Zaug itu berada di dalam kalbu. Zikir di dalam tasawuf sebenarnya bukan melafazkan zikir, bukan pula menghitung zikir. Kerana, kalau zikir itu telah menjadi dawam (tidak pernah putus), bukankah hitungannya hanya satu dikir. Zikir itu adalah mengingat Tuhan di dalam hati (qalbu). Jika kita terpaku dan fokus kepada hitungan zikir dan lafaz zikir, maka bisa saja kita lalai terhadap Tuhan.
Seorang sufi al-Syibli mengatakan, "Orang yang zikir dan ingat zikirnya ketika ia berzikir, maka ia lebih lalai daripada orang yang tidak berzikir. Kenapa, kerana orang yang tidak berzikir tidak memfokuskan dirinya kepada sesuatu. Ia bisa saja lalai lalu ingat kembali kepada Tuhan. Tetapi, kalau yang ingat tentang zikirnya saja (bukan Tuhan), ia memfokuskan dirinya kepada zikir (lafaznya, hitungannya, dan sebagainya), maka ia menjadi lalai dengan Tuhan. WAllahu A’lam!
Seorang sufi al-Syibli mengatakan, "Orang yang zikir dan ingat zikirnya ketika ia berzikir, maka ia lebih lalai daripada orang yang tidak berzikir. Kenapa, kerana orang yang tidak berzikir tidak memfokuskan dirinya kepada sesuatu. Ia bisa saja lalai lalu ingat kembali kepada Tuhan. Tetapi, kalau yang ingat tentang zikirnya saja (bukan Tuhan), ia memfokuskan dirinya kepada zikir (lafaznya, hitungannya, dan sebagainya), maka ia menjadi lalai dengan Tuhan. WAllahu A’lam!
No comments:
Post a Comment