Saturday, July 9, 2016

MENJAUHI SIFAT DUSTA

“Tidak sempurna iman seorang hamba sampai dia meninggalkan berdusta dlm gurauan dan meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam posisi benar!” Dusta adalah kabar yg tidak sesuai dgn kenyataan, dan sudah semestinya bagi setiap Muslim agar menghindarinya dalam pergaulannya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (Al-Isra:36). Imam Malik menyampaikan bahwa Ibnu Mas’ud berkata: “Seorg hamba yg berdusta dan terus-menerus berdusta maka akan terlukis satu titik hitam di hatinya sampai rata hatinya berwana hitam, maka dia di sisi Allah akan ditulis termasuk golongan pendusta.” (HR Imam Malik dalam kitab Al-Muwatha’). Dlm masalah ini, setiap org Islam agar tidak berdusta dlm segala perkara, bahkan meskipun dgn bergurau. Hendaknya dicamkan dalam diri mereka. Sabda Rasulullah saw: “Tidak sempurna iman seorang hamba sampai dia meninggalkan berdusta dalam gurauan dan meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam posisi benar.” (HR Ahmad dan Ath-Thabrani).

Rasulullah saw jika bergurau dengan para Sahabatnya, beliau tidak berkata kecuali yang benar dan jujur, seperti tertera dalam sebuah kisah berikut: Dari Hasan r.a dia berkata, “Datanglah seorang wanita tua kepada Nabi saw, lalu wanita itu berkata: ‘Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar memasukkanku ke dalam Syurga’. Maka Rasulullah menjawab, ‘Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya Syurga itu tidak akan dimasuki oleh org ya tua.’ Hasan melanjutkan, “Maka wanita itu berbalik pergi sambil menangis, kemudian Rasulullah saw bersabda: ‘Beritahukan kepadanya kalau dia tidak akan memasukinya dlm keadaan tua.'

Allah Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Al-Waqi’ah : 35-37)

(HR. At-Tirmidzi).Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki minta tumpangan kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: “Saya akan memberimu tumpangan di atas seekor anak unta.” Orang tadi keheranan dan bertanya: “Apa yang bisa saya perbuat dengan anak unta, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Bukankah yang melahirkan unta dewasa itu adalah anak unta juga?”

Yang menyedihkan bagi seorang Islam adalah adanya sebahagian orang yang membuat tertawa orang lain dengan sengaja berbohong, seperti banyak kita saksikan di masyarakat dan grup-grup sandiwara dan lawak. Dalam sebuah hadits dari Nahzi bin Hakim ra dari bapanya dari abangnya ra: Rasulullah saw bersabda: “Celakalah seseorang yang berkata lalu berbohong agar ditertawakan oleh suatu kaum, celakalah dia, celakalah dia.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-I, dan Al-Baihaqi)

Berkatalah yang benar dan selalu berusahalah untuk berkata benar sampai kamu ditulis di sisi Allah Ta’ala sebagai orang yang jujur. Berhati-hatilah dari berdusta, karena dusta memberi akibat kepada timbulnya kerusakan2 besar dan fitnah yang besar. Rasulullah saw bersabda: “Aku malam tadi bermimpi didatangi oleh dua orang dan keduanya memberitahuku: “Orang yang dirobek bibirnya dan lidahnya seperti yang kamu lihat tadi adalah pendusta yang membuat kedustaan dan disebarkannya ke seluruh penjuru. Maka dia akan terus diazab seperti itu sampai hari Kiamat.” (HR. Bukhari). 
Seorang penyair telah memperingat kan manusia dari berdusta dan akibatnya, dan hal itu merupakan aib bagi pelakunya ketika diketahui kedustaannya, sehingga akan mengakibatkannya rendah dan hina di hadapan manusia. Penyair tersebut berkata:

Jika manusia itu diketahui berdusta,  maka di hadapan manusia akan tetap saja dianggap sebagai pendusta, walaupun dia berkata benar. Jika dia berkata, ucapannya akan diabaikan kawan-kawannya. Mereka tidak akan mendengarkannya walaupun hanya satu kata.

Dalam menjelaskan kotornya perbuatan dusta dan menganjurkan untuk menjauhinya, penyair lain berkata:

Tidaklah berdusta seseorg melainkan itu merupakan kehinaanya. Atau perbuatan buruk, atau tanda tidak beradab. Sebahagian bangkai anjing lebih enak baunya. Dpd kedustaan seseorang dlm seriusnya mahu pun guraunya.

No comments:

Post a Comment