muslim, dan adz-Dzahabi)
Rasulullah SAW bersabda,”Tuhanku menawarkan kepadaku untuk mengubah gunung-gunung di Mekah menjadi emas. Aku menjawab,”Tidak, wahai Tuhan. Akan tetapi, (biarkan) aku kenyang pada satu hari dan lapar pada hari yang lain. (Beliau mengucapkannya sebanyak 3 kali atau sekitar itu). Jika aku lapar, aku di hadapan-Mu dan berzikir kepada-Mu. Dan jika aku kenyang, aku bersyukur kepada-Mu dan memuji-Mu.”(HR. Tirmidzi).
No comments:
Post a Comment