Bayangannya hidup (badan dzahir/nyata/fisik) + Hidup yang gha’ib HIDUP (satu hidup dalam kehidupan). Tugas manusia adalah menyelaraskan sifat-sifat kediriannya ke dalam gelombang Dzat sifat Tuhan. Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui Tuhannya, sesungguhnya dapat mengetahui di dalam badannya sendiri. Siapa yang sungguh-sungguh mengetahui badannya sendiri, sesungguhnya mengetahui Tuhannya. Artinya: Siapa yang mengetahui Tuhannya, ia lah yang mengetahui makrifat (semua ilmu kajaten). Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui sejatinya badannya sendiri, ia lah yang dapat mengetahui akan Hidup jiwa raganya sendiri.
Ketahuilah dengan kesadaran murnimu. Bahwasanya Badan kita yang zahir/fisik nyata ini, yang bisa dilihat dan di sentuh ini adalah perwujudan Hidup kita yang gha’ib, yang tidak bisa di pandang mata dan tidak bisa disentuh. Untuk bisa melihat dan menyentuh Hidup kita yang gha’ib itu, diperlukan bayangannya hidup tsb, yaitu badan kita yang dzahir/fisik nyata ini. Maka dari itulah, dikatakan, bhw badan kasar kita ini, hanya ‘sarung’ atau ‘tunggangan’ atau ‘sangkar’ bagi Hidup kita yang ghaib itu. Apabila Hidup itu keluar dari badan kita ini, maka tinggal-lah badan kasar itu, dan lama kelama’an jadi hancur lebur. Tapi ada yang tidak hancur setelah di tinggalkan Hidup, yaitu Roh, yang lebih di kenal dengan sebutan sedulur papat (atau mutmainah, aluamah, amarah, supiyah (ada banyak versi bahasa persamaan jd mohon pelajari juga agar tidak bingung).
Mungkin Saudaraku sekalian, pernah mendengar cerita, ada orang melihat dalam dunia ini ‘bayangan’ atau ‘badan’ orang yang telah lama meninggal dunia, muncul berlakon dan beraksi sebagaimana hidupnya dalam dunia dahulu? Sebenarnya itu bukanlah badan orang itu yang sebenarnya. Karena, firman-Nya, badan akan hancur binasa setelah di tinggalkan Hidup. Jadi, ‘bayangan’ atau ‘badan’ itu, adalah Roh, dan Roh inilah, yang akan menghadapi pengadilan Dzat Maha Suci di akherat, untuk mempertanggung jawabkan, semua dan segala amal perbuatannya selama di dunia.
Itu sebab disebuntukan, bahwa Diri kita ini, terdiri dari 3 unsur, yaitu :
1. unsur badan kita, yang berasal dari tanah, dan akan mengalami proses hancur, jika di tinggal Hidup kita.
2. unsur Roh kita, yang berasal dari 4 anasir yang tidak bisa hancur, karena harus mengalami proses pengadilan akherat, atas amal perbuatan kita selama di dunia, setelah di tinggal Hidup kita.
3. unsur Roh Suci atau Roh Kudus atau Hidup kita, yang berasal dari Dzat Maha Suci, dan akan kembali kepada Dzat Maha Suci tanpa proses apapun.
Dan 3 unsur inilah, yang saya sebut Jati Diri atau Diri Sejati, yang pengertiannya sering saya uraikan di beberapa artikel sebelumnya. Untuk itu, istilah kata Jati Diri atau Diri Sejati. Berati mencakup 3 unsur tsb, Yaitu Raga/ Wujud dan 4 anasir/ Roh serta Hidup/ Roh Suci. Setiap orang, hendaklah mengenal akan Jati Diri atau Diri yang sebenar-benarnya Diri, yaitu yang 3 diatas, agar supaya tidak mensia siakan kehidupannya selama di dunia fana ini. Karena kehidupan kita, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan akan berkelanjutan ke akhirat nanti, dan dunia akhirat itu, kekal abadi, tiada ujung dan berakhirnya. Yang Paling mendasar adalah, kita harus selalu ingat, bahwa hidup ini, tidak akan menemui sejatinya ajal, sebab kematian hanyalah terkelupasnya isi dari kulit.
Isi badan melepas kulit yang telah rusak, kemudian isi bertugas melanjuntukan perjalanan ke alam keabadian. Hanya raga yang suci yang tidak akan rusak dan mampu menyertai perjalanan isi. Sebab raga yang suci, berada dalam gelombang Dzat Illahi yang Maha Abadi. Maka dari itu, jangan terputus dalam lautan manembah kepada Allah Ta'ala. Agar supaya menggapai peleburan tertinggi, lebur dening pangastuti, yakni raga dan jiwa melebur ke dalam Cahaya yang Suci, di sanalah manusia dan Dzat menyatu dalam irama yang sama, yakni Sampurnaning kawulo gusti dan Sampurnaning Pati Urip.
No comments:
Post a Comment