Hutang Piutang dlm Islam adalah suatu transaksi di mana seseorg meminjam harta benda kpd org lain dgn janji akan dikembalikan pada waktu yg telah ditentukan. Hutang termasuk muamalah antara manusia yg cukup mendpt perhatian dlm Islam krn ada unsur ekonomi dan hak individu yg dlm Islam sgt dihormati.
DEFINISI HUTANG PIUTANG:
Pengertian hutang adalah memberikan sesuatu (yg memiliki nilai) yg menjadi hak milik pemberi pinjaman kpd peminjam dgn pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dgn jumlah yg sama. Contoh, A meminjam emas 10 gram pada B. Maka B wajib mengembalikan utang tersebut pada A sebnyk 10 gram emas atau wang senilai itu pada waktu yg telah ditentukan.
DALIL SEPUTAR HUTANG PIUTANG:
1). (QS Al-Baqarah:282): “Hai org2 yg beriman, apb kamu bermuamalah tidak secara tunai utk waktu yg ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorg penulis di antara kamu menuliskan nya dgn benar. Dan jgnlah penulis tidak mahu menuliskannya sbgmn Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulisdan hendaklah org yg berhutang itu mengimlakkan (apa yg akan ditulis itu)dan hendaklah ia bertakwa kpd Allah Tuhannyadan jgnlah ia mengurangi sedikitpun dpd hutangnya.
Jika yg berhutang itu org yg lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlak kan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dgn jujur. Dan persaksikanlah dgn dua org saksi dari org2 lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua org lelaki, maka (boleh) seorg lelaki dan dua org perempuan dari saksi2 yg kamu ridhai, supaya jika seorg lupa maka yg seorg mengingatkannya.
Jika yg berhutang itu org yg lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlak kan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dgn jujur. Dan persaksikanlah dgn dua org saksi dari org2 lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua org lelaki, maka (boleh) seorg lelaki dan dua org perempuan dari saksi2 yg kamu ridhai, supaya jika seorg lupa maka yg seorg mengingatkannya.
Jgn lah saksi2 itu tidak mahu (memberi keterangan) apb mrk dipanggil; dan jgnlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar smpi batas waktu membayarnya. Yg demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dkt kpd tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalah mu itu), kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yg kamu jlnkan di antara kamu, maka Tiada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apb kamu berjual beli dan jgn lah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yg demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwa lah kpd Allah, Allah mengajarmu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
2). HR Ahmad dan Tirmizi: “Nasib seorg mukmin tergantung pada hutangnya smpi ia melunasinya”.
3). HR Muslim: “Mati di jln Allah (mati syahid) menebus segala sesuatu kecuali hutang”.
4). HR Bukhari: “Aku adalah paling utamanya org beriman. Brgsiapa yg mati dan punya hutang maka wajib melunasi. Brgsiapa yg meninggalkan harta maka hutang itu dikenakan pada ahli warisnya”.
WAJIB MEMBAYAR HUTANG:
Dari dalil Quran dan hadis seputar hutang di atas, jelaslah bahawa membayar atau melunasi hutang wajib hukumnya. Bahkan stlh yg punya hutang mati ttp wajib membayar hutang dan kewajiban itu menjadi kewajiban ahli warisnya.
KEUTAMAAN (Fadhilat) MEMBERI HUTANG:
HR Muslim: “Brgsiapa meringan kan sebuah kesusahan seorg mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Brgsiapa memudahkan urusan seseorg yg dlm keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Brgsiapa menutup ‘aib seseorg, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan sentiasa menolong hambaNya, selama hamba tersebut menolong saudaranya”.
SABAR DALAM MENAGIH HUTANG:
Org yg menghutangi hendaknya berhati-hati dlm memberi pinjaman agar tidak kecewa di kemudian hari. Pertama, harus dilihat dulu rakam jejak (track record) org yg hendak berhutang. Kedua, lakukan transaksi hutang piutang secara tertulis spt perintah dlm (QS Al-Baqarah:282): “Apb dua hal di atas sudah dipenuhi dan ternyata yg berhutang tidak melunasi hutang sesuai janjinya, maka penghutang hendaknya bersabar dan memberi perpjgan masa pembayaran hutang”.
1). Berdasarkan (QS Al-Baqarah:280):
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ
لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan jika (org yg berhutang itu) dlm kesukaran, maka berilah tangguh smpi dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebhg atau semua hutang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
2). Hadis Riwayat Muslim:
مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ
“Brgsiapa memberi ttidak mahug waktu bagi org yg berada dlm kesulitan utk melunasi hutang atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendpt naungan Allah”.
3). Hadis Riwayat Bukhari:
كَانَ تَاجِرٌ يُدَايِنُ النَّاسَ ، فَإِذَا رَأَى مُعْسِرًا قَالَ لِفِتْيَانِهؐ
تَجَاوَزُوا عَنْهُ ، لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا ، فَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهُ
“Dulu ada seorg pedagang biasa memberikan pinjaman kpd org2. Ketika melihat ada yg kesulitan, dia berkata pada budaknya: Maafkanlah dia (ertinya bebaskan utangnya). Semoga Allah memberi ampunan pada kita. Semoga Allah pun memberi ampunan padanya”.
HUTANG UTK KEPERLUAN MENDESAK (DARURAT):
Walaupun berhutang itu boleh (mubah), namun hendaknya dilakukan utk keperluan yg penting dan mendesak krn ada bahaya apb tidak mampu membayar hutang. Jgn hutang utk keperluan konsumtif spt memperbarui mobil atau mtidak mahuti perabot rumah yg masih cukup baik, dll. Nabi memerintahkan agar kita hidup penuh syukur dgn cara melihat ke bwh bukan ke atas:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ
فَوْقَكُمْ ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah kpd org yg lebih rendah darimu (taraf ekonominya). Jgn melihat org yg lebih tinggi darimu. Hal itu lebih baik agar kamu tidak melupakan nikmat (anugerah) Allah padamu”.
DUA MCM HUTANG: HALAL DAN HARAM (RIBA):
Hutang dlm hukum Islam terbagi menjadi dua bahagian: hutang yg baik (qardh hasan) dan hutang berbunga (qardh ribawi).
Hutang Baik atau Hutang Halal: Hutang piutang yg halal adalah transaksi hutang dari pemberi hutang kpd org yg hutang berdasarkan pada belas kasih pada terhutang (muqtaridh) agar supaya mengembalikan dgn nilai yg sama tanpa syarat lebih.
Hutang Ribawi atau Hutang Haram: Iaitu harta yg diberikan pada org yg hutang dgn syarat mengembalikannya dgn nilai lebih dari yg jumlah yg dihutang.
No comments:
Post a Comment