Monday, August 29, 2016

SOLATUL DAIM

TIADA SATU NAFAS PUN TERLEPAS DARIPADAKU MELAINKAN DI SITU PULA ADA QADAR YANG BERLAKU DI ATAS MU, karena hakikat nafas itu adalah penyatuan antara pencinta dengan yg dicintai, inilah yg dikatakan makna solat yg berkekalan, sebab solat itu adalah MIKRAJNYA bagi org yg mukmin, maka dari itu ikutilah gerak nafasmu sampai kepada yg dicintai yaitu Allah, inilah peringkat yg terpuji krn pada peringkat inilah yg dikatakan: "SOLATLAH ENGKAU Kepada DIRIMU SENDIRI, Sebab YG ADA PADA DIRIMU HANYALAH PENYEMBAHAN PADA DIRIMU, TIADA LAIN DIRIMU ITU MELAINKAN DIRIKU JUA ADANYA”.

Maksudnya ialah tukarlah arah pandanganmu atau hadapmu dari Kiblat Kaabah kepada yg Haq, lakukan ini semasa turun naiknya nafas, ITULAH SOLAT YG BERKEKALAN, maka dari itu turun naiknya nafas mu disebut dengan "ASSOLATU DAIMULHAQ" maksudnya adalah SOLAT DIAM tetap tanpa gerakan, dilakukan terus menerus sepanjang hidup, itu jugalah yg disebut SOLAT ABADI krn menuju ALAM KEABADIAN.


NIATNYA dlm hati mu adalah SOLAT DAIM Untuk SELAMA HIDUP, krn 

BERDIRI itu adalah hakikatnya HIDUPmu, 

RUKUK itu adalah hakikatnya PENGLIHATANmu, 

IKTIDAL itu adalah hakikatnya PENDENGARANmu, 

SUJUD itu adalah hakikatnya PENCIUMANmu, 

BACAAN AYAT itu adalah hakikatnya UCAPANmu, 

DUDUK itu adalah hakikatnya IMANmu, 

PUJIAN itu adalah hakikatnya KELUAR MASUK NAFASmu, 

ZIKIR itu adalah hakikatnya INGATANmu, 

KIBLAT itu adalah hakikatnya RENUNGANmu, 

jadi FARDHU itu adalah hakikat nya MENJALANKAN YG WAJIB LANTARAN KUDRATku, PASRAHnya engkau Kepada ZATku yg maha HIDUP, KRN YG DEMIKIAN ITU TELAH BERDIRInya engkau PADA ZAT, SIFAT dan PERBUATANku


Inilah Al Quran sejati, sbg tanda HAKIKAT semua SOLAT, inilah HAKIKAT SOLAT DAIM yakni solat yg sejati, tanpa dihalangi waktu, tidak mempunyai hitungan rakaat, SOLAT DAIM inilah yg boleh sambil kerja, duduk dengan berdiri, berdiri dengan duduk, lari dengan berhenti, membisu dengan bercerita, bepergian dengan tidur, tidur dengan terjaga spt itulah ibaratnya, sebab HAKIKAT SOLAT DAIM itu tanpa SUJUD dan RUKUK, yakni hanya berada dlm RASA HIDUPmu semata2.


Inilah Solatul Daim yg dinamakan Solat yg berkekalan, Wahdah Fil Kasrah yaitu pandang satu kepada yg banyak, maka yg dinamakan Nafas itu yg keluar masuk dpd mulut, maka yg dinamakan Nupus itu yg keluar masuk dpd hidung, maka yg dinamakan Tanapas itu yg keluar masuk dpd telinga, maka yg dinamakan Ampas itu yg keluar masuk dpd mata, maka Napas itulah yg menuju kepada HAQ, krn itu hendaklah engkau ketahui Ilmu Nafas, yaitu Ilmu Ghaibul Ghuyub, krn itu adalah salah satu dpd ibadahnya Muhammad.


Nafas masuk HU-Muahammad, Nafas tertahan HU-Ahmad, Nafas keluar HU-Ahad, Maka amalan inilah yg dinamakan Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah, dari Allah, dengan Allah dan untuk Allah, Dari Allah mengerakkan Ruhaniah, dari ruhaniah mengerakan Al-Hayat, dari Al-Hayat menggerakkan nafas dan dari nafas menggerakkan jasad dan pada hakikatnya itu Allah jua yg menggerakkan sekaliannya sbgmn firmaNya: “Ya Muhammad, bukanlah engkau yg melontar ketika engkau melontar, akan ttpi Allah lah yg melontar ketika engkau melontar”.


Jadi pada pandangan zahirnya perbuatan hamba, ttpi pada pandangan mata hati adalah perbuatan Allah jua adanya, itulah yg dikatakan hubungan antara hamba dengan Allah dan Allah dengan hamba ialah umpama matahari dhn cahaya yg tidak bersekutu atau bersatu dan tidak bercerai antara cahaya itu dengan zat matahari, cahaya itu bukan matahari dan bukan lain dpd matahari. Contoh yg lain pula spt api dengan asap, asap itu menunjuk kan adanya api dan asap itu bukan api dan tidak lain dpd api yg tidak bercerai dan tidak bersekutu, begitulah juga hamba dengan Allah, tidak bercerai dan tidak bersatu, maka ketika itu akal kita akan berkata: "Alangkah ajaibnya, bgmn boleh berhimpun kedua2nya (hamba dengan Allah) yg berlawanan padahal kedua2nya tidak sah berhimpun antara satu sama lain. "Sbgmn diisyaratkan Nabi Artinya: "Tidak bercerai antara nafi dan isbat, siapa yg menceraikannya kafir, siapa yg menyatukanNya kufur”.


Kata pepatah: "Tak kenal maka tak cinta, tak cinta maka tak dekat, tak dekat maka tak belajar, tak belajar maka tak mengerti, tak mengerti maka tak paham, tak paham maka tak mengetahui, tak mengetahui maka tak berkata, tak berkata maka tak merasa, tak merasa maka lenyaplah manusia, krn rasa dirasa adalah sama, tidak terpisah dari dahulu kala, hanya nafsu menutup pintunya, sungguh Dia telah lama bertahta disana, dicarinya Dia jauh dibalik gunung, tidak disadari dirinya meraung, menjerit2 minta di tenung, supaya bertemu kekasih yg dikandung”.


KESEMPURNAAN DIRI


Ketahui RAHSIA ini: “Brg siapa tidak mengetahui ttg ilmu pernafasan maka dia tidak akan mengetahui, Syahadat, Istinja, Junub dan janabat”. Walaupun dia ahli Fikih, ahli Tauhid, ahli Tasawuf, kalau masih belum mengenal ilmu hakikat diri yg asli yaitu “turun naik nafas” dan masih berpegang kepada nama dan bacaan maka masih belum sempurna ilmunya yg Haq.


“MAN ABDAL ISMU’U NAL MA’NA FAHAU KAFIRUN” Brg siapa menyembah Nama tiada mengetahui yg punya nama org itu kafir “MAN ABDAL ISMU’U NAL MA’NA FAHUA BATILUN”.


Brg siapa menyembah nama tiada mengetahui nama hukumnya batil yaitu sia-sia belaka. Jadi bukan nama, bukan bacaan namun yg lebih wajib adalah hakikat asal kejadian diri kita yg sebenar2nya.


Ketahuilah RAHASIA ini: "Ujud Allah yaitu nafas yg LAISA, tidak ada umpamanya krn Allah itu hanya nama kebesaran diri Nabi kita MUHAMMAD saw”.


Kita harus sungguh2 mengenal diri zahir dan batin, brg siapa tidak mengenal Allah dari awalnya. Brgsiapa tidak mengenal Allah dari akhirnya. Brg siapa tidak mengenal Allah dari dunia dan akhirat. Brg siapa tidak mengenal Allah dari hidupnya nescaya tidak mengenal juga di negeri akhirat. 


Apb kita mampu mengenal diri kita yg sebenar2nya, maka kita tidak terdinding dengan Rasulullah saw krn tiada lain diri kita bertubuh NUR MUHAMMAD zahir dan batin.


Brg siapa kenal dengan dirinya tentu kenal dengan Rasullullah saw PASTI, akan melihat kebesaran Jalal dan Jamalnya Rasullullah saw, itulah nama kebesaran ALLAH yg disebut SUBHANAHUWATA’ALA, Yg tidak lain adalah diri "HU" diri Rasulullah saw, itulah yg sebenar nya LAISA bernama HUAJIBUL UJUD.


"yg dikatakan laisa kamislihi itu sudah jelas, pandang yg banyak pada yg Esa, pandang yg Esa pada yg banyak, bukan dengan pandanganmu, namun pandanganNya, bukan dengan rasamu namun dengan rasaNya”.


Kosong itulah yg disebut LAISA yg bernama Wajibul ujud, Tajjali sendiri menjadi Nur Muhammad bernama titik zarah, dari titik menjadi alif yaitu terjadinya alam semesta.


Kosong nafas turun menahan itulah kesempurnaan syahadat, adanya denyut kita, titik adalah rahsia Nabi kita ‘Nur Salasia’ yg terrahsia yaitu: Dua nama satu wujud, yaitu rahsia titik dan kosong itulah adanya, Alif waktu keluar nafas kita, kudrat dan iradatnya, bernama Allah Ta’ala, semata2 asma dan af’al.


Kembali dari asalku (zahir dan batin), Asal Alif dari pada bapak (Hak Allah), Jadi tubuh kita HAKULLAH (sudah diterima oleh ibu).


Kenyataannya, nama dan yg punya nama memuji nama, jadi yg berkata dan yg bersuara ‘Nur Salasia’ Itulah nama Allah yg terrahsia, Itulah yg menggenap kan 99 nama Allah menjadi 100.


ALLAH adalah Kalamullah dan Qadim. MUHAMMAD adalah kamulah dan qadim. Dua nama tidak terpisah, satu kesatuan. Kalau dua nama dikatakan terpisah maka binasalah akidahnya, binasalah imannya, binasalah islamnya dan binasa lah ihsannya. Akan termasuk org yg jahil juga yg mengatakan Nur Muhammad Muhadast, binasa lah amalnya, binasalah segala perbuatannya, beribadah spt musyrik saja, maka sgt perlu dipahami lagi, hakikatnya dua nama itu dua wujud atau satu wujud?


Bahawa, HU didalam ilmu makrifat dinamakan ISMUL JALALLAH, yaitu nama ttg keadaan Maha Tinggi yg awal2 telah ada dengan sendirinya, yaitu yg LAISA adanya.


Bahawa, HU didalam Ilmu hakikat bermakna ttg keadaan yg Maha Esa yg awal2 telah ada.


Bahwa, HUWA adalah diri Muhammad (AHMAD) yg awal2 telah ada yakni Al Insanul Kamil yg Maha Suci.


Keadaan Allah yg sebenarnya ini sungguh2 sangat dirahsiakan, bahwa Allah hanya nama kebesaran puji bagi Al Insanul Kamil “AINUL MUHAMMAD” berpeganglah pada pendirianmu, tetap jangan berubah lagi sampai akhir hayat.


Yg menjadi pokok pembahasan ilmu Makrifat pada mulanya adalah dari surah Al-Ikhlas “QULHU ALLAHU AHAD…” dimaknakan menjadi “Katakan hai Muhammad Allah itu Esa” dari makna inilah timbul pendapat bahwa Muhammad Rasulullah itu manusia biasa, atau pesuruh Allah di dunia untuk menyelamatkan manusia dari pada kemusyrikan dan kemunafikan.


QUL dan HUWA = berkata HUWA domirnya ialah ANTA, kalau Anta tidak ada maka tidak ada yg menyatakan “Qulhu Allahu Ahad”

Maka, anta dalam Ilmu Makrifat ada dua makna yaitu:


1. Anta yg Zahir

2. Anta yg Batin


Adapun anta yg zahir adalah Al Insan Nabi kita Muhammad saw, maka insan itu adalah alat komunikasi atau sbg jarum jam diri org mukmin yg bergerak setiap detik, tiada huruf dan tiada suara, di ingat tidak di ingat, bergerak terus memuji diriNya sendiri, 1x24 jam = 28,000 pujiNya, di ingat atau tidak di ingat.


Adapun anta yg batin yakni Sirrul Insan adalah Muhammad saw jua, maka HUWA dan ANTA hanya satu saja yaitu Huwa Muhammad atau Huwa Ahmad, anta Muhammad dinamakan Mubtadi yaitu kalimat yg menjadi pokok perhatian di dlm Ilmu Makrifat.


Dan Allah itu dinamakan Kabar Awal yaitu Kabar pertama menerangkan ttg keadaan HUWA, sedangkan Allah (Tuhan) khabar yg umum pada yahudi dan nasrani pun memakainya, namun Al-Quran menerangkan dengan kalimat “WAMA HUM BI MU’MININ” dan tiadalah mereka itu org yg beriman”.


Sebenarnya krn mereka tidak yakin dengan kalimat syahadat : “WA ASHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH”.


Tahukah kalian bahawa didlm kitab Nasrani skrg nama Allah sgt banyak diSebutkan, demikian pula “HU” ada 6000 lebih banyak nya dan bagi kita, kitab itu tidak boleh di imani krn nama Nabi Muhammad saw telah di hilangkan.


Maka demikian juga bila kita ada mengenal ilmu batin yg hanya mengenal Allah saja dan tidak mengenal Nabi Muhammad saw, itu sama saja dengan ilmu batinnya Yahudi dan Nasrani.


Ingat!! Bukan kita menghilangkan nama Allah sama sekali, bahwa Allah ttp ada, namun yg dikenal dengan Allah hanya Rasulullah saw.


Inti makrifat adalah mengenal diri yg sebenar2nya, bahwa kita berasal dari Allah (Qadim) kemudian kembali kepada Qadim (Allah), dengan kalimat : INNALILLAHI WAINNAILAIHI ROJI’UN


3 faktor penting dalam Makrifat adalah:


PERTAMA :


La ta’yin = Belum ada ketentuan

Ahadiyah = Maha Tunggal

Zatul Buhti = Zat yg kekal


Penjelasan: Disini Allah di umpamakan laut yg tiada bergelombang. Dia lah Tuhan yg maha suci dan maha tinggi, tiada martabat diatasNya lagi. Bahwa manusia sudah ada sejak dahulu dan tiada terpisah dengan Tuhannya, Bahwa kita sudah berada dlm rahsia Allah swt, namun krn Allah belum ada nampak maka kita belum juga di tampakkanNya, jadi sejak La ta’yin manusia sudah ttp dlm rahsia Allah ttpi belum ada pengakuan apa2 karena belum nampak dan belum ditampakkan.


KEDUA :


Ta’yin awal = Ketentuan yg pertama.

Wahdah = Tunggal.

Hakikatul Muhammadiyah = Asal mula segala yg ada.


Penjelasan: Disini Tuhan telah menampakkan diriNya, maka ditampakkanNyalah manusia itu dahulu (titik) didlm dirinya sendiri seraya melihat dan berkata : ALASTU BIRABBIKUM? Maka di jawab dengan: BALA SYAHIDNA


Setelah pengakuan ini terjadi maka Tuhan berkata: “Saat ini Aku akan mengambil 4 unsur dari tubuhmu Ku jadikan alam agar engkau menetap kelak”, maka kita menjwb dengan kalimat ‘LA HAULA WALA KUATA ILLABILLAH’


Setelah itu diambillah:


– Dari Rahsia dijadikan Api

– Dari Ruh dijadikan Angin

– Dari Hati dijadikan Air

– Dari Tubuh dijadikan Tanah


Maka jadilah Alam semesta dengan segala isinya, selanjutnya “titik” itu mengembang menjadi banyak, tumbuh dan besar menjadi ALIF.


KETIGA :


Ta’yin tsani = Ketentuan kedua

Wahdiyah = Mentauhidkan

Hakekatul Adam = Asal mula manusia


Penjelasan: Bahwa Alif pada Zat menyelubungi semua rahsia yg ada, disini Allah seumpama laut dengan gelombangnya, sesungguh nya Allah SWT Tuhan yg maha suci lagi maha tinggi diumpama kan laut, sedangkan semua yg ada diumpamakan gelombang, adapun gelombang itu tiada terpisah dari laut adanya.


Bahawa: Ketiga martabat diatas semuanya adalah Qadim, Yg terdahulu atau terbelakang hanya lah sebutan saja, bukan karena waktu. Ketika kita mengatakan Ahdah (maha tunggal), Wahdah (tunggal), Wahdiyah (menunggalkan Atau.. Ketika kita mengatakan La Ta’yin (belum tentu), Ta’yin awal (sudah tentu), Ta’yin tsani (ketentuan berikutnya) Maka.. Ketiga martabat itu semua adalah Qadim.


Sedangkan yg awal dan yg akhir hanya perkataan saja, bukan karena waktu namun karena sesungguhnya laut yg tiada bergelombang, disitu juga terdapat satu gelombang (titik), maka dari titik itu berkembang menjadi banyak, itulah yg dinamakn ALIF, pada hakekatnya satu saja namun tiga dlm sebutan.


Mengertilah akan hal ini betul-betul. Jadikan dasar pegangan dalam hati sanubari, Bahwa tiada terpisah kita dengan Allah SWT, Dari awal yang tiada berawal hingga akhir yang tiada berakhir, Inilah satu pemahaman Makrifat yang sempurna, Nur Salasiah itulah yang benar-benar LAISA, Nur yang awal-awal muncul karena kedzahiran Nabi Muhammad SAW yang luar biasa, semata-mata hanya ikhtibar bagi kita umat Rasulullah SAW. “Aku adalah seperti kamu jua..” ini perkataan ikhtibar saja, Rasulullah SAW itu ‘U’ Ahad. Ke dzahiran kita manusia Muhammad namanya, Laki-laki dan perempuan, Adam dan Hawa, tiada lain adalah dari satu titik noktah, Itulah yang dikatakan satu kesatuan, Itulah ujud hakiki Rasulullah SAW. Sudah Nampak? Jangan di pahami lagi.


HU awal mula mengucap, HU nikmat awal terjalin, HU ma’nikam asal aku jadi, Muhamad aminullah nama tuhanku, Muhammad rasulullah nama nyawaku, Muhammadiah nama hambaku, Wujud-berwujud wujud Allah.


MUHAMMAD


MIM = Wal Mim ul awwalu yadullu nara siha

HA = Wal Ha ul yadullu ala dzohiri

MIM = Wal Mim us tsani yadullu ala surati

DAL = Wad Dallu yadullu ala qoda mihi


HU, Awal Nabi kita Muhammad SAW atau yang LAISA mengucapKan nama “ALLAH”


ALIF = ibarat Dzat kepada Nabi kita, itulah Rahasia yang tersirat bernama Muhammad Aminullah


LAM AWAL = ibarat Sifat kepada Nabi kita, itulah Nyawa yang bernama Muhammad Rasulullah


LAM AKHIR = ibarat Asma kepada Nabi kita, itulah Hati yang bernama Muhammad Nurani


HA = ibarat Af’al kepada Nabi kita, itulah Rupa yang bernama Muhammad Jasmani


Pandanglah ke dalam. Kembalikan. Tidak lain satu kesatuan adanya. Apa jua pun. Karena, Dzat Allah gaib pada alam Ruh, Sifat Allah gaib pada alam Misal, Asma Allah gaib pada alam Ajsam, Af’al Allah gaib pada alam Insan


Dan, Dzat Allah pada alam Ruh bernama Nur, Sifat Allah pada alam Misal bernama Ke-dzahiran, Asma Allah pada alam Ajsam bernama Mu-dzahir, Af’al Allah pada alam Insan bernama Manusia


Ingatlah!!


Kesemuanya tiada bercerai dari pada asal. Maujud-lah Dzat-Sifat-Asma-Af’al, itulah MUHAMMAD, Kuasa sendirnya, Wujudnya Makrifat, Lakunya Suci, Jalannya SEMPURNA, Tempatnya halus, Sifatnya Syukur,


Hendaklah jangan perkataan ini diasa-asakan lagi, Jangan pula tanyakan pada sembarang orang, Belajarlah pada ahlinya agar bertambah IMAN di dada dan SEMPURNA ilmunya.


Nafsiah, Salbiyah, Ma’ani, Ma’nawiyah, Jalal, Jamal, Kohar dan Kamal, itulah adanya kesempurnaan Sifat 20, Itulah yang sebenar-benarnya menerangkan tentang ke-LAISA-an diri Nabi kita Rasulullah SAW, yaitu diri ‘HU’


20 Sifat dipecah menjadi satu, 19 (Sembilan belas) Sifat kepunyaan Haq Tuan Nabi SAW yang LAISA, tajjalinya Dzat Hua jibul ujud (bernama Allah) yang sebenarnya Nur Muhammad SAW jua pelakunya.


1 (satu) tersedia pada diri kita yaitu ujud ada mustahil tidak ada, maksudnya adanya nafas kita yaitu ALIFULLAH yang tesedia pada diri seluruh manusia.


Takbiratul Ihram, adalah saat dimana kita memesrakan nama Nabi kita Muhammad SAW yang di dalam diri, yang meliputi seluruh tubuh kita, bernama yang hidup tiada lain Dzat Hayyun, yaitu nafas yang keluar masuk, Dari Sifat 20, himpun sifat Salbiyah, diperkecil menjadi sifat Ma’ani atau sifat 7, kembali sifat 7 waktu mesranya menjadi empat nasab saja yaitu : pendengaran, penciuman, penglihatan, pengrasa. Pendengaran nur, penciuman nur, penglihatan nur, pengrasa nur himpun menjadi SATU RAHASIA semua, Himpun lagi terakhir ujud ada mustahil tiada.


Setiap orang sudah berada pada jalurnya, dan setiap jalur menurut pandagan orang tersebut adalah benar, ini tidak berbicara salah dan benar, karena setiap orang pasti akan memandang lurus pada jalur yang di laluinya.


Adanya jalur karena adanya kehidupan, berpeganglah kepada hidupmu, hidup itulah Nyawa, Nyawa itulah MUHAMMAD, jangan engkau ragu dengan jalurmu.


LA ILAHA ILLA ALLAH

LA = Hidup

ILAHA = Ruh

ILLA = Nafas

ALLAH = Nyawa


Inilah peganganmu, Jangan cari lagi.



No comments:

Post a Comment