Saturday, March 19, 2016

USAHA DAN TAWAKAL MENURUT SYEKH ABDUL QADIR

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Bertauhid itu wajib. Mencari nafkah yang halal pun wajib. Menuntut ilmu juga wajib, Ikhlas beramal juga wajib. Dan, meninggalkan kebalikan semua itu juga wajib. Engkau harus berusaha dan bergantung pada sebab, sampai imanmu menguat. Setelah itu barulah engkau tunggu hasilnya. Para Nabi pun berusaha dan berutang (berniaga). Mereka bergantung pada sebab di awal urusan dan bertawakal di akhir urusan. Mereka memadukan antara usaha dan tawakal di awal dan di akhir. Sikap tidak berusaha dan meminta-minta kepada orang lain mengundang siksaan Allah Azza wa Jalla”. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Fathu Rabbani).

2). MARI JAUHKAN DIRI DARI IRI HATI DAN DENGKI

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberi nasehat: “Wahai orang-orang yang beriman mengapa engkau merasa iri terhadap tetanggamu yang hidup senang, yang memperoleh rahmat-rahmat dari Tuhannya. Tidakkah kau tahu bahwa yang demikian itu dapat melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan Tuhanmu dan membuatmu dibenci oleh-Nya?

Tidakkah engkau sadar sabda Nabi bahwa Allah SWT berfirman: “Kedengkian adalah musuh rahmat-Ku.” Tidakkah engkau dengar juga sabda Nabi, “Sesungguhnya kedengkian melahap kebajikan sebagaimana api melahap kayu bakar.” Lalu, mengapa kau iri dan dengki kepadanya?

Jika engkau iri hati terhadapnya, karena karunia Allah baginya, maka berarti kau tak ridha dengan firman-Nya, “Kami karuniakan di antara mereka rezeki di kehidupan duniawi ini.” (QS Az-Zukhruf [43]: 32). Berarti kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati karunia Tuhannya. Itu merupakan karunia khusus untuknya, yang tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bagian itu kepada orang lain. Maka, siapa sebenarnya yang lebih zalim, serakah dan bodoh?

Jika engkau dengki terhadapnya karena bagianmu, maka kau berarti telah bertindak sangat bodoh, sebab bagianmu tidak akan diberikan kepada orang lain, juga tidak akan berpindah dari tanganmu ke tangan orang lain. Allah SWT bebas dari kecacatan dan kelemahan hal semacam itu. Allah SWT berfirman, “Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.” (QS Qaf [50]: 29).

Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut darimu segala yang telah ditentukan-Nya bagimu dan tak akan memberikannya kepada selainmu. Ini adalah bentuk kebodohanmu sendiri dan kezalimanmu pada saudaramu”. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Adab As-Suluk wa At-Tawassul ila Manazil Al-Muluk). 

3). PERBARUI IMANMU DENGAN KALIMAT TAUHID

“Nabi SAW bersabda, ‘Perbaruilah imanmu dengan la ilaha illallah’.(HR Ahmad) Itu menunjukkan bahwa sesungguhnya debu maksiat dan noda dosa akan menempel pada dirimu. Tak semua tempelan noda itu bisa dibersihkan dengan air. Namun, ada noda yang hanya dapat dibersihkan dengan api. Sama dengan emas yang mengandung campuran palsu yang harus dimurnikan dengan api. Begitu pula dengan keadaan orang yang melakukan maksiat. Mereka tidak dapat masuk surga sebelum dimurnikan oleh api neraka”. (Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Taj Al-‘Arus). 

Muhammad Najdat menjelaskan, dalam hadis yang diriwatkan oleh Imam At-Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, “Iman dapat menjadi usang di hati kalian seperti pakaian. Karena itu, mintalah kepada Allah agar Dia memperbarui iman dalam hati kalian.”

Bersihkan kalbumu dengan bacaan la ilaha illallah. Orang yang meyakini kalimat itu harus memenuhi hatinya hanya dengan Allah. Tidak ada sesuatu pun yang lain selain Allah dalam hatinya. Ketika hatinya diisi oleh sesuatu selain Dia, berarti ia telah mengotori dan merusak kesucian hatinya serta kemurnian keyakinannya, sehingga ia harus memperbaruinya dengan mengucapkan kalimat tauhid la ilaha illallah. Sebab mengucapkan kalimat tauhid tersebut secara terus menerus dapat memperbarui iman yang terdapat dalam hati sekaligus menerangi dan membuatmu lebih yakin”. (Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Taj al-‘Arus, syarah oleh Dr. Muhammad Najdat). 

4). NASIHAT IMAM HASAN BASHRI

Imam Hasan Al-Bashri mengatakan: “Wahai manusia, amalmu adalah amalmu! Itulah darah dan dagingmu! Maka, lihatlah seperti apa sebenarnya amalmu kelak!

Sungguh, ahli takwa memiliki sejumlah tanda pengenal; berbicara jujur, menunaikan janji, menyambung silaturahim, mengasihi orang-orang lemah, tidak berbangga diri dan tidak sombong, bersegera melakukan kebaikan, tidak angkuh di hadapan orang lain, dan berakhlak baik serta lapang dada. Semua itu adalah amal yang kelak akan mendekatkan diri hamba kepada Allah Azza wa Jalla.

Wahai manusia! Sungguh, engkaulah yang dapat melihat amalmu dan mempertimbang baik-buruknya. Engkau jangan pernah meremehkan amal kebaikan, sekecil apa pun kebaikan itu. Sungguh, jika engkau telah melihatnya akan membuatmu gembira. Dan, jangan pula meremehkan keburukan, sekecil apa pun, sungguh jika engkau telah melihatnya, tempatnya akan membuatmu sengsara.

Semoga Allah mengasihi orang-orang yang mengusahakan kebaikan, memberi nafkah dengan sederhana, mempersembahkan kelebihannya untuk hari fakir dan kekurangan. Jauh sekali, jauh sekali dunia telah pergi dengan dua keadaanya (lapang dan susah). Tinggallah amal perbuatan mengalung di leher kalian.

Kalian telah menggiring manusia, dan waktu telah menggiring kalian. Sungguh, orang-orang pilihan di antara kalian telah disegerakan, apa lagi yang kalian tunggu? Apa yang kau pilih? Sungguh, tak ada kitab suci setelah kalian, dan tak ada Nabi setelah Nabi kalian. Wahai manusia, juallah duniamu dengan akhiratmu, niscaya kalian akan beruntung mendapatkan keduanya. Dan, jangan sekali-kali kau jaul akhiratmu untuk duniamu, niscaya engkau akan merugi dalam keduanya”. (Imam Hasan Al-Bashri dalam Hilyah Al-Auliya karya Abu Nu'aim Al-Ashfahani).

No comments:

Post a Comment