Apabila hati sudah dlm keadaan bersih, maka hati akan memancarkan cahayanya. Cahaya ini dinamakan Nur Qalbu. Nur Qalbu ini akan menerangi akal sehingga akal dapat berfikir jernih dan merenung tentang hal-hal keTuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri. Perenungan yang dilakukan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyadari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yg menguasai dirinya sendiri. Kesadaran ini membuat nya merasakan dgn jelas betapa dekatnya Allah s.w.t dengannya. Tumbuhlah didalam hati Nuraninya perasaan bahwa Allah s.w.t sentiasa mengawasinya. Allah s.w.t melihat segala aktifitasnya, mendengarkan segala ucapannya dan mengetahui bisikan hatinya.
Sehingga menjadikannya seorang Mukmin yang cermat dan selalu waspada. Seorang Mukmin yang taat kepada Allah s.w.t tekun menjalankan ibadah, sehingga akan meningkatkan kekuatan Ruhaninya. Dia juga akan menyerahkan segala urusan kehidupannya hanya kpd Allah s.w.t. Dia tidak lagi khuwatir terhadap sesuatu yg akan menimpanya, walaupun bala yg besar. Dia tidak lagi tergantung kpd sesama makhluk. Hatinya telah teguh dengan perasaan redha terhadap apapun yg menjadi ketentuan Allah s.w.t untuknya. Musibah tidak akan menggoyah kannya dan nikmat tidak akan menggelincirkannya karena musibah dan nikmat sama baginya yaitu sama2 takdir Allah s.w.t yg ditentukan utknya. Dia akan berfikir apa yg Allah s.w.t takdirkan utknya adalah yg terbaik. Org yg seperti ini akan selalu berada didlm perlindungan Allah s.w.t, karena dia telah menyerahkan dirinya hanya kpd Allah s.w.t. Terhadap org yang seperti ini Allah akan mengurniakannya kemampuan untuk melihat dengan mata hati dan bertindak dgn petunjuk yg datang dari Allah s.w.t langsung (Laduni), tidak lagi melalui fikiran, kehendak diri sendiri atau angan2. Pandangan mata hati terhadap hal-hal ketuhanan memberi nampak kepada hatinya. Dia mengalami suasana yg menyebabkan dia menafikan wujud dirinya dan dikembalikan kpd hanya wujud Allah s.w.t semata.
Suasana ini muncul karena hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati. Dia benar2 merasakan Mahanya Allah s.w.t tidak sekadar mempercayainya. Pengalaman akan hakikat ketuhanan inilah yang dikatakan melihat dengan mata hati. Mata hati melihat atau menyaksikan Mahanya Allah s.w.t dan hati merasakan Mahanya Allah s.w.t itu. Mata hati hanya melihat kepada wujud Allah s.w.t, tidak lagi melihat kepada wujud dirinya. Org yg berada didalam suasana spt ini telah berpisah dari sifat2 kemanusiaannya. Dalam keadaan seperti ini dia tidak lagi terpancang akan aturan2 manusia, dia hanya mementingkan hubungan dengan Allah s.w.t.Soal yang menyangkut keduniawi tidak lagi menjadi tujuannya. Org yg mencapai peringkat ini dikatakan sbg org yg mencapai peringkat/makam tauhid sifat. Hatinya jelas merasakan bahwa tidak ada yang berkuasa melainkan Allah s.w.t dan segala sesuatu itu datangnya hanya dari kehendak Allah s.w.t.
Ruhani manusia melalui beberapa peningkatan dlm proses mengenal Tuhannya. Pada tahap awal terbuka mata hati dan Nur qalbu memancar menerangi akalnya. Seorang Mukmin yg akalnya diterangi oleh Nur Qalbu akan melihat betapa dekatnya Allah s.w.t dgn dirinya. Dia melihat dengan ilmunya dan memiliki keyakinan yg dinamakan ilmu yakin. Ilmu berhenti disitu. Pada tahapan kedua mata hati yg terbuka sudah boleh melihat, dan dia sudah tidak lagi melihat dengan mata keilmuan melainkan dengan mata hati. Kemampuan mata hati utk melihat itulah yg dinamakan kasyaf. Kasyaf melahirkan pengenalan atau makrifat. Seseorg yg berada didlm makam makrifat dan mendapatkan keyakinan melalui kasyaf dikatakan mendapatkan keyakinan yg dinamakan ainul yaqin. Pada tahapan ainul yaqin makrifatnya goib dan dia juga ghaib dari dirinya. Maksud ghaib disini adalah hilang perhatiannya dan kesadarannya terhadap suatu perkara. Beginilah hukum makrifat yg berlaku. Makrifat lebih tinggi nilainya dari ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pencapaian terhadap persoalan yang terpecah2 bidangnya. Makrifat adalah pencapaian terhadap hakikat2 yang menyeluruh yaitu hakikat kepada hakikat2. Tetapi penyaksian mata hati jauh lebih tinggi dari ilmu dan makrifat, karena penyaksian itu adalah hasil dari kemauan keras dan perjuangan yg gigih yg disertai dengan upaya hati dan pengalaman. Penyaksian adalah setinggi2 keyakinan. Penyaksian yang paling tinggi adalah penyaksian hakikat oleh mata hati. Ini merupakan keyakinan paling tinggi dan dinamakan hakkul yaqin. Pada tahap penyaksian hakiki mata hati, mata hati tidak lagi melihat kepada ketiadaan dirinya atau kewujudan dirinya akan tetapi Allah SWT dilihat dalam segala sesuatu, segala kejadian, dalam diam dan dalam ucapan. Penyaksian hakiki mata hati Melihat Allah tanpa dinding penutup antara kita dengan Allah s.w.t. Dia (Allah) tidak terpisah dari kita.
Penyaksian yg hakiki adalah melihat Allah s.w.t dlm segala sesuatu dan pada setiap waktu. Pandangan nya terhadap makhluk tidak menutupi pandangannya terhadap Allah s.w.t. Inilah makam keteguhan yg dipenuhi oleh ketenangan serta kedamaian yg sejati dan tidak berubah2, bernaung dibawah payung Yang Maha Agung dan ketetapan yg teguh. Pada penyaksian yg hakiki tiada lagi ucapan, tiada bahasa, tiada ibarat, tiada ilmu, tiada makrifat, tiada pendengaran, tiada kesadaran, tiada hijab dan semuanya tidak ada. Tabir hijab telah tersingkap, maka Dia dipandang tanpa ibarat, tanpa huruf, tanpa abjad. Allah s.w.t dipandang dgn mata keyakinan bukan mata zahir atau mata ilmu atau mata kasyaf. Org yg memperoleh haqqul yaqin berada dlm suasana hatinya kekal bersama Allah pada setiap detik, setiap ruang dan waktu.
No comments:
Post a Comment