Tuesday, January 7, 2014

KHUTBAH AIDIL FITRI: WASIAT BULAN RAMADHAN BAGI UMAT ISLAM

Oleh. H. Azi Ahmad Tajudin, SHI, M.Ag (Pengasuh Rubrik Konsultasi Hukum Keluarga Islam)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر 9 X
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا , لااله الاالله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
الحمد لله الذي جعل اليوم عيدا للمسلمين وحرم عليهم فيه الصيام وأنزل القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان , نحمده ونشكره على كمال احسانه وهو ذوا الجلال والإكرام.
أشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له , له الملك وله الحمد وهو يحيي ويميت, وهو حي لا يموت وهو بكل
شيئ قدير. واشهد ان محمدا عبده ورسوله لا نبي ولا رسول بعده . وأصلى وأسلم على القائد والقدوة محمد بن عبد الله وعلى آله وأصحابه وذريتاته ومن دعا الى الله بدعوته ومن جاهد في سبيل الله حق جهاده ومن تبعه بإحسانه الى يوم الدين. أما بعد : فيأيها الناس إتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وانتم مسلمون !

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Yaa Allah, Yaa Rahman Yaa Rahiim, di hari kemenangan ini hamba-Mu memanjatkan segala puji dan syukur atas segala limpahan berkah dan karunia-Mu. Ya Allah Pagi ini kami berkumpul dalam suasana syahdu dalam keharibaan-Mu Ya Aziz. Tak henti-hentinya kami mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai rasa syukur kami atas segala pemberian dan kenikmatan yang tiada tara setelah sebulan penuh kami menjalankan shaum atas perintah-Mu di bulan Ramadhan. Kenikmatan terbesar yang Engkau berikan adalah kenikmatan Iman dan Islam, sehingga dengan kedua nikmat itulah kami dapat menjalankan serangkaian aktivitas amaliyah di bulan Ramadhan, dan mudah-mudahan segala amal ibadah yang telah kami persembahkan dengan tulus dan ikhlas, Engkau berkenan menerimanya menjadi amal shaleh sebagai bekal kami ketika pulang ke hadapan-Mu Ya Rahman. Amiin ya Robbal a’lamiin

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Maasyirol Muslimin Ramimakumullah. Baru saja Ramadhan 1436 H meninggalkan kita semua, perasaan sedih dan pilu menyelimuti kaum muslimin ketika ditinggalkan bulan Ramadhan, karena dalam bulan mulia ini Allah SWT memberikan rahmat, berkah, magfirah serta pembebasan dari api neraka (itq[un] min al-Nâr). Di bulan Ramadhan, kita semua merasa bahagia, tak terasa berlinang air mata mengingat akan kealpaan, dosa, kelalaian dan kemaksiatan diri. Inilah bulan tempat kita berkaca dan memperbaiki diri. Ada getaran keharuan dalam hati kita bahwa Ramadhan yang bulan penuh ampunan Allah SWT telah meninggalkan kita, akankah kita dapat kembali bertemu dengan Ramadhan berikutnya? Wallahu A’lam kita tidak tahu.

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Maasyirol Muslimin Ramimakumullah. Namun dibalik kesedihan atas kepergaian Ramadhan, kita sangat bergembira menyambut hari kemenangan yaitu Idul Fitri. Dalam bahasa Arab, “Ied” adalah kembali sedangkan “Fitri” berasal dari kata “Fitrah” berarti suci atau kesucian. Oleh karena itu Iedul Fitri maknanya adalah kembali kepada kesucian. Suci dari segala jenis dosa yang telah mengotori fitrah manusia, sehingga idul fitri adalah kondisi manusia dalam keadaan suci bagaikan bayi yang baru lahir dari mulut rahim seorang ibu (ka yawmin waladathu ummuhu). Memang, waktu terus berjalan silih berganti; ada siang dan malam, ada awal dan akhir, ada pertemuan dan ada perpisahan, begitu juga dengan bulan Ramadhan ada saatnya kita bertemu dan ada saatnya pula kita berpisah. begitulah Allah perjalankan perputaran waktu diantara manusia. Allah Berfirman

وتلك الأيام نداولها بين الناس وليعلم الله الذين آمنوا ويتخذ منكم شهداء والله لا يحب الظالمين

Artinya: “ … kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada, dan Allah tidak menyukai orang-orang zhalim.” (QS. Ali ‘Imran [3] : 140)

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Maasyirol Muslimin Ramimakumullah. Kita patut menyayangkan atas pandangan sebagian kecil kaum muslimin yang menganggap bahwa Ramadhan hanya dijadikan sebagai momentum ritual tahunan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dari pandangan tersebut maka lahirlah prilaku-prilaku ibadah ritualistik musiman seperti berbusana muslimah, shalat berjamaah, zakat,infak dan sedekah, thalabul ilmi, tadarus al-Qur’an dan ibadah-ibadah lainnya. Artinya aktivitas itu hanya dilakukan pada bulan ramadhan saja, setelah Ramadhan berakakhir maka berakhir pula seluruh amal ibadah yang telah dilaksanakan selama Ramadhan. Paradigma ini sungguh sangat keliru, sebab motivasi atau niat dalam beramal haruslah ikhlas karena Allah SWT. Maka kalau landasan ibadah adalah lillahi ta’ala, insyaallah amal ibadah kita akan tetap istiqamah sekalipun Ramadhan sudah berlalu. Oleh karena itu agar semangat Ramadhat tetap terjaga dan kita tetap istiqamah melaksanakan aktivitas ibadah karena Allah SWT. Kiranya patut bagi kita untuk merenungkan beberapa wasiat Ramadhan yang dapat dijadikan bahan pelajaran agar diterapkan pada bulan-bulan berikutnya pasca Ramadhan.

Maasyirol Muslimin Ramimakumullah

1). Puasa sebagai benteng yang akan menjaga diri kita dari perbuatan dosa

Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

(BUKHARI-1761): Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Abu Az Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah r.a Bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: “Shaum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya dua kali). Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta’ala dari pada harumnya minyak misik, karena dia meninggalkan makanannya, minuman dan nafsu syahwatnya karena Aku. Shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya dan setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuiluh kebaikan yang serupa”.

Puasa sebagai perisai diri (junnah) yang dapat menjaga dan memelihara pelakunya dari perbuatan keji dan munkar. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa pendidikan puasa di bulan Ramadhan harus tetap dijaga dan dilanjutkan dengan cara melaksanakan puasa sunnat pada bulan-bulan berikutnya. Dengan demikian, membiasakan puasa sunat pada hakikatnya kita sedang membentengi diri kita dari kejahatan-kejahatan virus yang disebarkan oleh setan yang akan menjerumuskan kita ke jalan yang sesat. Maka sesungguhnya dengan puasa kita sedang terus men-up date diri kita dengan anti virus yang dapat menangkal segala serangan tipu daya syaitan. Terlebih pada zaman sekarang ini, dimana tingkat kemaksiatan telah merejalela di depan mata kita, seperti Pornografi dan Pornoaksi, ghibah, namimah, riba, kehidupan hedonis dan materialistis dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kondisi karut marut sekarang ini semakin mengukuhkan bahwa puasa sebagai salah satu wasiat Ramadhan yang harus selalu dijaga untuk membentengi diri kita dari serangan virus duniawi yang sangat menggoda.

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Maasyirol Muslimin Ramimakumullah

2. Ramadhan Bulan kepasrahan secara total kepada Allah SWT.

يائيها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

Artinya: “Wahai Orang-orang yang beriman diwajibkan ataas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Berdasarkan Firman Allah di atas, tujuan akhir yang ingin digapai dari pelaksanaan ibadah saum adalah Takwa. Para ulama sepakat bahwa takwa secara bahasa berasal dari waqâ-yaqî-wiqaya[tan], artinya adalah menjaga/memelihara. Sedangkan secara istilah takwa adalah (Imtitsâl awâmiri al-Allâh wa al-Ijtinâb al-Nawâhy) melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Definisi tersebut sebagai tolak ukur untuk menilai keberhasilan puasa seseorang dengan kwalitas ketakwaannya, namun jika tidak demikian, maka ibadah puasa tidak akan berbuah apa-apa kecuali hanya lapar dan dahaga, sebagaimana Rasulullah bersabda:

حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ أُسَامَةَ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ

(AHMAD-9308) : Telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar dari Usamah dari Sa’id dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah s.a.w bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahala puasanya selain lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan pahala shalat malamnya selain bergadang semata.”

Wasiat takwa inilah yang harus senantiasa kita jaga dan pelihara pasca bulan Ramadhan, sebab takwa tidak terikat ruang dan waktu sebagaimana Rosulullah bersabda :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِي شَبِيبٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

(TIRMIDZI-1910) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi, telah menceritakakan kepada kami Sufyan dari Habib bin Abu Tsabit dari Maimun bin Abu Syabib dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.”

Maka ciri orang bertakwa adalah takut kepada Allah kapan saja dan dimana saja. Dari pendidikan puasa ini seharusnya melahirkan para pemimpin yang adil dan masyarakat yang beriman, sehingga Allah SWT, akan segera menurunkan Rahmat dan Barakahnya ke negeri yang kita cintai ini. Sebaliknya jika pemimpin dan rakyatnya tidak beriman dan bertakwa, maka kita dapat menyaksikan bentuk-bentuk kemaksiatan yang sedang terjadi, yaitu maraknya praktik suap-menyuap, korupsi, mafia kasus (markus), kriminalitas, bobroknya mental penegak hukum begitu juga rapuhnya akhlak para pejabat baik di tingkat eksekutif, legistlatif dan yudikatif. Jika kondisi ini terjadi, maka Hal ini membuktikan bahwa ibadah puasa belum menyentuh kepada substansi yang sesungguhnya tetapi baru sebatas menyentuh formalitas fiqhiyah saja, sebab hal ini belum terkorelasi secara signifikan antara puasa dengan pola prilaku dan akhlak para pemimpin dan masyarakat.

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Maasyirol Muslimin Ramimakumullah

3. Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an

Allah SWT berfirma :

شهر رمضان الذي أبزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان

“ Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil”

Berdasarkan ayat di atas, kita semua mafhum bahwa al-Qur’an adalah Mu’jizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk hidup bagi manusia. Petunjuk itu diyakini oleh umat Islam akan membawa jalan keselamatan dunia dan akhirat. Setiap bulan Ramadhan kita memperingati nuzulul Qur’an, peringatan itu membuktikan bahwa kita harus senantiasa mengingat bahwa al-Qur’an adalah petunjuk hidup yang diwasiatkan oleh Rasulullah kepada umat Islam untuk diamalkan, bukan hanya diperingati secara seremonial.

Pelajaran penting yang dapat kita petik dari nuzulul Qur’an pada bulan ramadhan adalah menjadikan al-Qur’an sebagai pandangan hidup kita (manhâj al-Hayah). Karena al-Qur’an sebagai solusi atas segala problem hidup yang sedang menghimpit kehidupan bangsa kita dari semua aspek kehidupan; bidang politik, hukum, ekonomi, budaya, social dan lain sebagainya. Munculnya berbagai krisis yang menimpa semua lini kehidupan disebabkan diterapkannya system sekular ) yaitu faham pemisahan Agama dari kehidupan dan Negara) ditengah-tengah masyarakat kita. Dari system itu, maka lahirlah system politik liberal yang menafikan kedaulatan Allah, system ekonomi kapitalistik, sistem budaya yang hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik serta paradigam pendidikan yang materialistik.

Oleh karena itu, satu-satunya solusi untuk menyelamatkan bangsa kita dari berbagai krisis yang menghimpit kehidupan ini adalah kembali kepada al-Qur’an dan sunnah yang harus segera diterapkan dalam semua aspek kehidupan; baik secara individu, masyarakat bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Allah swt. berfirman,

وقل جاء الحق وزحق الباطل إن الباطل كان زهوقا
وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين ولا يزيد الظالمين الا خسارا

“dan katakanlah kebenaran telah datang dan yang bathil telah lenyap, sungguh yang batil itu pasti lenyap.” Dan kami turunkan dari al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim alquran itu hanya akan menambah kerugian.” (al-Isra : 81-82).

Allah berfirman :

إن هذا القرآن يهدى للتي هي أقوم ويبشر المؤمنين الذين يعملون الصلحت أن لهم أجرا كبيرا

“sesunggunya alquran ini memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mu’min yang mengerjakan kebaikan bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (al-Isra : 9).

Oleh karena itu, berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an di atas, pelajaran penting setelah ramadhan adalah saatnya kita tinggalkan semua keyakinan atau faham yang bertentangan dengan Islam seperti sekularisme dan liberalisme yang telah menyengsarakan kehiduapan kaum muslimin

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Maasyirol Muslimin Ramimakumullah

4. Ramadhan bulan Zakat, Infak dan Sedekah

Bulan ramadhan memberikan pelajaran kepada kita bahwa harta dan kekayaan yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah SWT, oleh karena itu tidak pantas jika seadainya kita menyombongkan diri atas kekayaan dan harta yang kita miliki. Dibalik harta dan kekayaan yang kita miliki ada hak orang lain yang harus diberikan, Allah berfirman:

والذين فى أموالهم حق معلوم للسائل والمحروم

“dan orang-orang yang ualam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta. “ (al-Maarij : 24-25).

Ramadhan mengajarkan kita agar menjadi orang yang dermawan, peduli kepada sesama kapanpun dan dimanapun kita berada sebab pada hakikatnya apapun yang kita berikan pasti Allah akan membalasnya. Rasulullah saw. bersabda, “dan apa yang kalian telah infakkan Allah pasti akan membalasnya.”

Tidak ditemukan dalam teori ajaran Islam bahwa orang menjadi miskin karena berinfak; yang ada malah sebaliknya orang yang kikir dalam infak pada hakiktnya adalah miskin.

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Maasyirol Muslimin Ramimakumullah

5. Ramadhan bulan Tauhid al-Ummat (kesatuan Umat Islam)

Pelajaran kelima dari wasiat Ramadhan adalah kesatuan Ummat (tauhid al-Ummah). Miris rasanya jika kita melihat kondisi umat Islam hari ini yang selalu menjadi umat yang lemah dan tertidas. Padahal secara kwantitas penduduk muslim dunia kurang lebih 1,5 Milyar, tapi jumlah ini tidak mencerminkan kekuatan kaum muslimin. Faktanya sampai saat ini kita masih menyaksikan pembantaian saudara-saudara kita di Jalur Gaza oleh zionis Israel. Saudara-saudara kita di Suriah oleh Basar Assad, begitu juga penderitaan Saudara-saudara kita di Rohingya atas kekejaman Rezim Myanmar. jutaan anak kehilangan orang tuanya; begitu juga jutaan wanita menjadi janda karena telah kehilangan suaminya. Kekayaan alam milik kaum muslimin dijarah dan dikuasai oleh negara-negara barat akibat cengkraman kapitalisme global seperti lintah yang sedang menghisap darah. Pemandangan ini nyaris sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah Saw

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ بَكْرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ السَّلَامِ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

ABUDAUD-3745) : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Ibrahim bin Ad Dimasyqi berkata, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Bakr berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Abdus Salam dari Tsauban ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hampir-hampir bangsa-bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di mangkuk.” Seorang laki-laki berkata, “Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?” beliau menjawab: “Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian Al wahn.” Seseorang lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu Al wahn?” beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati

Kondisi ini seharusnya tidak terjadi menimpa umat Islam yang dikatakan dalam al-Quran sebagai khairu Ummah (Ummat yang terbaik), mengingat Tuhan kita satu, Rasul kita satu, Kitab kita satu, Kiblat kita satu, syariat kita satu, lantas mengapa umat Islam diseluruh dunia tidak bersatu? Kenyataan ini terjadi ketika kaum muslimin tidak memiliki kepemimpinan yang satu yaitu seorang Amirul mu’minin seperti sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhum. Mereka semua dapat menyatukan seluruh kaum muslimin dalam satu bendera yaitu laa ilaaha illa Allah. Rasulullah bersabda:

وَبِهَذَا الْإِسْنَادِ مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ يُطِعْ الْأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ يَعْصِ الْأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي وَإِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَعَدَلَ فَإِنَّ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرًا وَإِنْ قَالَ بِغَيْرِهِ فَإِنَّ عَلَيْهِ مِنْهُ

(BUKHARI-2737) : Masih melalui jalur periwayatan yang sama seperti hadits sebelumnya, dari Abu Hurairah; Dan dengan sanad diatas, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Barang siapa yang taat kepadaku berarti dia telah taat kepada Allah dan barang siapa yang bermaksiat kepadaku berarti dia telah bermaksiat kepada Allah. Dan barang siapa yang taat kepada pemimpin berarti dia telah taat kepadaku dan barang siapa yang bermaksiat kepada pemimpin berarti dia telah bermaksiat kepadaku. Dan sesungguhnya imam (pemimpin) adalah laksana benteng, dimana orang-orang akan berperang mengikutinya dan berlindung dengannya. Maka jika dia memerintah dengan berlandaskan taqwa kepada Allah dan keadilan, maka dia akan mendapatkan pahala. Namun jika dia berkata sebaliknya maka dia akan menanggung dosa”.

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Maasyirol Muslimin Ramimakumullah

Demikianlah kurang lebih beberapa wasiat dan pelajaran Bulan Ramadhan bagi kaum muslimin yang harus diamalkan dalam kehidupan sekarang ini. Mengingat kaum muslimin akan bangkit dan meraih kemulian hanya dengan Islam, sebagaimana kemuliaan yang telah diraih oleh para pendahulu kita pada zaman Khulafa al-Rasyidin. Mudah-mudahan kita istiqamah dapat menjaga terus semangat dan nilai-nilai ramadhan dalam kehidupan kita. Pada akhirnya di hari yang suci ini marilah kita menundukkan kepala dan menghadirkan hati kita untuk memanjatkan do’a kepada Allah SWT.

اللهم صلى وسلم على سيدنا وحبيبنا وكريمنا ومولنا محمد وسلم ورضي الله تبارك عن كل صحابة رسول الله اجمعين آمين يا رب العالمين
اللهم اغفرلنا ولوالدينا وارحمها كما ربيانا صغارا. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات انك سميع قريت مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات
اللهم اختم لنا شهر رمضان برضوانك وأجرنا من عقوبتك ونيرانك واجعل مآلنا إلى جنتك
اللهم أعد علينا رمضان أعواما متتالية وارزقنا الزهادة فى الدار الفانية وارفع منازلنا فى جنة عالية
اللهم اجعلنا ممن قبلت صيامه وقيامه وغفرت زللة وإجرامه ووفقته لطاعتك فاستعد لما أمامه, اللهم ارزقنا الإستقامة على دينك فى كل زمان, فى رمضان وفى غير رمضان
اللهم حبب إلينا الإيمان وزينه فى قلوبنا وكره الينا الكفر والفسوق والعصيان واجعلنا من الراشدين
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذهديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
ربنا آمنا بما أنزلت واتبعنا الرسول فاكتبنا مع الشاهدين
ربنا اغفرلنا ولإخواننا الذين سبقوانا بالإيمان ولا تجعل فى قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا انك رءوف رحيم
ربنا لا تؤاخذنا ان نسينا او أخطأنا ربنا ولا تحمل علينا إصرا كما حملته على الذين من قبلنا ربنا ولا تحملنا مالا طاقة لنا به واعف عنا واغفرلنا وارحمنا انت مولنا فانصرنا على القوم الكافرين
ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

Ya Allah Ya Tuhan Kami, Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, Ibu-bapak kami dan berilah kasih sayang pada keduanya, sebagaimana mereka telah mendidik kami diwaktu kecil

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahiim ampunilah segala dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mukminat baik mereka yang masih hidup ataupun telah mati, Yaa Allah Engkau Maha Mendengar rintihan doa hamba-Mu dan Engkau Maha dekat dalam mengabulkan doa-doa kami.

Yaa Saamii..jadikanlah perpisahan kami dengan bulan Ramadhan atas ridho-Mu, dan selamatkanlah kami dari siksa api neraka-Mu serta tempatkanlah kami kedalam surge-Mu.

Yaa Bashir…pertemukanlah kerinduan kami dengan Ramadhan tahun depan dan tahun-tahun berikutnya dan karuniakanlah kepada kami kesempatan untuk bersungguh-sungguh dalam beramal di bulan ramadhan dan angkatkanlah kami dalam derat yang mulia di sisi-Mu yaa Ghafuur.

Yaa Basiith… terimalah amal ibadah kami, Puasa kami, ruku-sujud dan tilawah kami dan ampunilah kelalaian kami dan berilah kekuatan kepada kami agar dapat melaksanakan semua amanah yang kau bebankan pada kami, dan tetapkanlah kami untuk senatiasa beristiqamah menjalankan perintah-Mu ya Allah..

Yaa Allah berikanlah kepada kami lezatnya iman, dan hiasilah hati kami dengan iman, tumbuhkanlah kebencian terhadap kekufuran dan kemaksiatan dan jadikanlah kami sebagai orang yang mendapat petunjuk.

Yaa Rabb, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakannlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia

Yaa Tuhan Kami, Kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian.

Yaa Tuhan Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman, Yaa Tuhan Kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun Maha Penyayang.

Yaa Allah, janganlah Engkau hokum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan, Yaa Tuhan kami janganlah Engkau bebani kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada Orang-orang sebelum kami. Yaa Tuhan kami janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya, maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami Engkaulah pelindung kami maka tolonglah kami mengahadapi kaum yang kafir. Walhamdulillahi rabbil a’lamin

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

No comments:

Post a Comment