Dalam kitab KimiyaAs-Sa'adah, Imam Al-Ghazali menjelaskan: “Dunia ini adalah sebuah panggung atau pasar yang disinggahi para musafir dalam perjalanan mereka ke tempat lain. Di sinilah mereka membekali diri dengan berbagai perbekalan. Dengan bantuan perangkat indriawinya, manusia harus memperoleh pengetahuan tentang ciptaan Allah dan, melalui perenungan terhadap semua ciptaan-Nya itu, ia akan mengenal Allah. Pandangan manusia mengenai Tuhannya akan menentukan nasibnya di masa depan. Untuk memperoleh pengetahuan inilah ruh manusia diturunkan ke dunia tanah dan air. Selama indranya masih berfungsi, ia akan menetap di alam ini. Jika semuanya telah sirna dan yang tertinggal hanya sifat-sifat esensinya, berarti ia telah pergi ke “alam lain”.
Selama hidup di dunia ini, manusia harus menjalankan dua hal penting, yaitu melindungi dan memelihara jiwanya, serta merawat dan mengembangkan jasadnya. Jiwa akan terpelihara dengan pengetahuan dan cinta kepada Allah. Sebaliknya, jiwa akan hancur jika seseorang terserap dalam kecintaan kepada sesuatu selain Allah. Sementara itu, jasad hanyalah hewan tunggangan bagi jiwa, yang kelak akan musnah. Setelah kehancuran jasad, jiwa akan abadi. Kendati demikian, jiwa harus merawat jasad layaknya seorang pedagang yang selalu merawat unta tunggangannya.
Tetapi jika ia menghabiskan waktunya untuk memberi makan dan menghiasi untanya, tentu rombongan kafilah akan meninggalkannya dan ia akan mati sendirian di padang pasir. Untuk bertahan dan berkembang, jasad hanya membutuhkan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Tetapi nafsu jasmani yang tertanam dalam dirinya untuk memenuhi kebutuhan itu cenderung memberontak melawan nalar yang tumbuhnya lebih lambat ketimbang nafsu. Karenanya, nafsu jasmani harus dikendalikan dengan hukum-hukum Tuhan yang diajarkan oleh para nabi.
Lalu, berkenaan dengan dunia yang kita tempati ini, ia terbagi ke dalam tiga kelompok utama, yaitu hewan, tumbuhan, dan mineral. Produk ketiganya terus-menerus dibutuhkan manusia, yang kemudian memunculkan tiga bidang profesi utama, yaitu para pembuat pakaian, tukang bangunan, dan pekerja tambang. Tentu saja ketiga bidang kerja utama itu menurunkan profesi-profesi lain yang lebih khusus, seperti penjahit, tukang batu, tukang besi, dan lain-lain. Semua pekerja dalam berbagai bidang itu saling terkait satu sama lain.
Tidak ada seorang pun yang terlepas dari yang lain. Keadaan ini melahirkan sistem hubungan perdagangan yang pada gilirannya sering kali memunculkan kebencian, iri hati, cemburu, dan penyakit jiwa lainnya. Ujung-ujungnya, timbul pertengkaran dan perselisihan, yang memunculkan kebutuhan terhadap kekuasaan politik dan sipil serta pengetahuan tentang hukum.
Begitulah, berbagai bidang profesi, perdagangan, jasa, dan lain-lain bermunculan di dunia ini yang semakin memperumit keadaan dan menimbulkan kekacauan sosial. Apa pasal? Karena manusia lupa bahwa kebutuhan mereka sebenarnya hanya tiga, yaitu pakaian, makanan, dan tempat tinggal, yang semuanya semata-mata dibutuhkan agar jasad dapat menjadi tunggangan yang layak bagi jiwa dalam perjalanannya ke alam berikutnya.
Mereka terjerumus dalam kesalahan yang sama seperti peziarah ke Mekah yang, karena melupakan tujuan ziarah, menghabiskan seluruh waktunya untuk memberi makan dan menghiasi hewan tunggangannya. Seseorang pasti akan terpikat dan disibukkan oleh dunia (yang menurut Rasulullah daya pikatnya lebih kuat daripada sihir Harut dan Marut) kecuali jika ia mengawasi dan mengendalikan nafsunya dengan ketat”. (Imam Al-Ghazali dalam kitab Kimiya As-Sa’adah).
2). NASIHAT BAGI JIWA YANG DAMAI
“Wahai anak Adam! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepadamu. Penuhilah janjimu, niscaya Aku akan memenuhi janji-Ku kepadamu. Hanya kepada-Ku hendaknya kamu takut” (QS Al-Baqarah: 40). Sebagaimana kalian tidak akan dapat memberi petunjuk jalan hanya dengan suatu tanda, maka begitu pula jalan menuju surga hanya dengan amal.
Sebagaimana harta kekayaan hanya dapat diperoleh dengan usaha keras, maka begitu pula kalian hanya bisa masuk surga dengan bersabar dalam beribadah kepada-Ku. Maka hampirilah Allah dengan amal ibadah sunah. Carilah ridha-Ku pada ridhanya para fakir-miskin. Bersegeralah menuju rahmat-Ku dengan mendatangi majelis-majelis ulama, karena rahmat-Ku tak pernah lepas dari mereka walau sekejap mata pun.
Allah SWT berfirman: ‘Wahai Musa! Dengarkanlah apa yang Ku-katakan! Siapa yang sombong terhadap orang miskin, dia akan dikumpulkan pada Hari Kiamat dalam bentuk seperti semut kecil. Sebaliknya, siapa yang rendah hati pada mereka, dia akan dimuliakan di dunia dan di akhirat. Siapa yang membuka rahasia orang miskin, dia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan rahasianya terungkap. Siapa yang menghina orang miskin berarti dia telah terang-terangan memerangi-Ku. Dan, siapa yang beriman kepada-Ku, maka malaikat menyalaminya baik di dunia maupun di akhirat”. (Hadis Qudsi, dikutip dari kitab Al-Mawaizh fi al-Ahadis al-Qudsiyyah, karya Imam Al-Ghazali).
3). NASIHAT UNTUK MASA SENJAMU
Allah SWT berfirman: “Wahai anak Adam! Mintalah kepada-Ku sesuai kadar kebutuhanmu kepada-Ku dan berbuat maksiatlah kepada-Ku sesuai dengan kadar kekuatanmu menghadapi api neraka. Janganlah kalian melihat pada ajal kalian yang ditunda, pada rezeki yang sekarang kalian dapatkan, dan dosa-dosa kalian yang tersembunyi. “Segala sesuatu pasti akan binasa kecuali zat-Nya. Milik-Nya semua aturan dan kepada-Nya kalian dikembalikan” (QS Al-Qashas: 88). (Hadis Qudsi, dikutip dari kitab Al-Mawaizh fi al-Ahadis al-Qudsiyyah, karya Imam Al-Ghazali).
No comments:
Post a Comment