Wednesday, June 1, 2016

DIRI TAJALLI

Hanya orang-orang khusus saja yang faham dengan istilah DIRI TAJALLI ini, namun tak terkecuali untuk orang awam memahaminya.. asalkan mereka rajin mengaji diri dengan berpedoman al-furqon & al-hadist, ijma’ dan qiyas serta bimbingan GURU yang haq. DIRI TAJALLI ini bermula dari kenyataan (ta’yun awal) diri yang menjadi haqiqat inti kehidupan (haqiqat NUR muhammad) yang menjadi awal adanya kehidupan ini (RATU nya ruh yang menjadi KEHENDAK & KUASANYA DZATUL WAHID ) yang biasa kita sebut ALLOH , AL-ILAH, ROBBUN, GUSTI ALLAH, atau SEBUTAN” YANG LAIN, bagaimana hubungan manusia dalam soal beribadah PENYEMBAHAN mahluq pada al-haq dalam hal ini ibadah yang kita akui dengan sebutan penyembahan kepada al-haq sebenarnya teramatelah tidak mungkin karena penyembahan itu bersifat BASYARIYAH (kamanungsan/insan) padahal kalo kita cermati dengan seksama bahwa apa yang ada pada diri mahluk itu berasal dari sifat ma’ani dari Alloh sendiri.

Maka oleh Muhammad Rosululloh saw sendiri, ummatnya di ajarkan untuk beribadah LILLAH / UBUDIYAH RUBUBIYAH (ibadah secara ketuhanan sendiri / dari Alloh untuk Alloh) karena dalam haqiqatnya insan itu DHO’IF, FANA’ , ADAM dll maka teramat NISTA jika kiranya INSAN itu merasa telah menyembah kepada Alloh dg cara sholat, wirid dll, karena dalam haqiqat beribadah itu penyerahan diri secara utuh pada kehendak serta kuasa Alloh sendiri dan hanya dengan menafikan diri kepada DIRI_NYAlah ibadah insan di terima.. namun tiada pahala karena dalam pelaksanaan kewajiban itu tidak ada pahala jika di tinggalkan akan di siksa.

DIRI TAJALLI ini bukan makhluk akan tetapi Rububiyah/ dzat Kesah (keinginan yang spontanitas pada hati / MULAT) dari ALLOH UNTUK ALLOH. Mari kita pelajari bersama dari peristiwa Nabi Allah Musa as yang mau melihat wujud Allah s.w.t sebagaimana firmanNya dalam surah Al A’araf ayat 143: “Dan tatkala nabi Musa datang pada waktu yang Kami telah tentukan itu, dan Tuhanmu berkata dengannya, maka nabi Musa berkata “Wahai Tuhanku perlihatkanlah kepadaku (akan DIRIMU) supaya aku dapat memandang kepadaMU, Allah berfirman “Engkau tidak sekali-kali akan sanggup melihatKU, tetapi lihatelah ke gunung itu, maka jika ia tetap berada pada tempatnya, niscaya engkau akan dapat melihatKU, maka tatkala Tuhan mentajallikan DIRINYA, kepada gunung itu maka hancur leburlah gunung itu, lalu Musapun jatuh pengsan, setelah ia sadar semula berkatalah Musa Maha suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu dan AKUlah orang yang awal beriman kepadaMu"

Firman di atas menunjukkan akan kefana’an nabi musa karena ketidakADAan diri nabi musa saat ARIF BILLAH … karena dalam hadist qudsinya rosululloh SAW di jelaskan: “aku (muhammad) melihat tuhanku dengan tuhanku, jika tidak dengan tuhanku maka aku tidak bisa melihat tuhanku” (batal ma’rifatnya nabi muhammad) dan menurut sabda yang lain ma’rifatku itu tersesat secara haqiqi. NA’UUDZUBILLAHI MINDZALIK.

Demikianlah sejarah Tajalli yang di kaitkan dengan ilmu DIRI TAJALLI.  Istilah DIRI TAJALLI ini ada yang mengartikan sebagai Alloh menunjukkan DIRINYA SENDIRI, ada juga yang mentafsirkan sebagai mendzahirkan, dan ada juga sebagai menampakkan diri pada seluruh semesta beserta isinya. Alloh adalah dzat yang Maha segalanya itu telah mentajallikan dirinya di bukit Thur Sina lalu bukit itu menjadi hancur berkeping”.

DIRI TAJALLI SATU ANALISA berdasarkan ayat Tajalli di atas sudah jelas bahwa DIRI TAJALLI itu bukan makhluk akan tetapi Alloh sendiri dengan sifat keagunganNYA yang bersifat ma’ani dan ma’nawiyah serta bersifat salbiyah dan nafsiyah. Alloh yang memiliki sifat yang berlainan dengan sifat kebesaranNYA, saya lebih menumpukan analisa ini berdasarkan makna yang terkandung dari sifat wajib Alloh 20 dan sifat mustahil bagi Alloh 20 yang membedakan sifat keagungan dan sifat kebesaranNYA sendiri karena sifat mustahilNya Alloh itu adalah sifat yang menetapkan keadaannya MAHLUK/ alam semesta, sifat keagungan DiriNya secara mutlak dan Ithlaq sementara sifat kebesaranNya adalah sifat yang di tetapkan kepada sekalian makhlukNya.

Oleh sebab itulah sifat ma’ani, ma’anawiyah dan Salbiyah berbeda-beda dalam pemahamannya agar tetap lestari SIRRUL ILAHINYA, hal ini perlu di rujuk kepada guru yang lebih arif serta kamil-mukammil fillah. Mengapa DIRI TAJALLI ini menjadi rujukan diri al-faqir mengaitkan dengan diri manusia? karena sifat salbiyah (Wahdaniyah) pada sifat jamal, jalal, qohhar & Kamal Allah s.w.t hal ini adalah jelas, inilah yang terdapat pada sifat Iftiqar karena itu di katakan bahwa semua perbuatan, kehendak, dan kuasa penggerak adalah datang dari Allah s.w.t - ( dipersilahkan merujuk pada ayat at takwir 29, ayat ash shaffat 96, ayat Al An’am 61, ayat surah al Baro’ah 51, ayat surah al anfal 17 dan An Nisa 78 dan banyak ayat lagi ), dan yang terbaiknya ialah berjumpalah dengan guru yang arif, al-‘aarif, al-kamil-mukammil ilaa robbi segala sesuatu itu datangnya dari Ke Esaan Allah belaka.

SETIAP SESUATU ITU DATANG DARI ALLAH kembali pada Alloh dan tidak selain Allah … IBARAT AIR ITU MELIPUTI DAN MENGIRINGI DI SETIAP APA YANG ADA PADA OMBAK & BUIH SERTA RIAKNYA … DAN TAKKAN TERPISAH / BERTEMU SELAMANYA.

No comments:

Post a Comment