Hadis Pertama:
Dari Abdullah bin Masud r.a, Rasulullah saw bersabda, “Brgsiapa yg tertimpa kelaparan, lalu ia meminta2 kpd manusia, kelaparannya tidak akan hilang. Dan brgsiapa tertimpa kelaparan, lalu mengadukannya kpd Allah swt., maka Allah swt. akan memberikan kpdnya rezeki yg akan ia dptkan dgn segera atau terlambat sedikit. (HR Tirmizi)
Keterangan: “Brgsiapa yg meminta2 kpd manusia, kefakirannya tidak akan hilang.” Maksudnya adalah keperluannya tidak akan terpenuhi. Jika hari ini ia meminta2 utk suatu keperluan dan secara lahiriah keperluannya sudah ter penuhi, maka besok akan dtg lagi suatu keperluan yg lebih penting dari keper-luan seblmnya. Dan keperluannya akan terus dtg. Jika ia menengadahkan tgnnya ke hadapan Allah swt., maka keperluannya ini akan terpenuhi dan keperluan yg lain tidak akan dtg.
Seandainya dtg, Allah swt yg akan menyelesai kannya. Di dlm keterangan hadis ke-8 Bab 1, Kabsyah r.a . berkata bahawa Rasulullah saw. menyebutkan beberapa perkara dgn bersumpah. Salah satu di antaranya adalah, “Brgsiapa yg membuka pintu meminta2 kpd manusia, Allah swt. akan membukakan pintu kefakiran kpdnya. Juga terdpt hadis yg lain bahawa Rasulullah saw. bersabda dgn bersumpah spt di atas yg diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Auf r.a.. Inilah sbbnya org yg mengemis dari pintu ke pintu selalu dlm keadaan miskin dan sempit.
Dlm sebuah hadis yg lain disebutkan, “Brgsiapa yg mengadukan kelaparannya dan keperluannya kpd Allah swt., Allah swt. akan menghilangkan kefakirannya dgn cpt, iaitu dgn kematian yg cpt atau dtgnya kekayaan dgn cpt. Cptnya ke-matian mempunyai dua pengertian. Yg pertama, jika waktuya telah dkt, maka Allah swt. akan mematikannya seblm ia menanggung musibah yg berupa ke laparan. Kedua, matinya seseorg menjadi sbb ia menjadi kaya.
Misalnya dia mendptkan bhg yg sgt bnyk dari harta warisan seseorg atau ada seseorg ketika hendak mati berwasiat supaya sebhg dari hartanya diberikan kpd si Fulan. Bnyk kisah semcm ini dan tampak di dpn mata. Di Mekah, sebhg org yg hendak meninggal dunia berwasiat supaya hartanya dijual kemudian wangnya dikirim kan kpd seseorg yg bernama Fulan, yg tinggal di sebuah kota di India.
Kurdi adalah nama sebuah kabilah. Di sana terdpt seorg perompak yg terkenal. Ia menceritakan sendiri kisahnya, “Ketika saya sdg berjln bersama teman2 saya utk merompak, pada saat dlm perjlnan kami duduk di sebuah tmpt. Di sana kami lihat ada 3 pohon kurma. Dua pohon berbuah dgn lebatnyadan yg satu kering. Seekor burung pipit berkali2 dtg mengambil buah kurma yg sudah masak dgn paruhnya dari pohon yg bnyk buahnya, kemudian dibawanya ke pohon yg kering itu.
Ketika melihat peristiwa itu, kami merasa sgt kehairanan. Saya lihat burung itu pulang pergi hingga 10 kali utk mengambil buah kurma dan membawanya ke pohon yg kering itu. Maka timbullah pikiran dlm diri saya utk melihat apa yg dikerjakan burung pipit itu dgn buah2 kurma tersebut. Sesmpinya saya di atas pohon kurma yg kering itu, di sana saya lihat seekor ular yg buta sdg membuka mulutnya dan burung pipit itu memasukkan buah kurma yg sudah masak ke dlm mulut ular itu.
Stlh melihat kejadian tersebut, saya merasa mendpt pelajaran sehingga saya menangis. Saya berkata, “Tuhanku, ini ular yg diperintahkan oleh NabiMu saw. utk dibunuh. Krn ia buta, Engkau menugaskan seekor burung pipit utk men-yampaikan rezeki kpdnya dan aku adalah hambaMu, org yg telah berikrar mentauhidkanMu. Engkau telah menjadikan aku sbg org yg merompak harta org lain.” Pada saat itu terasa dlm hatiku bahawa telah terbuka utkku pintu taubat. Pada saat itu juga saya mematahkan pedang saya yg selalu aku gunakan utk merompak. Lalu saya menjerit mengucapkan, “Ampunilah aku, ampunilah aku.” sambil menaburkan debu di atas kepala saya.
Lalu saya mendgr suara ghaib, ‘Kami telah mengampunimu, Kami telah mengampunimu.’ Dan ketika saya menghampiri teman2 saya, mrk bertanya, ‘Apakah yg telah terjadi pada dirimu?’ Saya menjawab, ‘Dahulu aku memutuskan hubungan dgn Allah swt., skrg aku telah berdamai dgnNya.’ Stlh mengucapkan perkataan tersebut, saya menceritakan semua kisah yg telah saya alami, sehingga mrk berkata, ‘Kami juga berdamai dgn Allah swt.’ Stlh itu mrk mematahkan pedang masing-masingdan semua hasil rampokan kami tinggalkan, stlh itu kami membeli pakaian ihram, lalu kami berangkat ke Mekah.
Stlh 3 hari 3 mlm, smpilah kami di sebuah desa. Di sana kami bertemu dgn seorg wanita tua yg sudah buta matanya. Kemudian, sambil menyebut nama saya ia bertanya, ‘Adakah di antara kalian org Kurdi yg bernama Fulan?’ Teman2 saya menjawab, ‘Ya, ada.’ Lalu wanita itu mengeluarkan beberapa lembar pakaian dan berkata, ‘Anakku sudah 3 hari meninggal dunia, ia meninggalkan pakaian2 ini. Sejak 3 hari itu pula aku bermimpi bertemu dgn Rasulullah saw., beliau bersabda, ‘Beri kanlah pakaian anakmu itu kpd si Fulan dari kabilah Kurdi.’ Kemudian saya mengambil pakaian2 tersebut dan selanjutnya kami semua memakainya.” (dari Kitab Raudh ).
Dari kisah tersebut terdpt dua pelajaran. Yg pertama adalah ttg rezeki dari Allah swt. utk seekor ular yg buta. Kedua, pemberian pakaian dari Rasulullah saw.. Jika Allah swt. berkehendak utk menolong seseorg, tidaklah sulit bagi Dia utk menciptakan sbb2 pertolongan itu. Dialah Yg menciptakan penyebab kekayaan dan penyebab kefakiran. Dgn keberkatan taubat yg sungguh2, pemberian pakaian oleh Rasulullah saw. merupakan sesuatu yg patut dibanggakan. Dlm sebuah hadis disebutkan bahawa Ibnu Abbas r.huma. meriwayatkan sabda Nabi saw., “Brgsiapa yg kelaparan atau ditimpa kemiskinan, sdgkan ia men-yembunyi kan hajat dan keperluannya dari org lain, maka menjadi hak Allah swt utk menjamin rezeki yg halal selama satu tahun.” (Kitab Misykat).
Dlm sebuah hadis disebutkan, “Brgsiapa yg mengalami kelaparan atau ditimpa kemiskinan, sdgkan ia menyembunyikan hajat dan keperluannya dari org laindan ia hanya meminta kpd Allah swt, maka Allah swt. akan membukakan utknya pintu rezeki yg halal selama satu tahun.” (Kanzul-Ummal). Dlm sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda, “Brgsiapa yg meminta kekayaan kpd Allah swt., Allah swt. akan memberikan kpdnya kekayaan. Dan brgsiapa meminta kesucian dari sesuatu yg tidak baik kpd Allah, maka Allah swt. akan memberi kannya. Dan tgn di atas (org yg memberi) itu lebih baik dari tgn yg di bwh (org yg meminta). Tidak seorg pun yg membuka pintu meminta2, kecuali Allah swt akan membuka kan baginya pintu kefakiran.”
Ketika Ali r.a mendgr suara seseorg di Padang Arafah yg sdg meminta2 kpd org2, ia memukulnya dan tongkat, lalu bekata, “Pada hari spt ini, di tmpt spt ini, kamu meminta2 kpd selain Allah swt.” Dlm sebuah hadis disebutkan bahawa brgsiapa yg membuka pintu meminta2, Allah swt. akan membukakan baginya pintu kefakiran di dunia dan di akhirat. Dan brgsiapa membuka pintu pemberian krn Allah swt., maka Allah swt. akan membukakan baginya pintu kebaikan di dunia dan akhirat.
Dlm hadis yg lain disebutkan, “Brgsiapa yg membuka pintu meminta2, Allah swt. akan membukakan baginya pintu kefakiran. Seseorg yg membawa tali lalu mengumpulkan kayu bakar dan mengikatnya kemudian menggendongnya dan menjualnyadan dgn hasil penjualan itu ia memenuhi keperluan hidupnya, itu lebih baik dpd meminta2, baik ia mendptkan pemberian atau tidak.” Dan dlm sebuah hadis yg lain disebutkan, “Brgsiapa yg membuka pintu pemberian dgn cara sedekah atau silaturahmi, maka Allah swt. akan memperbnyk baginya (yakni hartanya akan bertambah).
Dan brgsiapa yg membuka pintu meminta2 dgn niat utk memperbnyk hartanya, kekurangannya akan semakin bertambah, yakni keperluannya akan terus meningkatdan penghasilannya tidak akan bertambah.” Imran bin Husain r.a. meriwayatkan sabda Nabi saw, “Brgsiapa menghadap Allah swt. dgn sungguh2, Allah swt. akan menanggung semua keperluannyadan Allah akan memberikan rezeki yg tidak ia sangka2.
Dan brgsiapa yg hanya sibuk dgn dunia, maka Allah swt. akan menyerahkan org itu kpd dunia (yakni Allah swt. akan memberinya sesuai dgn jerih payahnya)”. Abu Zar r.a. berkata bahawa Rasulullah saw. bersabda, “Aku berwasiat kpdmu supaya bertakwa kpd Allah ketika sendirian dan ketika di tengah2 org bnyk. Jika kamu telah melakukan dosa, maka (utk menebusnya) kerjakanlah kebaikan. Jgnlah meminta2 kpd seorg pun. Jgnlah kamu khianati amanah seseorg. Jgn menjadi hakim di antara dua org krn ini pekerjaan yg sgt penting, tidak setiap org mampu melakukannya).”
Dlm sebuah hadis disebutkan bahawa Rasulullah saw. bersabda, “Brgsiapa yg rela dgn yg sedikit, merasa cukup, serta bertawakkal kpd Allah swt, maka ia tidak akan merasa gelisah dlm mencari rezeki. Dlm hadis yg lain disebutkan bahawa brgsiapa ingin menjadi org yg paling kuat, hendaknya bertawakkal kpd Allah swt.. Dan brgsiapa ingin menjadi org yg paling kaya, hendaknya ia lebih percaya kpd apa yg ada di sisi Allah swt. dpd apa yg ada di sisinya.
Brgsiapa ingin menjadi org yg paling mulia, hendaknya bertakwa kpd Allah swt. (Peng-alaman menunjukkan bahawa takwa seseorg sgt berpengaruh kpd org lain. Semakin bertakwa seseorg, kemuliaannya semakin bertambah dlm pandangan org lain). Wahab rah. a. menukilkan firman Allah swt., “Ketika hambaKu ber-tawakkal kpdKu, seandainya bumi dan langit semuanya bersatu utk memper-dayakannya, maka Aku akan memberikan jln keluar kpdnya.
Ibnu Abbas r.huma. berkata bahawa Allah swt. menurunkan wahyu kpd Nabi Isa a.s., “Bertawakkallah kpdKu, maka Aku akan menanggung semua kepeluanmu. Jgn jadikan selain Aku sbg penolongmu, supaya Aku tidak membiarkanmu”. Dlm bnyk hadis disebutkan bahawa anak lelaki Auf bin Malik r.a. telah ditawan oleh org2 kafir dan dibiarkan kelaparan. Kemudian ia diikat dg tali yg terbuat dari kulit dan disiksa dgn kerasnya. Maka ia mengirim khabar kpd ayahnya dgn suatu cara, mengenai keadaannya, dgn tujuan supaya ayahnya memintakan doa kpd Rasulullah saw. utk dirinya. Stlh Rasulullah saw. mengetahuinya, beliau bersabda, “Smpikanlah pesan ini kpdnya: Takutlah kpd Allah swt.dan bertawakkallah kpdNya, setiap pagi dan ptg bacalah ayat ini:
“Sesungguhnya telah dtg kpdmu seorg Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sgt menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi mu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap org2 mukmin. Jika mrk berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, Tiada Tuhan selain Dia, hanya kpdNya aku bertawakkaldan Dia adalah Tuhan yg memiliki Arasy yg agung.” (QS At-Taubah:128-129). Stlh pesan ini smpi kpdnya, dia pun mulai membaca ayat tersebut. Pada suatu hari, tali2 yg mengikat dirinya terputus dgn sendirinya. Stlh terlepas dari tahanan org2 kafir, dia berlari pulang dan membawa serta beberapa haiwan org kafir.
Ibnu Abbas r.huma. berkata, “Brgsiapa yg takut kpd kezaliman seorg raja, kpd binatang buasatau takut tenggelam di laut, maka bacalah ayat di atas, insyaAllah ia tidak akan ditimpa musibah. Dlm sebuah hadis yg lain juga terdpt perintah supaya mem perbnyk membaca: Ayat di bwh ini diturunkan berkenaan dgn peristiwa yg dialami anak lelaki Auf bin Malik r.a.: “Dan brgsiapa yg bertakwa kpd Allah swt., Dia akan membukakan jln keluar baginyadan memberikan rezeki dari jln yg tidak ia sangka2. Dan brgsiapa yg bertawakkal kpd Allah swt., nescaya Dia akan mencukupinya”. Sahabat r.a. tersebut tidak menyangka bahawa rezekinya ditentukan dari harta org2 kafir yg sgt menzaliminya.
Seorg wali berkata, “Saya beserta seorg teman saya tinggal di sebuah gunung. Kami sibuk beribadah setiap saat. Makanan teman saya hanyalah rerumputan. Utk keperluan makan saya, Allah swt. telah menyediakan seekor rusa betina yg selalu dtg kpd saya setiap haridan stlh mendktkan diri kpd saya, ia akan berdiri sambil membuka kedua kakinya, lalu saya meminum susunya. Stlh selesai, rusa itu segera pergi. Peristiwa ini berlangsung cukup lama, rusa betina itu selalu dtg kpd saya dan saya meminum susunya. Tmpt teman saya di bukit itu jauh dari tmpt saya.
Pada suatu hari, ia dtg kpd saya dan berkata, ‘Ada satu kafilah/rombongan yg berhenti di dkt tmpt ini, marilah kita pergi kpd org2 di kafilah itu. Di sana mungkin kita akan mendptkan susu dan bahan2 makanan yg lain.’ Pada mulanya saya menolaknya, akan ttp stlh ia memaksa saya, saya pun pergi bersamanya. Maka smpilah kami berdua ke tmpt kafilah tersebut, kemudian mrk memberi makan kpd kami. Stlh selesai makan, kami pulang ke tmpt masing2. Stlh itu, saya selalu menunggu kedatgn rusa betina itu pada saat2 ia biasa dtg, tapi ternyata ia tidak dtg. Stlh menunggu beberapa hari, sedarlah saya bahawa krn dosa mengharap makanan dari kafilah tersebut, sehingga pintu rezeki saya telah ditutup.” Penyusun kitab Raudh berkata bahawa secara lahiriah, wali tersebut telah melakukan 3 dosa, yakni:
1) Ia telah meninggalkan tawakkal yg selama ini telah dijlninya.
2) Ia bersikap tamak, tidak merasa cukup dgn rezeki yg telah diterimanya yg krnnya ia tidak perlu bersusah-payah.
3) Ia memakan makanan yg tidak halal, sehingga ia terjauh dari rezeki yg halal.
Kisah semcm ini mengandung pelajaran yg besar. Kadang2, krn ketamakan kita sendiri, kita terjauh dari nikmat2nya Allah swt.. Dilihat secara lahiriah, dgn meminta2 kita akan mendptkan sesuatu. Akan ttp krn meminta2 itu merupakan perbuatan yg buruk, kita akan terjauh dari nikmat2 Allah yg sesungguhnya akan kita dptkan tanpa mencarinya dan tanpa meminta. Imam Ahmad bin Hanbal rah.a. berdoa: “Ya Allah, sbgmn Engkau telah menjaga wajahku agar tidak bersujud kpd selainMu, begitu juga jagalah lisanku dari meminta2 kpd selain Engkau.”
Hadis Kedua:
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Brgsiapa yg meminta2 utk memperbnyk hartanya, sesungguhnya ia sdg meminta bara api neraka. Maka siapa yg mengingin kannya, mintalah sedikit atau bnyk. (HR Muslim, Misykat). Beruntunglah org yg diberi hidayah Islam dan hidupnya sederhana. Keterangan: Di dlm hadis pertama hanya disebutkan ttg ancaman tertutupnya pertolongan ghaib dari Allah swt., krn di dlm hadis tersebut disebut kan meminta2 utk suatu keperluan. Sdgkan dlm hadis ini tanpa keperluan, hanya utk memperbnyk hartanya, ia meminta2. Krn itu, di sini disebutkan ancaman yg lebih keras, iaitu ia sdg mengumpulkan bara api neraka. Skrg, setiap org bebas utk mengumpulkan bara api sebnyk yg diinginkannya.
Umar r.a. pernah berkata kpd Rasulullah saw., “Si Fulan dan si Fulan telah memuji engkau krn engkau telah memberi mrk dua dirham.” Rasulullah saw. bersabda, “Aku memberi kpd si Fulan 10 smpi 100 dinar, ttp ia tidak berbuat spt itu. Krn permintaannya itu, apa yg aku berikan kpdnya ia bawa pergi dgn diletakkan di bwh ketiaknya, padahal sebenarnya ia mengapit bara api neraka.”
Umar r.a. bertanya, “Ya Rasulullah, lalu mengapa engkau memberinya?” Rasulullah saw. menjawab, “Apa yg harus aku lakukan, krn tanpa meminta2, ia tidak boleh tinggal diam, sdgkan Allah swt. tidak suka aku berbuat kikir.” Dlm hadis yg lain disebutkan bahawa Umar r.a. bertanya, “Ya Rasulullah, jika engkau mengetahui bahawa itu adalah api, mengapa engkau memberikannya?” Rasulullah saw. menjawab, “Apa yg harus aku lakukan, sdgkan ia tidak boleh tinggal diam tanpa meminta2dan Allah swt. tidak menyukai aku berbuat kikir.”
Qabolehh r.a. berkata, “Saya menanggung satu beban, yakni saya menjamin utk memberikan sesuatu. Maka saya dtg kpd Rasulullah saw. utk meminta bantuan. Rasulullah saw. bersabda, “Tunggulah, nanti jika ada harta sedekah dtg dari seseorg, aku akan membantumu.’ Stlh itu Rasulullah saw. bersabda, ‘Wahai Qabolehh, meminta2 hanya diperbolehkan bagi 3 org: Pertama, org yg menanggung beban jaminan diperbolehkan baginya meminta2 smpi kadar yg diperlukandan stlh itu hendaknya ia berhenti dari meminta2, ia tidak mem punyai hak utk meminta2 lebih dari itu. Kedua, org yg ditimpa kecelakaan sehingga semua hartanya binasa ( misalnya terbakar atau tertimpa bencana yg lain, yg menyebabkan semua hartanya musnah), maka ia diperbolehkan meminta2 sekadar utk menopang keperluan hidupnya. Ke3, org yg kelaparan sehingga 3 org dari kaumnya mengatakan bahawa ia kelaparan, maka ia diper bolehkan meminta2 sekadar utk menopang hidupnya. Selain 3 org ini, siapa saja yg meminta2, bererti ia memakan barang haram.'”
Dlm sebuah hadis disebutkan bahawa meminta2 tidak diperbolehkan bagi dua org. Pertama bagi org kaya. Kedua bagi org yg sihat dan kuat ( yg mampu bekerja ). Adapun bagi org yg mempunyai hutang yg menyusahkannyaatau kefakiran yg menghinakannya, diperbolehkan baginya meminta2. Brgsiapa yg meminta2 dgn tujuan utk menambah kekayaannya, pada hari Kiamat wajahnya akan terluka dan ia akan memakan api neraka.
Siapa menginginkannya silakan meminta bnyk dan siapa yg menginginkannya silakan meminta sedikit. Dlm sebuah hadis disebutkan bahawa pada hari Kiamat, perbuatan meminta2 akan menjadi luka di wajahnya. Siapa yg menginginkannya, biarlah wajahnya ber cahaya dan siapa yg menginginkannya, biarlah cahaya wajahnya menghilang. Sdgkan jika meminta kpd raja (yakni dari baitul-mal, dgn syarat ia berhak menerima sebhg harta dari baitul-mal)atau krn terpaksa, maka tidaklah mengapa.
Dlm sebuah hadis disebutkan bahawa org yg selalu meminta2, pada hari Kiamat tidak akan tersisa daging sedikit pun di wajahnya. Mas’ud bin Amr r.a. berkata bahawa suatu ketika, jenazah seseorg dibawa di hadapan Rasulullah saw. utk disolati. Rasulullah saw. bersabda, “Apa yg ditinggalkan nya?” Org2 berkata, “Ia meninggalkan dua atau 3 dinar.” Rasulullah saw. bersabda, “Ia meninggalkan dua atau 3 bara api neraka.” Perawi hadis berkata, “Saya ber tanya kpd Abdullah bin Qasim r.a., hamba sahaya Abu Bakar r.a., mengenai org yg meninggal dunia itu.” Ia menjawab, “Ia selalu meminta2 utk menambah kekayaannya.”
Beberapa kisah semcm ini disebutkan dlm kitab2 hadis. Di dlmnya, Rasulullah saw. mengancam bahawa ia akan diselar dgn api neraka atau azab yg sejenis nya, krn meninggalkan sedikit wang. Mengenai masalah ini para ulama menulis bahawa hal ini akan terjadi jika seseorg seblmnya sudah mem punyai harta dan ia berbohongdan ia menampakkan dirinya sbg org fakir dan menggolong kan dirinya sbg org fakir. Imam Ghazali rah.a. berkata, “Bnyk riwayat yg melarang meminta2dan di dlm hadis terdpt ancaman yg keras agar tidak meminta2, akan ttp sebhg hadis menyebutkan bahawa meminta2 diboleh kan.
Maka penjelasan nya adalah bahawa meminta2 pada dasarnya diharamkan, akan ttp pada waktu terjepit atau dlm keadaan darurat, meminta2 diperboleh kan. Sbb diharamkan nya meminta2 adalah krn adanya 3 perkaradan ke3 perkara itu merupakan perkara yg diharamkan. Pertama, dgn meminta2 menunjukkan bahawa ia berkeluh-kesah seakan2 nikmat Allah swt. masih kurang. Misalnya, seandainya seorg hamba sahaya meminta2 kpd org lain, bererti ia menganggap bahawa pemberian dari tuannya sgt sedikit dan tidak mencukupi.
Oleh krn itu, jika tidak benar2 terpaksa, meminta2 tidaklah halal, sbgmn memakan bangkai itu dihalalkan dlm keadaan sgt terpaksa. Kedua, dgn meminta2 bererti org yg meminta2 telah menghinakan dirinya kpd selain Allah swt., sdgkan sifat seorg mukmin tidaklah menghinakan dirinya di hadapan siapa pun selain di hadapan Allah swt.. Adapun menghinakan diri di hadapan Allah Yg Mahasuci merupakan kemuliaan bagi kita, krn menghinakan diri di hadapan Sang Kekasih adalah kelazatandan menampakkan ketidakmampuan di hadapan tuan adalah keberuntungan. Ke3, seringkali org yg dimintai merasa dirinya dlm posisi yg sulit.
Kadang2, org yg memberi tidak memberi dgn suka rela, ttp hanya krn malu atau krn sbb lainnya. Jika ia memberi krn malu atau riya’, maka harta itu pun haram bagi org yg meminta. Jika ia menolak, kadang2 ia akan bersedih krn khuatir dianggap sbg org yg bakhil. Dgn demikian mmg terdpt kemungkinan bahawa org yg dimintai berada dlm posisi yg sulit, yg disbb kan oleh org yg meminta2, sdgkan menyakiti seseorg merupakan perbuatan yg haram. Itulah sbbnya mengapa Rasulullah saw. mengancam dgn keras terhadap org yg meminta2.
Rasulullah saw. bersabda, “Brgsiapa yg meminta2 kpd kita, kita harus memberi nya (krn ia sendirilah yg bertggjwb terhadap perbuatannya meminta2 itu). Brg siapa merasa kaya (yakni tidak meminta2 atau hanya meminta kekayaan dari Allah swt.) maka Allah swt. akan memberikan kekayaan kpdnya. Dan brgsiapa yg tidak meminta kpdku, ia lebih aku cintai dpd org yg meminta2”. Dlm sebuah hadis disebutkan bahawa Rasulullah saw. bersabda, “Hendaknya kalian merasa kaya dari manusiadan semakin sedikit kamu meminta2, akan semakin baik bagimu.”
Ketika Umar r.a. melihat seorg pengemis yg meminta2 stlh Maghrib, ia menyuruh seseorg utk memberikan makanan kpd pengemis itu. Maka org yg disuruh pun segera mengerjakan perintahnya dan memberi makan kpd pengemis itu. Stlh itu, Umar r.a. mendgr lagi suara pengemis itu meminta2. Maka ia bertanya kpd sahabat yg ia suruh tadi, “Bukankah saya telah menyuruh mu utk memberi makan pengemis itu?” Sahabat r.a. itu pun menjawab, “Saya telah memberinya makan.” Kemudian ketika Umar r.a. melihat pengemis tadi, terlihatlah di ketiaknya sebuah kantong yg berisi bnyk roti.
Lalu Umar r.a. berkata, “Kamu bukan pengemis, ttp pedagang. Kamu bukan seorg fakir, ttp meminta2 utk dijual. Stlh terkumpul roti itu, lalu kamu menjual nya.” Stlh berkata demikian itu, Umar r.a. merampas kantongnyadan roti itu diberikan kpd unta-unta sedekah, kemudian ia memukul pengemis itu dgn tongkat lalu berkata, “Jgn kamu ulangi lagi perbuatanmu ini”. Imam Ghazali rah.a. berkata, “Jika meminta2 tidak diharamkan, maka Umar r.a. tidak akan memukulnya dan tidak akan merampas roti yg dibawanya.”
Sebhg ulama menyangkal perkataan Imam Ghazali rah.a. di atas. Mrk berpendpt bahawa Umar r.a. memukul pengemis itu boleh saja sbg pelajaran dan peringatan, krn merampas rotinya tersebut merupakan perbuatan zalim. Syariat tidak menetap kan perampasan harta sbg hukuman. Sangkalan itu pada hakikatnya krn ketidaktahuan mrk. Siapakah yg boleh menandingi Umar r.a. dlm kepahaman nya mengenai hukum2 syariat? Apakah kita menganggap bahawa Umar r.a. tidak mengetahui bahawa mengambil harta org lain tidak dibolehkan? Dan mungkinkah kita beranggapan bahawa meskipun ia mengetahuinya, ia telah melakukan perbuatan yg haram krn kemarahannya terhadap perbuatan peminta-minta itu.
Na’udzubillah, mungkinkah Umar r.a. melakukan tindakan tersebut krn kemarahannyadan mungkinkah ia memilih jln yg tidak dibenarkan oleh syariat utk menghentikan perbuatan meminta2 pada masa yg akan dtg. Kalau tujuannya spt itu, maka perbuatan itu tidak diperbolehkan. Akan ttp permasalahannya adalah, jika pengemis itu meminta2 dan si pemberi memberi kannya dgn anggapan bahawa ia adalah seorg fakir dan miskin, maka harta ini tidak menjadi milik penerima, krn ia dptkan dgn menipu.
Krn sulit utk mengetahui pemberinya, maka roti tersebut sama hukumnya dgn barang temuan yg tidak diketahui pemiliknya. Krn itu penggunaannya adalah utk kemaslahatan umum. Krn itulah Umar r.a. memberikan roti tersebut utk dimakan unta2 sedekah. Org fakir yg meminta2 ini sama halnya dgn seorg pendosa yg menyatakan dirinya sbg seorg sufi utk mengambil harta sedekah. Jika si pemberi mengetahui keadaannya yg sebenarnya, ia tentu tidak akan memberinya. Maka org spt ini tidak boleh mengambil harta sedekah, ia harus mengembalikannya kpd pemiliknya. Telah diketahui bahawa meminta2 hanya diperbolehkan jika seseorg dlm keadaan terpaksa. Terpaksa meliputi empat keadaan, yg pertama dlm keadaan darurat.
Kedua dlm keadaan sgt berhajat, namun blm smpi pada taraf darurat. Ke3, dlm keadaan berhajat. Keempat, dlm keadaan tidak berhajat. Contoh keadaan pertama ialah seseorg yg sdg kelaparan, sakit parah yg hampir meninggal duniadan org yg telanjang tidak mempunyai pakaian sedikit pun utk menutupi auratnya. Org2 yg dlm keadaan spt ini diperbolehkan meminta2 dgn beberapa syarat sbg berikut: (1) Benda yg diminta adalah benda yg halal. (2) Org yg dimintai rela memberikannya. (3) Org yg meminta2 benar2tidak mampu bekerja.
Apb seseorg mampu bekerja, namun ia meminta2, maka ia termasuk org yg sia-sia. Lain halnya dgn seseorg yg sdg menuntut ilmu. Krn kesibukannya dlm menuntut ilmu, maka ia diperbolehkan meminta, meskipun ia mampu. Keadaan keempat adalah kebalikan dari keadaan pertama. Seseorg yg masih mem punyai sesuatu, ttp ia meminta sesuatu, maka haram hukumnya. Sbg contoh adalah org yg meminta baju, padahal ia masih mempunyai baju (meskipun sekadar menutupi auratnya). Dua keadaan di atas berlawanandan di antara keduanya ada dua keadaan, yakni hajat yg sgt mendesak, ttp tidak smpi pada taraf daruratdan memiliki hajat, ttp tidak mendesak.
a. Hajat yg sgt mendesak: Keadaan yg dikatakan hajat yg sgt mendesak adalah ketika seseorg sdg sakit dan ia memerlukan wang utk membeli ubat, ttp penyakitnya bukan penyakit yg membahayakan. Demikian pula seseorg yg berada dlm keadaan sgt kedinginan. Meskipun ia telah mengenakan baju sekadar utk menutupi auratnya, krn cuaca yg sgt dingin, ia sgt memerlukan baju yg tebal utk melindungi dirinya. Dlm keadaan spt ini, org tersebut diperbolehkan meminta dgn syarat tidak meminta melebihi keperluannya. Akan ttp, apb ia tidak meminta, maka yg demikian itu tentu lebih utama. Mmg, meminta dlm kedaan spt ini tidak dpt dikatakan haram atau makruh, namun disebut khilaful-aula (bertentgn dgn yg utama). Dan disyaratkan pula agar ia menjelaskan mengapa ia meminta2.
b. Hajat yg tidak mendesak: Contohnya adalah org yg sudah mempunyai nasi atau roti, ttp tidak mempunyai laukatau org yg mempunyai baju yg sudah compang-camping. Org ini memerlukan baju yg baik utk dikenakan ketika keluar rumah, sehingga tidak kelihatan bahawa dirinya adalah seorg yg miskin. Dlm keadaan spt ini, ia diperbolehkan meminta, namun makruh hukumnya. Ia diperboleh kan meminta dga syarat sebatas yg diperlukannya. Syarat yg lain adalah: (1) Tidak meremehkan Allah swt. (2) Tidak menghinakan dirinya. (3) Org yg diminta tidak merasa berat (tidak ikhlas).
Bgmnkah seandainya di dlm dirinya tidak terdpt salah satu dari ke3 syarat di atas? Sudah disebutkan bahawa org yg tidak meremehkan Allah swt. adalah org yg selalu bersyukur kpd Allah swt. tanpa menunjukkan keperluannya. Jgnlah meminta sbgmn org fakir meminta. Contohnya adalah sekadar utk mencukupi keperluannyadan ia sgt bersyukur kpd Allah swt. krn masih diberi berbagai kenikmatan. Akan ttp, ia meminta krn sgt memerlukan sebuah baju yg bagus utk dipakai. Utk menghindari kehinaan dpt ditempuh cara sbg berikut, yakni meminta sesuatu kpd ayah, saudara kandung, keluarga terdkt, kerabat dkt lainnya, maupun seorg dermawan yg suka bersedekah. Sdgkan cara yg ditempuh agar tidak menyusahkan org lain adalah dgn tidak membuat permintaan khusus kpd siapapun, meminta secara umum, yakni jgn smpi meminta dgn suatu cara sehingga org yg dimintai tidak mungkin menolaknya.
Perlu dipahami bahawa apb seseorg memberi sesuatu krn malu atau terpaksa, maka mengambil pemberian semcm ini haram hukumnya, Yg demikian itu sama halnya dgn menyakiti hati seseorg dan mengambil hartanya dgn paksa. Adapun org yg dlm keadaan darurat tidak boleh mengambilnya tanpa adanya keikhlasan dari pemberi, akan ttp urusannya dgn Allah swt, krn seluruh keadaan yg sebenarnya tentu diketahui oleh Allah swt. Allah swt. pasti mengetahui dgn persis keadaan hamba2Nya. Jadi, meminta kpd teman tidaklah mengapa, asalkan ia tahu bahawa teman yg dimintai itu memberinya dgn senang hati. (Ihya’ Ulumiddin)
‘Allamah Zubaidi rah.a. berkata bahawa ancaman meminta2 berlaku bagi org yg meminta utk keperluan diri sendiri. Seseorg yg meminta utk memenuhi keperluan org lain tidak mendptkan ancaman, krn hal ini termasuk perbuatan baik, iaitu membantu org lain yg sdg memerlukan bantuan sehingga org lain menjadi senangdan tidak termasuk dlm kategori meminta2 adalah seseorg yg meminta utk dirinya, ttp ia meminta dari keluarganya sendiri atau teman dktnya, krn pada umumnya mrk senang dimintai. ( dari Kitab Ithaf ), Tapi syaratnya adalah keluarga yg dimintai senang kpdnya. Apb tidak spt itu, maka menyakiti ahli keluarga itu lebih keras ancamannya. Saya sendiri bnyk mengalami dan menyaksikan kejadian spt ini.
Salah seorg bibi ibu saya yg hingga kini masih hidup, pada masa kecil saya, setiap saya pergi ke Kandhala selalu memberi wang kpd saya sebesar dua rupee. Bahkan ketika saya sudah berkeluarga, ia masih ttp memberi wang kpd anak2 saya. Maka saya meminta kpdnya agar memberikan wang kpd saya dari dua rupee menjadi empat rupee. Ketika mengajukan permintaan saya tersebut, saya selalu berkata, “Engkau telah meletakkan saya dan anak2 saya dlm suatu darjat,”
Ternyata permintaan saya dari dua rupee menjadi empat rupee tersebut menyebabkan kegembiraan tersendiri baginya. Dan saya sendiri sgt menyukai pemberian tersebut. Terkadang, ketika ia tidak memiliki wang, saya memberi kan wang kpdnya utk kemudian diberikan kpd anak2 saya. Dan ternyata ia juga tidak menolaknya, bahkan ia merasa senang dgn pemberian wang saya. Ia merasa bahawa dirinya masih memberi wang dgn wang tersebut. Demikian pula yg terjadi dgn paman ayah saya, Maulana Syamsul Hasan Rah.a.. Setiap saya pergi, ia selalu memberi wang kpd saya sebesar satu rupee. Ketika saya sudah berkeluarga dan mempunyai anak, ia memberikan jatah tersebut kpd anak2 saya.
Dan saya menekankan kpdnya agar terus memberikan wang tersebut kpd saya, jgn smpi berhenti. Smpi2 saya katakan kpdnya, “Engkau berikan atau tidak wang itu kpd anak2 saya, saya tidak peduli. Yg penting, pemberian wang kpd saya jgn dihentikan.” Saya selalu mengingat peristiwa tersebutdan saya selalu mendoakan maghfirah utknya. Mudah2an Allah swt. membalasnya dgn limpahan pahala yg tiada batas. Jika ingat kejadian tersebut, saya sering tertawa sendiri dan suka mengulangi ucapan saya, “Pemberian wang kpd saya jgn dihentikan.” Terkadang saya membaca kisah2 spt ini dari org terdahulu. Hal ini sengaja saya tulis krn dewasa ini bnyk sekali masalah yg terkadang men yebabkan hubungan di antara sesama menjadi buruk. Tentu saja masalah tersebut menghalangi pikiran kita. Dgn diketengahkannya kisah2 spt ini, semoga dpt menjwb masalah2 tersebut.
Kedua, ‘Allamah Zubaidi rah.a. menulis bahawa seseorg yg meminta kpd org lain bukan utk dirinya sendiri, ttp utk memenuhi keperluan org lain, tidak termasuk dlm kategori ini. Masalah ini dijelaskan dgn dalil riwayat2 yg telah lalu pada bab pertama mengenai hal menolong org lain. Begitu pula bagi para santri. Bagi seorg santri, meminta adalah suatu kehinaan, namun sgt penting bagi mrk. Mulla Ali Qari rah.a. berkata, “Seseorg yg mampu bekerja, ttp sibuk menuntut ilmu sehingga tidak dpt bekerja, maka ia diperbolehkan mengambil zakat dan sedekah sunat. Dan seseorg yg mampu bekerja, akan ttp ia sibuk beribadah sehingga meninggalkan pekerjaannya, maka ia tidak diperbolehkan mengambil zakat. Ia diperbolehkan mengambil harta sedekah sunat, akan ttp makruh hukumnya dan apb ada suatu jamaah yg sibuk memperbaiki diri dan membersihkan hati berkumpul di suatu tmpt, maka cara yg paling baik adalah memilih seseorg utk mengurus makanan dan pakaiannya.” ( Kitab Mirqat ).
Kesibukan menuntut ilmu, baik ilmu lahir maupun ilmu batin sgtlah penting. Seseorg yg sdg menuntut ilmu hendaknya tidak terpengaruh oleh berbagai godaan dgn berbagai kesibukan org lain, maupun cemoohan org2 yg tidak menyukainya, lalu larut ke dlm berbagai kesibukan dunia, sehingga kehilangan waktu2 istimewanya. Mmg, ejekan org2 yg jahil selalu diterima oleh para santri maupun para Nabi a.s. Dewasa ini, suatu bencana telah menimpa para santri pada umumnya. Dgn tujuan utk memenuhi keperluannya, para ahli ilmu telah mementingkan belajar suatu keterampilan sbg lahan utk bekerja. Disbbkan oleh ejekan dan celaan para ahli dunia, hati para ahli ilmu pun menjadi rendah diri, sehingga ahli ilmu menganggapnya (belajar sesuatu keterampilan) sbg sesuatu yg penting.
Dan keadaan spt itu telah berkembang di kalangan pengajian pondok. Padahal, hal itu sgt merugikan bagi perkembangan ilmu. Para ulama terdahulu telah memberi contoh kpd kita dgn jelas bahawa utk memenuhi keperluan hidupnya, mrk terpaksa berdagang. Mrk mengajarkan ilmunya utk berkhidmat. Sdgkan utk memenuhi segala keperluannya, ia tidak mencari wang dari kegiatan mengajarnya, ttp mencari dari sumber yg lain. Yg demikian ini merupakan cara yg paling utama. Sygnya, hati dan keadaan kita tidak mampu utk melakukan dua pekerjaan pada satu waktu. Hendaknya jgn ada rasa tamak dlm diri kita. Meskipun kita menuntut ilmu sambil mencari wang utk keperluan kita, hendaknya kita ttp memperbnyk kesibukan utk keperluan agama dan ilmu. Hendaknya kita berusaha sekuat tenaga utk mengurangi kesibukan dunia.
Kenyataan yg sering terjadi adalah bahawa pada mulanya kita dpt melaku kan keduanya secara bersama2, namun pada akhirnya, kesibukan dunia lebih diutamakan. Imam Ghazali rah.a. menulis 10 adab dlm mencari ilmu. Adab yg keenam adalah mengurangi kesibukan dunia dan meninggalkan keluarga dan kampung halaman sejauh mungkin, krn kesibukan keluarga dpt menjadi penghalang bagi tercapainya cita2. Allah swt. tidak menciptakan dua hati kpd siapa pun (satu utk mencari ilmudan lainnya utk mencari dunia), sbgmn firman Allah swt: “Allah sekali2 tidak menjadikan bagi seseorg dua buah hati dlm rongganya.” (Q.S. Al-Ahzab:4).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahawa semakin seseorg memikirkan berbagai hal, maka ia akan semakin jauh dari hakikat ilmu. Org yg menuntut ilmu dgn pikiran yg bercabang2 adalah spt org yg menimba air dgn bekas yg berlubang2, sehingga stlh bekas smpi di atas, ia hanya mendptkan sedikit air. (Kitab Ihya). Sebenarnya, maksud mencari ilmu bukanlah utk mendptkan makanan atau utk mencari harta kekayaan. Mmg, semuanya itu akan diperoleh, namun bukan merupakan tujuan utama. Imam Ghazali rah.a menulis ttg ancaman terhadap ulama yg jahat.
Ia menyebutkan bahawa apb dibandingkan keadaan ahli dunia dgn org alim, maka kedudukan ahli dunia sgtlah rendah. Akan ttp, dipandang dari segi azab Allah swt., ulama yg jahat mendptkan siksa yg lebih pedih dibandingkan dgn ahli dunia yg jahil. Dan yg akan mendptkan kejayaan yg sebenarnya hanyalah ulama akhirat. Ulama akhirat memiliki beberapa ciri, antara lain: Tidak menjadikan ilmunya utk tujuan dunia. Darjat seorg ulama yg terendah adalah bahawa ia memandang dunia tampak hina, kotor, rendahdan akan binasa. Sebaliknya, ia melihat akhirat sbg tmpt kebahagiaan, keindahan, kenikmatan yg sucidan darjat kemuliaan yg agung.
Dpt diibaratkan bahawa dunia dan akhirat bagaikan dua org isteri yg sdg dimadu. Apb salah seorg isterinya ridha, tentu yg lainnya akan marah. Atau spt sebuah timbangan, apb satu sisi dari timbangan tersebut turun, maka sisi yg lain akan naik. Org yg tidak mengetahui kehinaan dunia, sudah barang tentu akalnya telah rusak. Hasan Bashri rah. a. berkata, “Azab bagi seorg ulama adalah matinya hati. Hati yg mati adalah hati yg tidak takut dgn ancaman Allah swt, yakni hati mengizinkan amal akhirat digunakan utk mencari keduniaan.”
Yahya bin Mu’az rah.a. berkata, “Cahaya ilmu dan hikmah akan pudar apb ilmu tersebut digunakan utk mencari dunia.” Sa’id bin Musayyab rah.a. berkata, “Apb engkau melihat seorg ulama berada di dpn pintu penguasa, maka ia adalah seorg pencuri.” Umar r.a. berkata, “Apb engkau melihat seorg ulama mencintai dunia, maka ketahuilah bahawa ia tidak mengetahui agama, krn seseorg akan berkecimpung pada sesuatu yg dicintainya.” ( Mukhtashar Ihya’ ). Oleh krn itu sgtlah penting bagi seorg ulama utk mengawasi keadaan nafsunya pada setiap saat dan keadaan agar tidak tergelincir dlm cinta dunia. Krn cinta dunia merupa kan sumber segala maksiat.
Bahkan, hendaknya seorg ulama membenci dunia, jgn meminta2dan jgn mengambil sedekah dan zakat ( ttp ada nasihat yg penting bagi pemberi sedekah, hendaknya mengutamakan pemberian sedekah kpd org2 yg sibuk dgn ilmu agama, santridan para ulama, sbgmn telah dijelas kan dlm “bab adab sedekah” yg telah lalu). Cinta dunia juga merupakan penyakit yg sgt berbahaya, yg lambat laun dpt bertambah parah. Penyakit berbahaya ini tidak hanya bersembunyi di dlm diri pemilik harta, ttp juga bersembunyi di dlm diri pemilik pangkat. Begitu pula dlm hal mencari pangkat. Mengenai pencarian pangkat, penyakit berbahaya ini lebih cpt menjngkiti seseorg dpd penyakit mencari harta. Bahkan kaitannya dgn agama, penyakit cinta kedudukan lebih bnyk berkembang dpd penyakit cinta dunia.
No comments:
Post a Comment