Ibnu Sabin adalah seorang sufi dan juga Filosof dari Andalusia, yang mempunyai nama lengkap, ‘Abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn Nashr. Dia dipanggil Ibn Sab’in dan digelari Quthbuddin, kadang juga dipanggil Abu Muhammad. Beliau lahir tahun 614 H (1217-1218 M) di Murcia. Ibnu Sabin tumbuh dalam keluarga bangsawan, Ayahnya adalah penguasa di Murcia. Ibnu Sabin berguru kepada Ibn Dihaq yang dikenal dengan Ibnu Mir’ah (wafat 611H) pensyarah karya al-Juwaini, al-Irsyad, selain itu Ibnu Sabin juga berguru pada al-Yuni (wafat 622 H), dan al-Hurrani ( wafat 538 H), keduanya ahli huruf dan nama. Hubungan antara Ibnu Sabin dan para gurunya banyak terjalin lewat kitab daripada secara langsung. Pada tahun 640 Ibnu Sabin dan muridanya pergi ke Afrika, karena faktor-faktor politik di negerinya, dia dianggap melemahkan Dinasty al-Muwahhidin serta berakhirnya kebebasan berfikir di Andalusia.
Ibnu Sabin singgah di kota Ceuta, Afrika Utara, di kota ini pula dia menikahi seorang wanita dan membangun zawiyah, dia banyak menelaah kitab-kitab tasawuf dan memberikan pengajaran. Penguasa kota, Ibn Khaladh, mengusirnya dari kota ini karena dianggap sebagai Filosof. Kemudian dia pergi ke ‘Adwah, Bijayah, terus ke Qabis, Tunisia. Pada tahun 648 H Ibnu Sabin sampai di Kair, tapi para fuqoha dunia Islam bagian barat mengirim surat ke Mesir yang menyatakan dia adalah atheis. Ibnu Sabin memutuskan untuk ke Mekah.
Ibnu Sabin ketika di Makkah memperoleh kehidupan yang tenang dan menyusun karyanya. Dan meninggal dunia pada tahun 669 Hijriyah, Ibnu Sabin meninggalkan empat puluh satu buah karya, yang menguraikan ilmu tasawuf. Pada umumnya karya beliau bercorak simbolik, karyanya yang terpenting Budd al-Arif. Ibnu Sabin, menganut paham Kesatuan Mutlak Wahdatul Wujud, yaitu wujud adalah satu alias Wujud Akkah semata. Wujud-wujud lainnya hanya wujud Yang Satu itu sendiri. Jelasnya wujud-wujud yang lain itu hakikatnya sama sekali tidak lebih dari wujud Yang Satu semata. Dalam hal ini, Ibnu Sabin menempatkan ketuhanan pada tempat pertama. Sebab menurutnya, Wujud Allah adalah asal segala yang ada masa lalu, masa kini, maupum masa depan. Sementara wujud yang tampak jelas justru dia rujukkan pada wujud mutlak yang rohaniah. Berarti paham ini menafsirkan wujud dalam corak spiritual bukan materi.
Pemikiran Ibnu Sabin merujuk pada dalil-dalil al-Qur’an , misal firman Allah: “Dia itulah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dzahir dan Yang Batin,” (QS. al-Hadiid, 57:3) dan firman-Nya: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS. al-Qoshosh 28:28). Dia juga memperkuat nya dengan hadist Nabi Muhammad, seperti hadist qudsi yang berikut : “Apa yang pertama-tama diciptakan Allah adalah akal budi. Maka firman Allah kepadanya, terimalah! ia pun lalu menerimanya…”
No comments:
Post a Comment