Menurut Imam Ghazali, Para Sufi adalah pencari kebenaran yg paling hakiki, jln Sufi adalah paduan ilmu dgn amal, sebagai buahnya adalah akhlak. Keistimewaan Para Sufi tidak mungkin tercapai hanya dengan belajar, harus dengan ketersingkapan batin, keadaan rohaniah, serta penggantian tabiat2. Lebih jelasnya menurut Imam Ghazali, Tasawwuf adalah semacam pengalaman maupun penderitaan yg sebenar. Imam Ghazali menyatakan, Para Sufi adalah "org2 yg lebih mengutamakan keadaan rohani dpd ucapannya.”
Imam Ghazali menguraikan seluruh pengalaman rohaniahnya dlm karyanya 'Al-Munqidz min al-Dhalal', sedangkan Ihya Ulumudin menguraikan ttg Jalan Tasawwuf. Imam Ghazali berpendapat bahwa Jalan Para Sufi dimaksudkan sebagai “penyucian diri kamu, pembersihan nya serta pencerahannya, lalu persiapan dan penantian (makrifat).” Beliau menjelaskan latihan rohaniah, yg sesuai dgn tabiat terpuji, sbg kesihatan kalbu dan ini lebih beliau lebih utamakan dpd kesihatan jasmani, sebab penyakit anggota tubuh luar hanya membuat hilangnya kehidupan di dunia ini saja, sementara penyakit kalbu akan membuat hilangnya kehidupan yg abadi. Kesihatan kalbu “harus dipelajari semua org yg mempunyai akal budi”.
“Begitulah halnya seorang murid memerlukan seorang Guru/Syeikh yang membimbing pada jalan yang lurus. Sebab jalan begitu samar2 dan jalan syaitan begitu beraneka. Barang siapa tidak mempunyai sang penunjuk yang menjadi panutan, dia dibimbing syaitan ke arah jalannya.” Dan “hendaklah dia berpegang teguh kepada Gurunya bagaikan pegangan seorang buta dipinggir sungai, di mana dia sepenuhnya menyerahkan dirinya kepada sang pembimbing, serta tidak berselisih pendapat dengannya“. Menurut Imam Ghazali, seorang yang menempuh Jalan Sufi, harus konsisten menjalani hidup menyendiri, diam, menahan lapar, dan tidak tidur di malam hari . Dimaksudkan untuk membina kalbu dari pelbagai tarikan duniawi yang menghambat Jalan Para Sufi.
No comments:
Post a Comment