Tuesday, June 7, 2016

IBADAH HAJI

HAJI SYARIAT: Haji yang dikerjakan oleh umat Islam pada setiap bulan DZULHIJJAH pergi ke BAITULLAH dengan segala bekal dan persyaratan yang diperlukan untuk menunaikan ibadah haji. Hakikat HAJI SYARIAT yaitu dengan mengosongkan hati dan fikiran dari mengingat sesuatu selain ALLAH dengan kodrat dan irodat NYA serta mengharap syafaat dari ROSULULLAH. Kita tinggalkan kampung halaman, harta benda, anak istri dan lain-lainnya semata-mata untuk mencari keridoan ALLAH. Sebagai bekal untuk menunaikan ibadah haji adalah kesabaran, keimanan, keikhlasan keta’atan (istiqomah) dan ketaqwaan.

HAJI THARIKAT: yaitu naiknya seorang salik ke maqam RUH, alam arwah, berbekal takut kepada ALLAH lahir dan batin. Kendaraannya adalah kemauan, tekad yang keras, teguh dan mantap, beristiqomah dalam melakukan perjalanan tarikat berdasarkan petunjuk guru pembimbing atau syeikh. Peralatannya adalah DZIKRULLAH, 

HAJI HAKIKAT: yaitu naiknya seorang salik ke martabat WAHDAH, mereka sampai kepada Haq Allah Ta’ala melalui proses fana. Berbekal MAHABBAH, rasa cinta kepada Allah, kendaraannya adalah NUR AHADIYAH, berdasarkan HIDAYAH ALLAH semata, tidak bisa didapatkan melalui usaha.

Guru pembimbingnya adalah MUKASYAFAH (terbuka hijab) dari HAQ ALLAH, peralatannya adalah HAIBATUL JALAL dalam hati, sehingga hatinya cemerlang dengan JALALUL HAQ, keagungan ALLAH, maka ketika itu sampailah ia kepada TUHAN, yang menemaninya adalah TAJALIL JAMAL, CAHAYA ALLAH. 

Oleh karena HAJI THARIKAT lebih mulia dari pada HAJI SYARIAT, karena pada HAJI THARIKAT si salik mencapai maqam RUH, dimana RUH adalah lebih mulia dari pada seluruh makhluk lainnya. Demikian juga HAJI HAKIKAT tentu lebih mulia dari pada HAJI THARIKAT, karena HAJI HAKIKAT telah mencapai martabat WAHDAH, hakikat dari pada RUH, berarti mi’raj, mencapai pencerahan jiwa yang sempurna. 

Dengan demikian silahkan renungkan, pahami dan hayati sendiri, mulai dari HAJI SYARIAT, HAJI THARIKAT, HAJI HAKIKAT serta apa yang dimaksud HAJI MABRUL,  bukan HAJI MABUR,  karena ternyata tidak harus ke MEKAH, namun melalui ujian keikhlasan Tanpa uang setiap orang bisa mencapai HAJI HAKIKAT, asalkan hatinya bersih  yang dibersihkan melalui proses berdzikir .

Itulah haji sejati, haji yang sebenar-benarnya haji. Walaupun demikian, kita bebas memilih ingin mencapai HAJI SYARIAT ataukah HAJI HAKIKAT. Bila ingin mencapai HAJI SYARIAT, itu mudah, persiapkan saja uangnya, beres Dari mana sumber uangnya terserah  Uang hasil korupsi pun, siapa yang tau ??? 

Haji imitasi perilaku tidak terkendali. Agamanya delapan, kelakuannya tiga setengah Oleh karena itu sebelum ke MEKAH, pahami dulu surat-surat AL QUR'AN, bukan memahami surat-surat tanah kemudian dijual  Pulang dari MEKAH jadi “TARZAN ouowooooh”, sudah tidak memiliki apa-apa lagi. 

Ke MEKAH tanpa memahami makna hakikinya AL QUR'AN, jadinya hanya wisata ria, wuaahh heibat, ada rasa bangga mendapat sertifikat dengan nama baru bergelar haji, akhirnya tenggelam dalam kemusrikan Karena tidak memahami ALLAH ada dimana, rumahNYA yang mana yang harus disucikan.. 

Ternyata TUHAH tidak ada di MEKAH dan rumah-NYA pun tidak dibuat dari batu bata. Qolbu mukmin baitullah. Itulah baitullah yang hakiki, buatan Allah sendiri.

Jangan mempersekutukan-ku dengan apapun, sucikanlah rumah-Ku bagi mereka yang thowaf, berdiri, ruku dan sujud (AL HAJJ 22: 26). Ikhlas kepada Allah (semata) dan tiada mempersekutukan-Nya (AL HAJJ 22: 31). Bukan daging dan bukan pula darahnya, yang sampai kepada Allah adalah ketakwaanmu (AL HAJJ 22: 37). Ikhlas itu adalah salah satu rahasia-Ku yang Aku titipkan di dalam hati orang-orang yang Aku cintai. Malaikat tidak mengetahui ke ikhlasan seseorang, sehingga malaikat tidak bisa mencatatnya dan setanpun tidak bisa mengetahuinya, sehingga setan tidak bisa merusaknya (HADITS QUDSI). Dan lengkapilah perbekalan, perbekalan yang terbaik adalah takwa. Dan patuhlah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai pikiran (AL BAQARAH 2: 197)

Hai keturunan Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan (sebagai) perhiasan (bagimu), namun pakaian berupa takwa itu lebih baik (AL A’RAF 7: 29). Semoga tidak pernah terjadi, namun seandainya terjadi bencana alam yang luar biasa dasyatnya sehingga Mekah tenggelam kedasar bumi, bagaimana kita bisa menunaikan ibadah haji? Bila kita memahami masalah Haji mabrur dan Haji hakekat kita tak usah bingung!!! Percaya Diri Aja..!!! Ikuti saja jejak Nabi Muhammad SAW ketika di gua Hiro, jejak para Sufi dan para Wali di Indonesia

Bila haji hakikat adalah haji sejati, haji yang sebenar-benarnya haji, lalu pertanyaanya adalah: Mengapa masalah haji hakikat ini tidak disosialisasikan sejak dini? Bila haji hakikat disosialisasikan sejak dini bisa gawat dong, Kenapa gawat? Ya iya lah, ngga ada yang mau ke MEKAH, DEPAG bisa kehilangan proyek dan ARAB bisa kehilangan devisa, tau? Lagian ngapain susah payah pake mikirin haji hakekat segala, kuno Kalau kata orang Haji mabur ke MEKAH adalah tiket ke surga, ya kita mah ikutan ajalah, ma’mum. Kalau iman kita, disebutnya iman taklid, ngga pake otak juga ngga apa-apa yang penting hepi!!! Haji imitasi juga ngga apa-apa yang penting keren dan beken.

No comments:

Post a Comment