Seorang sahabat bertanya kepada saya tentang selawat Nabi: "Aku ini orang yang belum selamat, kenapa aku harus bershalawat kepada Rasulullah SAW padahal dia yang telah dijamin surga oleh Allah. Apakah Rasulullah SAW belum yakin atas keselamatannya dan keluarganya? Apakah kita harus bershalawat dulu, baru dia mendoakan kita? Apakah itu namanya minta pamrih?”
Berikut ini adalah jawaban saya agar bisa menjadi pelajaran bersama: “Rasulullah SAW diibaratkan sebagai "Pembawa Paket Syafaat" dari Allah SWT yang dapat menyelamatkan umat manusia. Beliau adalah utusan akhir, imam para Nabi, penyempurna akhlak dan semua ajaran Tuhan yang pernah diturunkan. Nash Al-Qur'an dan Hadis merekam begitu hebat bagaimana posisi tertinggi Rasulullah sebagai manusia pilihan Tuhan. Maka, Allah dan malaikat-Nya pun mengabadikan penghormatan mereka terhadap derajat dan maqam Nabi Muhammad.
Nah, karena semua umat Muhammad mengharapkan agar "paket syafaat" dari Tuhannya selamat, maka mereka meminta pada Tuhan agar pembawa paket ini datang selamat, sesuai yang diharapkan dan selalu dalam lindungan Allah. Agar kelak, saatnya tiba, paket itu bisa kita nikmati bersama.
Maka, dalam konteks ini, jelas naif jika dikatakan Muhammad mengharapkan keselamatan dari kita, karena kita justru yang membutuhkan. Kita yang memerlukan pembelaan dan pertolongan Rasulullah kelak di akhirat. Pamrih Muhammad adalah untuk menyelamatkan umat manusia, sebab Muhammadlah salah satu alasan mengapa dunia ini diciptakan.
Kita jelas membutuhkan keselamatan bagi Muhammad, karena dengan begitu beliau akan menolong. Kalau bacaan selawat pada Nabi diartikan begitu "kaku dan kekanak-kanakkan," runtuhlah bangunan misi kenabian Muhammad. Nash Al-Quran dan Hadis yang menyuruh kita berselawat kepada Nabi itu qath’i. Jadi, jangan sampai pemahaman kita yang mentah tentang hal itu mengotorinya.”
Bayangkan, Allah memerintahkan manusia untuk mendirikan shalat, tapi Dia tak shalat untuk siapa pun. Allah memerintahkan manusia untuk berpuasa, tapi Dia tak pernah berpuasa untuk siapa pun. Allah memerintahkan manusia untuk berhaji, tapi Dia tak pernah berhaji untuk siapa pun. Demikian tingginya rasa cinta Allah SWT kepada Rasul-Nya, hingga Dia dan para malaikat pun bershalawat kepada Muhammad Saw., serta memberi komando kepada manusia untuk melakukan hal yang sama. Alangkah kikir dan fakirnya seorang hamba yang tak bershalawat untuk Sang Nabi, junjungannya. Dan, beruntunglah mereka yang memahami makna shalawat, karena mendulang rahmat dan berkah berlimpah.
Maka, mari kita berselawat kepada Nabi Muhammad agar Allah berkenan menguatkan tekad kita untuk melangkah menghadapi hari ini. Agar Allah mau mengangkat derajat Umat Muhammad, memberi limpahan rezeki dan karunia-Nya. Mari rayakan gairah jiwa bersama semangat Rasulullah SAW dalam berjuang. Mari kobarkan semangat cinta Rasulullah SAW, agar Allah berkehendak untuk mewujudkan semua mimpi dan harapan kita.
“Ya Rabbi bil-musthafa balligh maqaashidana waghfirlana maa madha ya waasi’al-karaami.” (YA Allah, demi Al-Mustafa, Muhammad SAW, sampaikanlah maksud dan hajat-hajat kami. Dan, ampunilah dosa-dosa kami yang telah lewat, wahai yang Mahaluas dan yang Maha Dermawan). Semoga kita mampu membangun kobaran semangat Rasulullah SAW dalam dada kita sepanjang hayat, agar Allah berkenan mewujudkan semua keinginan kita.
No comments:
Post a Comment