Saturday, July 23, 2016

HIJAB DENGAN MU

“Sebenarnya, Allah Swt tertirai darimu semata-mata kerana sangat Maha DekatNya padamu.” Dalam syarahnya terhadap Al-Hikam, Syeikh Zarruq menegaskan, bahwa dekatnya Allah Swt itu tidak difahami sebagai dekatnya suatu benda dengan benda lain, atau dekatnya jarak, atau dekatnya sesuatu yg dikaitkan dgn yg lain. Kerana dekat semacam itu mustahil bagi Allah Swt.

Yang dimaksud dengan dekatNya adalah kedekatan meliputiNya melalui sifat Ilmu, Qudrat dan IradatNya, selayaknya keMahaBesaran & keMahaIndahanNya. Dan sudah nyata bahwa Qudrat dan IradatNya meliputi wujudnya hamba dan IlmuNya meliputi seluruh waktu dan gerak gerik hambaNya. Yang menggerakkan aktiviti dan mewujudkan makhluk adalah Dia, kerana itu Dialah yang Maha Dekat kepada makhluk dibanding adanya makhluk itu sendiri. 

Sedangkan hijab (tirai) bagi makhluk muncul kerana wujud makhluk atau kerana makhluk itu diwujudkan. Ketika semakin kuat eksistensi wujud makhluk dan semakin luas ekspresi aktivitinya, maka semakin kuat pula hijab mereka, disebabkan kesibukan mereka tersebut. Itulah realiti manifestasi kedekatan yang meliputi. Sedangkan kuatnya sifat Dekat membuat makhluk terhijab dari dekat dan yg mendekat. Dalam al-Qur’an disebutkan, “Dan Kami lebih dekat padanya dibanding kalian, ttpi kalian tidak melihatnya.” (Al-Waqi’ah 85)

Maka Syeikh Abul Abbas Al-Mursy bermunajat: “Wahai Yang Maha Dekat, Engkaulah Yang Dekat, sedangkan akulah yg jauh. KedekatanMu padaku membuat aku putus asa pada selain DiriMu, sedangkan jauhku padaMu, mengembalikan aku utk terus mencari anugerah dariMu. Maka limpahkanlah anugerahMu padaku sehingga hasratku terhapus oleh kehendakMu, Wahai Yang Maha Kuat dan Maha Mulia.”

Ibnu Atha'illah As-Sakandary melanjutkan: “Allah Swt tertutup kerana dahsyatnya kejelasanNya, dan Dia tersembunyi dari pandangan mata kerana Agungnya CahayaNya.”

Kejelasan Allah Swt nampak dlm tindakanNya, itulah yg membuat para makhluk tertutup melihatNya langsung. Kejelasan itu disbbkan pancaran Nur SifatNya yg nampak pada seluruh semesta makhluk, yg di dunia ini hanya dilihat secara maknawi (spiritual). Kadar ruhani maknawi seseorang sgt erat kaitannya dgn aktivasi penglihatannya di akhirat kelak, menurut Sunnatullah Swt.  Sangat kuatnya wujud kejelasanNya, membuat terhalangnya utk memandangNya. Sebagaimana mata kelawar ketika tersorot oleh cahaya matahari, semakin dekat cahaya itu semakin buta matanya “Dan bagi Allah adalah contoh yg luhur“.

Inilah para Sufi menegaskan, “Orang yang memandang (dalam bertauhid) seperti orang yang memandang matahari, ketika pandangannya semakin bertambah kuat ia semakin buta.” Maka Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq ra, mengatakan, “Maha Suci Dzat yang tidak menjadikan jalan bagi makhluk untuk mengenalNya, kecuali jalan itu adalah ketakberdayaan untuk mengenalNya.” (Syeikh Ibnu Atha'illah As Sakandary).

No comments:

Post a Comment