Hati yang kering dan rapuh, maka siramilahlah dengan ketaatan dan dzikrullah. Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah lidahmu basah dengan mengingat Allah." (HR At-Tirmudzi) Jika hati telah diisi dengan rasa cinta kepada Allah dan selalu berzikir kepada Allah, maka ia akan menyadari bahwa Allah akan selalu melihat dan mengawasinya. Keadaan dan kesadaran semacam ini akan membantu kita untuk selalu taat kepada-Nya dan membuat kita takut bermaksiat kepada-Nya.
Haris Al-Muhasibi mengatakan: “Di antara sebaik-baik ibadah adalah hati yang diisi rasa cinta pada ketaatan. Jika hatimu telah dilimpahi perasaan itu, maka anggota badan akan beramal sesuai dengan apa yang dilihatnya dalam hati. Sebab, boleh jadi anggota badan.sibuk beribadah, sedangkan hati diam menganggur”. Seseorang bertanya,."Lalu bagaimana bentuk ibadah hati di luar anggota badan? Dan, bagaimana ibadah yang dilakukan hati akan mengalir menuju anggota badan?"
Beliau menjawab, "Yakni ketika hati menjadi wadah bagi kerisauan, kegalauan dan kesedihan, rasa lemah dan sangat membutuhkan, penyesalan, dan keterdesakan menuju Allah, sikap tulus kepada-Nya, dan cinta pada apa yang Allah cintai, serta benci pada apa yang Allah benci. Jika ia menyikapi Allah dalam keadaan hati semacam ini, anggota badan akan ikut bergerak dan bangkit untuk melakukan ketaatan. Keadaan seperti ini akan terwujus jika relung hati telah diisi dengan zikir kepada Allah”. (Disarikan dari Syarah Kitab Tajul-'Arus Syekh Ibnu Atha'illah, oleh Syekh Muhammad Najdat).
LALU, APA ITU MAKRIFAT?
Imam Al-Junaid mengatakan, “Sesungguhnya awal yang dibutuhkan oleh seorang hamba dari sesuatu yang bersifat hikmah adalah mengetahui Sang Pencipta atas keterciptaan dirinya; kebaruan diri tentang bagaimana kebaruannya; sifat keperbedaan Sang Pencipta dari sifat makhluk; sifat perbedaan “Zat yang Lama” dari “yang baru” (alam/ makhluk); menurut pada ajakan-Nya, dan mengetahui keharusan diri untuk taat kepada-Nya. Sesungguhnya orang yang belum mengetahui Zat Sang Penguasa alam, maka ia tidak akan mengetahui keberadaan kerajaan alam tentang status kepemilikannya untuk siapa.”
Sedangkan menurut Abu Thayib Al-Maghribi, setiap unsur dalam diri seorang hamba memiliki fungsi yang berbeda-beda berkaitan dengan kemakrifatannya kepada Allah. Akal, menurutnya, memiliki fungsi pembuktian dalil secara logika, hikmah memberi isyarat, dan makrifat mempersaksikan. Karena itu, kejernihan ibadah tidak akan diperoleh kecuali dengan kejernihan tauhid. Imam Al-Junaid mengatakan bahwa tauhid berarti pengesaan Zat Yang Esa dengan hakikat dan kesempurnaan keesaan-Nya. Tidak beranak dan tidak diperanakan. Tidak setara dengan apa pun.” (Disarikan dari Risalah Qusyairiyah).
No comments:
Post a Comment