Kajian ini menetapkan keyakinan kita, seperti menyatakan kelakuan Malaikat kepada Allah dengan hakikat yang yakin. Bahwa Nyawa Nabi Muhammad SAW dengan sebenarnya kekasih Allah Ta’ala, karena Allah Yang Maha Tinggi telah melihat Diriku dan segala sesuatu apa juapun adalah Hak Allah Ta’ala, seperti kenyataan yang ada pada Alam Dunia dan Akhirat. Karena Allahmelihat pada Diriku seperti Dirimu yang ada.
Inilah Ilmu Orang Shuffi (Tasawuf) lihatelah pada Diriku/rupaku yang Nyata ini maka terasalah kepada yang menpunyai kenyataan. Sebenarnya Diri adalah Batin ini yaitu dapat melihat Zat Wajibal Wujud, dan Diri yang ada inilah : bukan ‘Ainnya tetapi bukan lainnya dengan Hakikat yang percaya/yakin, karena/sebab melihat diri yang ada ini adalah Diri yang baharu, karena yang baharu itulah menyatakan yang Qadim. Demikianlah dengan kenyataan yang ada.
Nabi SAW bersabda : “MARRALHABBA PADAD RAL HAK” artinya Sesungguhnya siapa yang melihat Muka/rupa itulah wujud yang sebenarnya. Allah berfirman : MARRALHABBA PAHUWAWUJUDUL HAK: artinya Tidak nyata Aku, dan hak tidak ada pada sesuatu Lam Alif atau Tasawwuf seperti nyata kepada Insan.
Seperti tersebut dibawah ini :
- Diri yang Tajeli ialah Sir
- Diri yang Terdiri ialah Ruh
- Diri yang Terperi ialah Hati
- Diri yang Diperi Perikan ialah Tubuh.
Dengan adanya kenyataan yang sudah ada kepada Allah yang telah menjadikan Alam semesta.
Demi untuk sempurnanya mempelajari Ilmu, maka lebih baiknya harus dinyatakan kepada Guru atau orang yang ahlinya dibidang Tasawwuf. Pada waktu Tuhan belum bernama Allah, sebelum Arasy dan Qursy belum dijadikan dan juga langit dan Bumi serta Surga, dan Neraka masih belum dijadikan, sedangkan pada waktu itu juga Tuhan masih bernama NUKTAH, selanjutnya Nuktah melihat pada Dirinya Tuhan tetapi siapa Hamba.
Setelah Nuktah melihat kembali pada Dirinya, maka dinamainyalah Dirinya “KUN” ia berkehendak menamai Dirinya adalah Zat Nur Allah (Sifat). Dan pada waktu itu dinamainya pula Dirinya NUR MUHAMMAD dan Allah pun ghaib. Adam dan Muhammad belum ada, Allah pun belum nyata. Yang ada hanya NUR ZAT itu NUR MUHAMMAD, maka NUR MUHAMMAD bersifat “ILLA HULKAK”
Jawab Tuhan : Jika Engkau Hak, mengapa Engkau tidak melihat, maka… Nur Muhammad menjawab: Jika Engkau Tuhan mengapa Aku tidak melihat. Jawab Tuhan: Penglihatanmu itu serahkan kepadaKu, dan maka kata Tuhan kepada NUR MUHAMMAD, Kata olemu: “LAA ILAHA ILLALLAH” AKU MUHAMMAD RASULULLAH.
Selanjutnya Nur Muhammad telah berkata, KULIHAT DIRIKU TUHAN, tetapi siapa HAMBA, dan KULIHAT DIRI HAMBA, maka siapa TUHANKU. Dan pada waktu itu Allahpun menyatakan Dirinya Tuhan, dan langsung Allah berkata “Bahwasanya tiada Tuhan hanya Aku, bahwa kamu itu daripada NUR ZATKU. Maka berdirilah kamu, dan Allah berdiri tidak berbenda dan tidak ada bertempat.
Selanjutnya Allah berkata pula bahwa AKULAH TUHANMU, dan setelah itu NUR MUHAMMAD menjawab: Akulah Tuhanmu, dan dijawab oleh Allah Ta’ala : Jika Engkau Tuhanku Nyatakanlah Dirimu. Pada waktu itu juga NUR MUHAMMAD Ghaib/Hilang, dan Nur Muhammad mengatakan : Dirimu Juga yang Aku Lihat. Dan Allahpun menyatakan Dirinya yang sudah nyata. Allah berfirman: ALASTU BIRABBIKUM artinya Siapa Tuhanmu. Nur Muhammad berkata: QALU BALAA artinya Engkau juga Tuhanku.
Allah berfirman: SYAHADALLAHU ANNAHU LAA ILAHA Artinya : Saksiku bagi Diriku, tidak ada Tuhan yang lain selain Aku.
Maka sujudlah Nur Muhammad lima ribu tahun lamanya, dan lahir kedua, dinamai Adam Mutlak yang berdiri sendiri ALIF (Adam Insyan). Karena dalam hakikatnya Allahpun kita, Adampun kita, Muhammadpun kita karena sekalian itu nama juga, yang dimaksud empunya nama yang tidak mempunyai Huruf dan Suara. Adapun arti IHRAM itu tercengang cengang. Adapun arti tercengang cengang itu tiadalah tahu akan dirinya dan tiadalah tahu akan Tuhannya. Adapun arti MI’RADZ itu lain tiada lagi Rasanya ada bertubuh hanya Allah yang ada pada Ma’rifat itu, dan hilangkan cita cita yang lain, hanya Allah yang diiyakan kepada Ma’rifat itu.
Adapun arti MUNAJAD itu berkata kata, dan yang berkata kata ALLAHU AKBAR itu RAHASIA ALLAH tiada kita lagi, yang memuji di dalam Solat itu Rahasia Allah, kehendak Allah, bukan hati lagi. Adapun arti TUBADDIL itu Terganti, yang ada hanya Allah, jangan kita kenang Tubuh, Batin dan Zahir lagi. Adapun pahamnya itu, jikalau ujar hati kita “Yang menyembah dan yang disembah itu Allah Ta’ala. Maka jadinya itu juga belum Esa. Jikalau ujar Ma’rifat kita Yang menyembah itu Rahasianya Allah dan Kehendak Allah, Maka itulah ia memuji Dirinya Sendiri.
Maka jikalau di Anugerahi Allah Ta’ala akan pahamnya, Insya Allah anda akan mudah memahaminya.
Maka itulah jikalau kita berzikir itu seperti kita solat juga. Jangan berbeda lagi, tatkala mengata “LAA ILAHA ILLALLAH” dan yang mengata LAA ILAHA ILLALLAH” itu Rahasia Allah, kehendak Allah yang memuji Dirinya Sendiri. Maka Esalah jalan Ma’rifat yang dipakai Aulia Allah sekalian. Tiada lagi pada Ma’rifat, hanya Allah ada Sendirinya dengan Rahasianya dan Kehendaknya.
Maka tiada lagi Aulia Allah mengenang akan berbagai lagi sebab ia sudah karam kepada Allah Ta’ala, maka itulah arti FANA FILLAH, Baqa Billah, artinya karamlah sudah Rasanya kepada Allah Ta’ala, tiada bercinta kepada yang lain lagi, maka inilah yang dipakai siang dan malam, pagi dan petang, dunia dan akhirat, hidup dan mati, tiadalah lain lagi, jangan berubah ubah lagi, jikalau tiada di Anugerahi Allah Ta’ala akan pahamnya, tiadal dapat pahamnya.
Pasal pada menyatakan Rahasia segala wali, yaitu Peri Nyawa dan Sir dan Rahasia Jisim, maka inilah jalan Ahlul Iman memutuskan kepada orang yang mana dikehendaki akan Tuhannya. Karena ini Ilmu keluar dari pada orang … yang melainkan Allah jua yang tahu lisannya hambanya, tiada disebuntukan lagi.
Maka adalah Hati Manusia itu 4 (empat) perkara, dari pada yang dihidupkan, maka atas yang dihidupkan itu Nyawa, maka hidupnya itu serta Rasa, dan Rahasia itu serta Sir. Maka hendaklah diketahui Peri yang 4 (empat) itu, manakah yang dikata Nyawa, dan mana yang dikata Rasa, dan mana yang dikata Rahasia, dan mana yang Sir.
- Yang dikata NYAWA itu Nafas turun naik.
- Yang dikata Rasa itu Antara turun naik nafas.
- Yang dikata Rahasia itu Tetap seperti budak dalam rahim ibunya.
- Yang dikata SIR itu seperti Nafas orang Mati..
Maka perkataan ini tiada dipanjangkan, hanya pendek jua adanya.
No comments:
Post a Comment