Bahagiakanlah orang yang kamu kenal maupun tidak kamu kenal, niscaya kamu akan menemukan kebahagiaan dalam diri kamu sendiri. Kita harus saling mencintai satu sama lain, menebar kasih sayang sepanjang waktu. (Syekh Ali Jum’ah).
2). RASUL SAW TAK ADA BAYANGAN
Seorang murid bertanya kepada Syekh Ali Shalih, Salah satu pakar bahasa al-Azhar: "Mengapa Rasulullah tidak ada bayangannya?” Beliau menjawab: "Karena jika ada bayangannya, maka bayangannya akan terinjak oleh orang lain.” Sallallahu alaihi wa sallam. Ketika Allah menamai diriNya sendiri dengan sesuatu yang berkaitan dengan cinta (mahabbah), Allah memilih nama ‘wadud'. Apa perbedaan antara hubb dan wudd? Hubb adalah sebuah makna yang tertanam dalam jiwa, ada yang bisa mengekspresikan dan ada yang tidak bisa mengekspresikan rasa cinta tersebut. Kalau wudd adalah sebuah ekspresi dari rasa cinta yang tertanam dalam jiwa tadi, bisa dengan cara ucapan ataupun tindakan. (Habib Ali al-Jufri).
3). MENGAPA EMPAT MAZHAB?
sebab:
1. Mudawanah (Tertulis)
2. Mudalalah (Memiliki dalil)
3. Makhdumah (digunakan)
4. Mutadawilah (Tersebar)
5. Ijma umat bahwa empat madzhab merupakan madzab Ahli sunnah waljamaah (Syekh Hisyam Kamil).
4). KRITIK ITU PADA PEMIKIRANNYA
Kritikan kita kepada seseorang itu lebih kepemikirannya, bukan mengarah ke kepribadiannya. (Syekh Yusri Rusdi Jabr).
5). STUDI DALAM MIMPI
Suatu ketika Syekh Shalih Ja’fari bersama teman-temannya belajar nahwu “Hasyiyah Khudlari ala syarhi Ibni Aqil” di masjid al-Azhar. Ditengah-tengah belajar mereka menemukan kesulitan dalam memahami beberapa ta’bir yang dimaksud oleh Syekh Muhammad Khudari pengarang kitab. Kemudian Teman-temannya keluar masjid untuk keperluan dan Syekh Shalih tertidur dimasjid. Syekh keturunan Rasulullah yang kelak menjadi Imam dan khatib masjid al-Azhar dan juga pendiri tarekat Ja’fariyah tersebut bermimpi didatangi Syekh Muhammad Khudlari dalam tidurnya. “Anda siapa?” tanya Shalih muda “Ini saya Khudlari yang menulis kitab yang sedang kamu kaji,” jawab Syekh yang dulunya juga pengajar di al-Azhar tersebut.
Tahu bahwa sedang bertemu dengan Syekh Khudlari, beliau bertanya mengenai ta’bir yang sedang dikaji dan sulit difahami. Kemudian Syekh Khudlari menjelaskan dan meluruhkan ketidak fahamannya. Kemudian saat teman-temannya datang, Shalih muda menguraikan dan menjelaskan tema yang tadinya dirasa sulit. Teman-temannya heran, tadi sama-sama tidak faham kok sekarang dia malah faham sendiri. “Kamu kok faham? Gimana ceritanya tadi?” tanya teman-temannya heran. “Tadi dijelaskan oleh yang punya kitab, Syekh Muhammad Khudlari,” jawab Shalih muda. (Syekh Fathi Hijazi. Guru Besar balaghah dan pengajar ilmu alat di masjid al-Azhar).
6). ADA ALAZHAR
Salah satu sejarawan pernah berkata, "barang siapa yang belum ke Mesir, ia tidak akan tahu wajah Islam sebenarnya dan kemuliaannya, sebab disana ada al-Azhar,” (Dr. Ahmad Umar Hasyim).
7). IKATAN TUHAN DAN MANUSIA
Ikatan manusia itu ada tiga; hubungan antara dia dan Tuhannya, hubungan antara dia dan dirinya sendiri, dan hubungan antara dia dan orang lain. Hubungan pertama antara manusia dengan Tuhan-nya. Ayat “bertakwalah dimanapun kamu berada,” adalah kaidah dasar hubungan ini.
Hubungan kedua, antara manusia dengan dirinya sendiri. “semua anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik yang salah adalah yang bertaubat,” apa yang kita kerjakan ketika melakukan kesalahan? “saya meminta ampun kepada Allah setiap hari sebanyak seratus (100) kali”.
Ketiga, hubungan antara manusia dengan orang lain. “Berperilakulah baik kepada manusia,”. Jadi, hubungan kamu kepada Allah adalah takwa. Kamu dengan dirimu sendiri adalah dengan cara segera istighfar (ketika melakukan kesalahan) dan beramal baik. Hubungan kamu dengan orang lain adalah berperilaku baik. (Dr. Ali Jum’ah).
Hubungan kedua, antara manusia dengan dirinya sendiri. “semua anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik yang salah adalah yang bertaubat,” apa yang kita kerjakan ketika melakukan kesalahan? “saya meminta ampun kepada Allah setiap hari sebanyak seratus (100) kali”.
Ketiga, hubungan antara manusia dengan orang lain. “Berperilakulah baik kepada manusia,”. Jadi, hubungan kamu kepada Allah adalah takwa. Kamu dengan dirimu sendiri adalah dengan cara segera istighfar (ketika melakukan kesalahan) dan beramal baik. Hubungan kamu dengan orang lain adalah berperilaku baik. (Dr. Ali Jum’ah).
8). JIKA AHLUL BAIT BERMAKSIAT
Jika salah seorang ahli bait bermaksiat, maka dia akan dihukum di dunia dan akhirat. Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: Jikalau Fatimah putri Nabi mencuri, maka Muhammad akan memotong tangan putrinya”. Namun ahli bait yang berbuat maksiat bukan berarti mereka pasti dalam neraka, karena Allah Maha Pengampun, dan Rasulullah memiliki syafaat. Allah akan mengakhiri mereka dalam keadaan baik. Jika mereka berbuat kejahatan, maka tetap dihukum tapi dengan santun.
Pernah seorang syarif (habib) di Makkah menenggak minuman keras, kemudian hakim menghukumnya seraya berkata, “Izinkanlah aku untuk menghukum Anda, syarif..” Pada akhirnya, nanti di akhirat setelah mereka mendapatkan ampunan, kasih sayang, dan syafaat dari Nabi, Allah akan memasukkan mereka ke sorga, tapi dengan syarat iman. (Syekh Ali Jumah).
Pernah seorang syarif (habib) di Makkah menenggak minuman keras, kemudian hakim menghukumnya seraya berkata, “Izinkanlah aku untuk menghukum Anda, syarif..” Pada akhirnya, nanti di akhirat setelah mereka mendapatkan ampunan, kasih sayang, dan syafaat dari Nabi, Allah akan memasukkan mereka ke sorga, tapi dengan syarat iman. (Syekh Ali Jumah).
9). KETIKA IBLIS MENOLAK SUJUD
Ketika Allah memerintahkan Malaikat untuk sujud kepada nabi Adam, hanya Iblis yang tidak mau. Ia memiliki alasan sebab dicipta dari api, sedangkan nabi Adam diciptakan dari tanah. Dan Iblis berasumsi bahwa ia lebih baik dari pada Adam. Padahal tanah itu memiliki manfaat yang sangat banyak sama seperti api yang memiki manfaat. Dan alasan yang disampaikan oleh Iblis karena enggan bersujud hormat kepada nabi Adam itu teori yang salah. Iblis diambil dari kata 'iblas' yang berarti putus asa. Namanya menggambarkan dirinya. (Dr. Abdul Ghafar Hilal).
10). CARA MERAIH TUJUAN
Sebagian pelajar tidak bisa membedakan antara perantara (wasilah) dan tujuan (ghayah). Tujuan yang baik hendaknya dicapai dengan perantara yang baik juga. (Syekh Abdullah bin Bayyah).
11). PENGHALANG HAKIKAT
Penghalang hakiki terhadap makrifat billah adalah nafsu. (Syekh Muhammad Muhanna).
12). MEMPERMUDAH DAN MENGANGGAP MUDAH
Tashil (mempermudah) itu tidak sama dan jauh berbeda dengan tasaahul (menganggap mudah/meremehkan). Jika tashil itu dianjurkan karena ia atas dasar mempermudah (taisir), kalau tasaahul itu muncul dari hawa nafsu. (Syekh Abdullah bin Bayyah).
13). DARI MANA KITA?
Darimanakah kita, mau apakah kita dan mau ke manakah kita nanti? Jika pertanyaan itu sudah bisa kita jawab, maka rasa malas akan hilang dari diri kita (Syekh Amru al-Wardani)
14). JIHAD DALAM PANDANGAN ISLAM
1. Kebanyakan, jihad diterjemahkan kebahasa asing (selain Arab) dengan 'perang suci', padahal Islam sendiri tidak mengenal 'perang suci'. Akan tetapi dalam Islam hanya ada dua kriteria dalam perang atau jihad; perang yang diperbolehkan (harbun masyru'ah) dan perang yang tidak diperbolehkan (harbun ghairu masyru’ah). Banyak istilah asing yang diklaim sebagai makna dari jihad yang justru malah menodai arti jihad itu sendiri. Jihad berarti mengerahkan segala kemampuan (dadzlu-l-juhdi).
Dari pengertian ini, ia terbagi menjadi dua; Jihad melawan hawa nafsu, dan jihad yang kita kenal dengan perang yang diperbolehkan (harbun masyru’ah). Dalam Islam, poin pertama dikenal dengan jihad akbar (besar). Jihad melawan hawa nafsu yang selalu memerintahkan keburukan. Kita harus berupaya mengalahkannya. Membersihkan hati dari penyakit hati seperti iri, dengki dan menyakiti orang lain. Poin kedua dikenal dengan jihad ashghar (kecil) atau harbun masyru'ah.
Dari pengertian ini, ia terbagi menjadi dua; Jihad melawan hawa nafsu, dan jihad yang kita kenal dengan perang yang diperbolehkan (harbun masyru’ah). Dalam Islam, poin pertama dikenal dengan jihad akbar (besar). Jihad melawan hawa nafsu yang selalu memerintahkan keburukan. Kita harus berupaya mengalahkannya. Membersihkan hati dari penyakit hati seperti iri, dengki dan menyakiti orang lain. Poin kedua dikenal dengan jihad ashghar (kecil) atau harbun masyru'ah.
2. Perang yang diperbolehkan oleh Islam adalah perang dalam rangka pertahanan (difa') yang tujuannya adalah menolak musuh. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur'an bahwa Allah mengizinkan umat Islam berperang ketika diperangi, bukan memerangi. "Perangilah mereka yang memerangimu dan janganlah kalian melewati batas karena sesungguhnya Allah tidak menyuaki orang-orang yang melewati batas,”
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa diperbolehkannya berperang sebatas untuk memepertahankan dari kezaliman musuh. Pada prinsipnya, Islam tidak menghendaki peperangan dan pertumpahan darah. Pengecualian degnan memberi izin berperang tersebut untuk memepertahankan (difa') dan menolak kezaliman. Memulai peperangan adalah hal yang ditolak oleh Islam dan tidak punya sandaran apapun dalam Islam. (Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq).
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa diperbolehkannya berperang sebatas untuk memepertahankan dari kezaliman musuh. Pada prinsipnya, Islam tidak menghendaki peperangan dan pertumpahan darah. Pengecualian degnan memberi izin berperang tersebut untuk memepertahankan (difa') dan menolak kezaliman. Memulai peperangan adalah hal yang ditolak oleh Islam dan tidak punya sandaran apapun dalam Islam. (Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq).
15). KARAKTER AZHARY
Seorang Azhari adalah orang yang mempunyai diqqah (ketelitian yang amat tinggi) dalam memastikan kebenaran sesuatu berita. Dia tidak cepat menghukumi dan mudah menyebarkan berita, sebaliknya dia mengkaji dengan mendalam. Selain itu, seorang Azhari itu bukanlah mereka yang cara berfikirnya seperti orang awam kebanyakan, sebaliknya harus bahkan wajib berbeda dari mereka yang tidak pernah belajar kitab-kitab turas dari para guru. Ini kerana, dengan mempelajari dan mengkaji kitab-kitab turas karangan ulama salaf akan mendatangkan malakah (kemahiran) dalam berfikir terhadap sesuatu masalah yang muncul. (Syekh Ali Jumah).
No comments:
Post a Comment