Antara perasaan hati yang baik dan setiap Muslim mesti memilikinya:
1) Khauf dan Raja'
Menurut Imam Abu Bakr al-warraq (guru al-Ghazali): "Apabila engkau dengar perihal kaum kafir akan berkekalan di dalam neraka, maka jangan engkau, kerana engkau orang Islam, berasa aman dan terselamat atau terlepas daripada pembalasan seperti orang-orang kafir itu. Sebabnya, urusanmu dan dirimu itu masih di dalam ancaman bahaya. Engkau belum tahu bagaiaman keadaanmu di hujung hayatmu nanti dan betapa nasib dirimu dalan suratan di Lauhul-Mahfudz. Sebab itu, janganlah berasa sedap hati dengan masa gemilangmu sekarang. Di sebalik kegemilangan itu berkemungkinan besar tersembunyi kecelakaan".
Imam al-Ghazali pula berkata, "Jangan terpesona, terpedaya dan berasa terlalu sedap hati dan aman dengan ni'mat Islam dan ni'mat terlepas daripada kemungkaran, kerana kelurusan di pangkal jalan tidak semestinya lurus juga di hujung jalan. Ambillah iktibar daipada kisah-kisah di kalangan golongan 'abidin dahulu yang dengan tak semena-mena menjadi sesat di hujung jalan, lalu ditimpa 'kecelakaan' pada saat terakhir hayatnya".
* Kita tidak boleh berperasaan terlalu yakin yang ni'mat Islam yang kita miliki sekarang dapat kekal sehingga akhir hayat kita. Tidak boleh over confident. Untuk mengatasi perasaan terlalu yakin ini, kita mesti mempunyai perasaan khauf dan raja’. Khauf adalah lawan kata al-amnu. Al-Amnu adalah rasa aman. Khauf ialah perasaan bimbang, takut, risau atau cemas. Raja' ialah perasaan mengharap. Biasanya khauf dan raja' juga disebut dengan istilah "harap-harap cemas”. Selayaknya sebagai hamba kepada Allah, kita kena sentiasa menaruh perasaan mengharap. Kita juga kena sentiasa menaruh perasaan cemas, perasaan kalau-kalau, perasaan mana tahu, kerana kuasa mutlak adalah milik Allah.
Mari pastikan perasaan "harap-harap cemas" ini telah kita miliki. Perkataan "semoga" adalah antara perkataan yang melambangkan "harap-harap cemas”. Semoga Allah SWT sentiasa melimpahkan hidayah, taufiq, rahmat dan keredhaanNya kepada kita. Semoga kita berjaya mendapat khusnul-hotimah (kesudahan yang baik) ketika akhir hayat nanti.
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik R.a. menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah SAW mendatangi seorang pemuda yang sedang menghadapi kematian (sakaratul maut). Rasulullah SAW bertanya kepada pemuda itu, “Bagaimana kamu mendapati dirimu?” Pemuda ini menjawab, “Aku mendapati diriku dalam keadaan takut atas dosa-dosa yang aku kerjakan sekaligus mengharapkan rahmat Tuhanku.” Nabi SAW menjawab, “Tidaklah berkumpul dua perasaan di dalam hati seorang hamba, melainkan Allah berikan apa yang dia harapkan dan memberikan ketenteraman dari hal yang khawatirkan.” (HR. At Tirmidzi dan Nasa’i).
Khauf dan Raja
A. Khauf (takut kepada Allah SWT)
1. Pengertian Khauf: Secara bahasa Khauf berasal dari kata khafa, yakhafu, khaufan yang artinya takut. Takut yang dimaksud disini adalah takut kepada Allah SWT. Khauf adalah takut kepada Allah SWT dengan mempunyai perasaan khawatir akan adzab Allah yang akan ditimpahkan kepada kita. Cara untuk dekat kepada Allah yaitu mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Firman Allah surah An-Nur 52: Artinya: “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. Firman Allah SWT: Artinya: “Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Q.S Al- Imran : 175)
2. Khauf (Takut) ada tiga macam:
a. Khouf thabi’i seperti halnya orang takut hewan buas, takut api, takut tenggelam, maka rasa takut semacam ini tidak membuat orangnya dicela akan tetapi apabila rasa takut ini menjadi sebab dia meninggalkan kewajiban atau melakukan yang diharamkan maka hal itu haram.
b. Khouf ibadah yaitu seseorang merasa takut kepada sesuatu sehingga membuatnya tunduk beribadah kepadanya maka yang seperti ini tidak boleh ada kecuali ditujukan kepada Allah ta’ala. Adapun menujukannya kepada selain Allah adalah syirik akbar.
c. Khouf sirr seperti halnya orang takut kepada penghuni kubur atau wali yang berada di kejauhan serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya akan tetapi dia merasa takut kepadanya maka para ulama pun menyebutnya sebagai bahagian dari syirik.
3. Alasan manusia takut kepada Allah
a. Kerana kekuasaan dan keagungan Allah
b. Kerana balasan Allah
c. Kerana taufiq dan hidayah yang diberikan kepada manusia
d. Kerana rahmat dan minat yang dilimpahkan kepada manusia.
Allah bukanlah Dzat yang harus ditakuti dalam arti dijauhi, tetapi dipatuhi segala perintah-Nya dan dijauhi segala larangan-Nya. Allah Maha Pengasih. Lagi Maha Penyayang, Allah Maha Penolong, juga Maha Pengampun.
B. Raja’ (Mengharap ridha kepada Allah SWT)
1. Pengertian Raja: Raja’ secara bahasa artinya harapan atau cita-cita. Raja’ adalah mengharap ridha,rahmat dan pertolongan kepada Allah SWT, serta yakin hal itu dapat diraihnya, atau suatu jiwa yang sedang menunggu (mengharapkan) sesuatu yang disenangi dari Allah SWT, setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang diharapaknnya. Jika mengharap ridha, rahmat dan pertolong Allah SWT, kita harus memenuhi ketentuan Allah SWT. Jika kita tidak pernah melakukan solat ataupun ibadah-ibadah lainnya, jangan harap meraih ridha,rahmat,dan pertolongan Allah SWT. Firman Allah SWT: Artinya: “Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Robbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Robb-Nya.” (QS.Al-Kahfi:110)
2. Macam-macam Raja’: Dua bahagian termasuk termasuk raja yang terpuji pelakunya sedangkan satu lainnya adalah raja yang tercela. Yaitu:
a. Seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah di atas cahaya Allah, ia sentiasa mengharap pahala-Nya
b. Seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia sentiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya.
c. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela ialah seseorang yang terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan. Raja` yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.
3. Sifat Raja’ kepada Allah SWT:
a. Optimis: Optimis adalah memungkinkan seseorang melewati setiap warna kehidupan dengan lebih indah dan membuat suasana hati menjadi tenang. Allah berfirman dalam (Q.S Yusuf ayat : 87) Artinya: “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. Rasullah SAW bersabda: Artinya: “Orang berdosa yang mengharap rahmat Allah jauh lebih disayang Allah dari pada orang taat yang berputus asa.” (H.R Ibnu Mas’ud)
b. Dinamis: Adalah sikap untuk terus berkembang, berfikir cerdas, kreatif, rajin, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Orang yang bersikap dinamis tidak akan mudah puas dengan prestasi-prestasi yang ia peroleh, tetapi akan berusaha terus menerus untuk meningkatkan kualitas diri. Inilah ajaran dinamis seperti yang terkandung dalam (Q.S Al-Insyirah:7) Artinya: “Apabila engkau telah selesai mengerjakan suatu urusan, maka bergegaslah untuk menyelesaikan urusan yang lain”. Rasulaah SAW bersabda: Artinya: “Bekerjalah kamu untuk urusan dunia, seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok hari.” (H.R Ibnu Majah).
4. Factor dalam Raja’:
a. Selalu berpegang teguh kepada tali agama Allah yaitu agama Islam
b. Selalu berharap kepada Allah, agar selalu diberikan kesuksesan dalam berbagai macam usaha dan mendapat ridha dari-Nya
c. Selalu merasa takut kepada ancaman dan siksaan Allah di hari akhirat kelak
d. Selalu cinta (mahabbah) kepada Allah
5. Hikmah Raja’:
a. Menciptakan prasangka baik membuang jauh prasangka buruk
b. Mengharapkan rahmat Allah dan tidak mudah putus asa
c. Menjadikan dirinya tenang, aman, dan tidak merasa takut pada siapapun kecuali kepada Allah
d. Dapat meningkatkan amal sholeh untuk bertemu Allah
e. Dapat meningkatkan jiwa untuk berjuang dijalan Allah
f. Dapat meningkatkan kesadaran bahwasannya azab Allah itu amat pedih sehingga harus berpacu dalam kebaikan
g. Dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diteriamnya
h. Dapat menghilangkan rasa hasud, dengki, dan sombong kepada orang lain
i. Dapat meningkatkan rasa halus untuk mencintai sesama manusia dan dicintainya.
Baik Khauf maupun raja` merupakan dua ibadah yang sangat agung. Bila keduanya menyatu dalam diri seorang mukmin, maka seluruh aktivitas kehidupannya akan menjadi seimbang. Dengan khauf akan membawa diri seseorang untuk selalu melaksanakan ketaatan dan menjauhi perkara yang diharamkan; dengan raja` akan menghantarkan dirinya untuk selalu mengharap apa yang ada di sisi Allah.
No comments:
Post a Comment