Tarikat Syadziliyyah dinisbatkan kepada Abu Hasan Syadzili, yang berasal dari Syadzilah Tunisia, dan dari sana pula bersama-sama muridnya pergi ke Mesir lalu tinggal di kota Iskandariah, sekitar tahun 642H. Syeikh Abu ‘Abbas al-Mursi (wafat tahun 686H), yang kemudian menggantikan Abu Hasan Syadzili dlm memimpin Tariqoh ini kemudian digantikan oleh Ibnu ‘Atho’illah al-Syakandari.
Tasawuf Abu Hassan Syadzili, al-Mursi dan Ibnu Atho’illah sebagai tokoh-tokoh tariqot Syadziliyyah, mereka lebih dekat dengan tasawuf al-Ghozali yang berlandaskan al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad. Ibnu Atho’illah dalam karyanya Latho’if al-Minan, mengungkapkan, bahwa Abu Hassan Syadzili berkata kepada murid-muridanya, “Seandainya kalian mengajukan suatu permohonan kepada Allah, sampaikanlah itu lewat Imam Abu Hamid al-Ghozali.” Kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, mewarisi anda ilmu, Sementara karya al-Makki, Qutb al-Qulub, mewarisi anda Cahaya.” Mengenai al-Ghozali, Abu Abbas al-Mursi ber kata, “Aku bersaksi bahwa dia adalah orang benar yang besar.”
Pokok ajaran Tariqot al-Syadziliyyah ada lima: Ketaqwaan kepada Allah, baik diketahui atau tidak diketahui orang; Konsisten mengikuti sunnah, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan; Penghormatan terhadap makhluk, baik diketahui atau tidak diketahui orang; Ridho kepada Allah, baik kecukupan atau kekurangan; Kembali kepada Allah, baik dalam senang maupun susah.
Ibnu ‘Atho’illah al-Syakandari, yang menyusun dan menghimpun ajaran-ajaran Tariqot al Syadziliiyah, pesan-pesan mereka, do’a-do’a, biografi Abu Hassan Syadzili dan al-Mursi, aturan-aturan toriqot mereka serta prinsip-prinsipnya. Tarikat Syadziliyyah mempunyai pengaruh besar dalam dunia Islam, dan tersebar ke berbagai kawasan, seperti ke Andalusia, dengan tokohnya Ibnu Abbad al-Runda (wafat 790 H ) , Pensyarah kitab al-Hikam ath-Tho’illah. Tariqot ini juga sampai ke Indonesia. Sampai saat ini Tariqot ini juga masih hidup subur di berbagai negara Islam.
No comments:
Post a Comment