Mangkatnya penguasa bangsa el Saud, penjaga 2 kota suci haramain (Mekkah dan Medinah) terdahulu, King Abdullah bin Abdul Aziz (1 Agustus 1924 - 23 Januari 2015), setelah memerintah KSA selama kurang lebih 10,5 tahun, ternyata menyisakan kesan besar dan dianggap merupakan moment penting bagi sebagian besar umat Islam di seluruh penjuru dunia. Bukan hanya kesan duka yang sudah pasti melingkupi perasaan pihak keluarga kerajaan Arab tersebut beserta seluruh personel di jajaran pemerintahan raja yang menggantikan King Fahd bin Abdul Aziz ini, namun ternyata ada isyu lebih penting dari sekedar rasa kehilangan itu, isyu yang menyangkut nasib seluruh umat Islam di seantero dunia tanpa terkecuali.
Betapa tidak? Ternyata oleh sebagian besar umat manusia,Islam maupun non Islam, khususnya yang memiliki perhatian besar terhadap nubuat-nubuat kemunculan Al Mahdi yang ditunggu-tunggu, menghubungkan moment wafatnya raja kelima dari keluarga al Saud ini dengan hadist-hadist dari rasulullah saw. tentang munculnya Sang Imam Penyelamat dan juga berita perang besar di akhir zaman menjelang datangnya hari Kiamat (Armagedon).
Diantara sekian banyak hadist yang menyangkut ciri-ciri Imam Mahdi dan tanda-tanda kedatangan beliau, ada beberapa hadist yang paling sering dimunculkan yang sekaligus juga dikaitkan dengan situasi internal dan eksternal pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia (KSA) sejak tampuk kekuasaannya dipegang oleh pengganti King Abdullah bin Abdul Aziz, yakni saudara tirinya (seayah lain ibu), King Salman bin Abdul Aziz.
Tindakan-tindakan pemerintah yang dikeluarkan oleh King Salman, yang notabene naik takhta setelah wafatnya 2 putra mahkota terdahulu dalam 2 tahun berturut-turut, yakni Putra Mahkota Sultan bin Abdul Aziz dan Putra Mahkota Nayef bin Abdul Aziz, begitu banyak menuai kontroversi, baik dari pihak intern keluarga kerajaan sendiri, maupun dari kalangan pengamat dan elite politik dunia. Sebut saja tindakan pemakzulan Putra Muqrin bin Abdul Aziz, adik tiri sang raja, dari posisinya sebagai putra mahkota dan juga dari jabatan sang adik di pemerintahannya; tindakan invasi KSA dan koalisinya ke Yaman yang dinilai melanggar kemanusiaan dan merupakan tindakan yang salah kaprah oleh Menteri Pertahanan/Panglima Militer kerajaan yang kurang berpengalaman dalam hal perang; pemberhentian Sa'ud al Faisal, Menlu KSA yang telah menjabat sekitar 40 tahun dan digantikan oleh mantan Dubes KSA untuk USA, Adel al Jubeir; pendekritan keponakannya, Mohammed bin Nayef, untuk menggantikan Muqrin bin Abdul Aziz sebagai putra mahkota, juga penetapan anaknya sendiri, Mohammed bin Salman, sebagai wakil putra mahkota sekaligus sebagai Menteri Pertahanan; dan belum lagi soal tragedi Crane dan alat berat pengembangan lokasi seputar Masjidil Haram di musim haji tahun 1436 H ini.
Sederetan rangkaian situasi buruk yang mewarnai pemerintahan King Salman di tahun pertama pendudukan takhtanya, diperburuk lagi oleh situasi intern menyangkut kesehatan pribadinya yang telah melampaui kepala tujuh dan isyu rencana (makar ?) kudeta yang disinyalir akan dilancarkan oleh para pangeran muda yang menuntut reformasi pemerintahan, mengingat para Pangeran yang berpotensi menjadi Putra Mahkota dan Raja di kerajaan negeri Nejd (Najdi) ini semuanya telah dianggap terlalu tua untuk menjalankan roda pemerintahan kerajaan. Hal yang terakhir ini tentunya menempatkan King Salman pada dilema tersendiri untuk mengambil tindakan, mengabulkan tuntutan reformis, atau tetap mengikuti wasiat sang ayah, King Abdul Aziz bin Abdul Rahman as Sa'ud, yang tertuang dalam Piagam Abdul Aziz yang isinya kira-kira berbunyi : "Tidak akan menjadi penguasa (raja) barisan cucu-cucuku, selama anak-anakku masih hidup".
Meski seperti yang kita lihat sekarang ini, King Salman memilih tuntutan reformis dan mengabaikan wasiat Piagam Abdul Aziz, lalu melantik Mohammed bin Nayef bin Abdul Aziz sebagai putera mahkota, isyu kudeta dan kecaman terhadap tindakan ini datang dari para pangeran yang tidak puas dan merasa diabaikan, seperti Pangeran Ahmed bin Abdul Aziz yang merasa lebih berhak menggantikan posisi Pangeran Muqrin sebagai putera mahkota, daripada Pangeran Mohammed bin Nayef bin Abdul Aziz. Isyu kudeta juga didasari argumen bahwa King Salman tidak dapat menjalankan roda pemerintahan kerajaan sehubungan dengan penyakit alzheimer (pikun) yang dideritanya, dan sehubungan dengan hal ini keputusan tindakan pemerintahan lebih banyak ditentukan oleh putranya Mohammed bin Salman yang juga dituduh korupsi beserta saudara-saudaranya yang lain.
Rangkaian permasalahan dan tindakan kontroversial di atas, tak ayal memperkuat dugaan kebanyakan orang bahwa yang dinubuahkan rasulullah saw. melalui hadist-hadist beliau tentang tanda-tanda munculnya Imam Mahdi telah mendekati saatnya.
Salah satu hadist rasulullah yang mendekati gambaran situasi ini adalah sbb: ”Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorangpun diantara mereka menguasainya. Kemudian muncullah panji-panji hitam dari arah timur, lantas mereka membunuhmu dengan pembantaian yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu”. Kemudian Baginda s.a.w menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda,"Jika kamu melihatnya, berbaiatlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifah ALLAH Al-Mahdi”. (Hadits Riwayat Ibnu Majah dalam Kitabul Fitan dan Riwayat Al-Hakim dalam Mustadrok). Berita nubuat dari Rasulullah kelak akan terjadi peperangan di kota Riyadh, Saudi Arabia pasca wafatnya khalifah (pemimpin, raja). Maka perhatikan penggalan hadits di bawah: ”Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah.."
Perhatikan fakta yang tengah terjadi di Saudi Arabia, antara putera King Salman dan 2 putera King Abdullah :
1) Mohammed bin Salman, putera Raja Salman yang menjabat Menteri Pertahanan, memimpin lebih dari 200.000 tentara Saudi. Ia memimpin pasukan koalisi Arab guna menumpas Syiah Houthi di Yaman.
2) Mut'ib bin Abdullah, putera Almarhum Raja Abdullah menjabat Panglima Pengawal Garda Nasional (Saudi Arabia National Guard). Ia memimpin Pasukan Pengawal Kerajaan yang berjumlah 100.000 tentara. Tugasnya mengawal semua anggota kerajaan dari pangeran, pejabat kerajaan hingga Raja Saudi.
3) Khaled bin Abdullah, putera Almarhum Raja Abdullah juga menjabat Deputy Panglima Garda Nasional Saudi Arabia.
Ketiga putera khalifah di atas memiliki pengaruh besar di dalam tubuh militer Saudi Arabia.
Ketiganya pula masih duduk di dalam kabinet Raja Salman bin Abdul Aziz.
Perselisihan Ketiga Putera Khalifah
Perselisihan Antara Mohammed bin Salman dan Mut'ib bin Abdullah berawal dari ambisi Mohammed bin Salman untuk meraih tahta Raja Saudi Arabia pasca wafatnya raja.
Sebelumnya Raja Abdullah telah mempersiapkan puteranya Mut'ib bin Abdullah untuk duduk sebagai Panglima Pengawal Kerajaan, sebuah kedudukan setingkat menteri pertahanan. Akan tetapi Mohammed bin Salman menginginkan Mut'ib dan Saudi National Guard berada di bawah komando menteri pertahanan dan memakzulkan Mut'ib dari jabatannya. Mut'ib mengecam tindakan Mohammed bin Salman dengan keras. Ketiganya kini seperti berperang dalam es.
Adapun Mohammed bin Salman menjagokan Khaled bin Abdullah menggantikan Mut'ib bin Abdullah untuk menjabat Panglima Garda Nasional. Hari-hari selanjutnya boleh jadi Saudi Arabia akan dihiasi oleh sepak terjang ketiga pangeran muda As Saud ini.
Sebagian para pengamat juga banyak yang menduga bahwa perselisihan 3 putra khalifah ini lebih ditujukan pada kelompok "sang ibu" yang membedakan mereka dan menjadi pemicu perbedaan pendapat di kalangan sejumlah anak khalifah generasi As Sa'ud ini, mengingat pendiri dynasti ini, King Abdul Aziz, dulunya memiliki 22 orang istri dan lebih dari 45 orang anak (sebagian sumber mengatakan mencapai 200 anak). Adapun kelompok (clan) yang berseteru ini adalah :
1. Clan Sudairy: Pihak King Abdullah dan anak-anaknya, yang diikuti oleh beberapa keturunan ibu lainnya.
2. Clan Shuraimy: Pihak King Salman dan anak-anaknya beserta beberapa keturunan ibu lainnya.
3. Clan Yamani: Pihan Putra Muqrin, yang ibunya berasal dari Yaman. Dan boleh jadi clan ini akan dibantu juga oleh Yaman yang sekarang sedang konflik bersenjata dengan Saudi Arabia dan koalisinya.
Fitnah Najd (Nejd/Najdi) dan Keguncangan- Keguncangan di Kota Riyadh
Dari Ibnu Umar berkata, dari Rasulullah s.a.w berkata: "Ya ALLAH berkahilah Syam kami, Ya ALLAH berkahilah Yaman kami." Wahai Rasulullah dan Najd kami. Rasulullah berkata, "Ya ALLAH berkahilah Syam kami, Ya ALLAH berkahilah Yaman kami." dan berkata "Ya Rasulullah untuk Najd kami" Rasulullah menjawab "Fitnah fitnah fitnah berkata 3 kali di sana ada keguncangan-keguncangan dan malapetaka dan di sana akan muncul tanduk setan” (Shahih Bukhary)
Perkembangan konflik di Jazirah Arab kian hari semakin memanas. Pasca kegagalan Saudi di Yaman, kini Saudi harus menelan pil pahit dengan suksesi perjanjian nuklir Iran. Diam-diam Saudi mendekati Israel untuk berperang dengan Iran.
Saudi, sebuah negeri wahabi yang menghalalkan harta dan darah muslim Yaman kelak akan mengalami konflik internal di keluarga Kerajaan Saudi. Menurut hadits-hadits, konflik Riyadh sebenarnya sudah meletus pada bulan Syawal 1436H, yaitu :
1) Perpecahan suku-suku Saudi di propinsi Najran dan Jizan. Mereka mengumumkan kemerdekaan lepas dari Saudi Arabia. Terbentuknya milisi-milisi bersenjata di Najran melawan arogansi keluarga Saud.
2) Perselisihan pangeran-pangeran tentang perang Yaman dan petualangan Mohammed bin Salman.
3) Perselisihan keluarga Saud mengerucut pada putera-putera Raja Abdullah (Mut'ib dan Khaled), seorang putera Raja Salman (Mohammed bin Salman) dan boleh jadi di pihak lainnya adalah Putra Muqrin yang posisi dan jabatannya dimakzulkan serta dijadikan sebagai tahanan rumah.
Aliran Wahabi dengan faham yang selama ini kita tahu banyak berseberangan pendapat dengan Ahlussunnah waljama'ah, adalah aliran yang dijadikan oleh pemerintah Saudi sebagai fatwa dan landasan pengambilan keputusan dalam tindakan-tindakannya. Sehingga tidak heran jika Arab Saudi yang kita kenal selama ini begitu passif dalam membela kepentingan muslim seperti di konflik Israel dan Palestina. Bahkan kerajaan Islam yang konflik dingin dengan Iran ini lebih banyak membina kerjasama dengan Israel dan USA daripada negara-negara Islam lainnya, khususnya di bidang persenjataan dan militer.
Sehingga tidak dapat disalahkan jika banyak para pengamat agama yang berspekulasi, bahwa Arab Saudi adalah daerah Nejd (Najdi) yang merupakan sumber fitnah dan keguncangan serta tempat bercokolnya tanduk setan seperti yang disebutkan pada hadist rasulullah saw di atas.
Benar atau tidaknya bahwa inilah saat yang merupakan pemenuhan atas nubuwah yang dideskripsikan oleh rasulullah saw. tentang tanda-tanda dan pemicu munculnya Sang Mahdi setelah memuncaknya kesewenang-wenangan, ketidakadilan, keserakahan dan ketidakperdulian oleh sebagian umat terhadap sesamanya sebagaimana kita rasakan saat ini di semua sektor kehidupan meliputi pendidikan, ekonomi, kebudayaan,dll. Adakah ini kabar duka atau kabar gembira ? wallahu a'lam. hanya ALLAH SWT yang Maha Mengetahui.
Yang jelas, sebaiknya hal ini kita jadikan sebagai bahan renungan, bahan instropeksi dan semoga kita semua diberi kesempatan untuk bertaubat serta diberi hidayah untuk tetap berpegang pada syari'at dan tauhid keimanan yang diridhoi-Nya hingga janji tentang akhir zaman itu tiba.
No comments:
Post a Comment