Malam ini, Salik dan Matin kembali duduk-duduk di bawah Pohon Trembesi Sor Baujan. Mereka sedang mengenang peristiwa Isra Mi’raj yang pernah dilakukan Rasulullah SAW 14 abad yang silam.
Salik (S): Apa hikmah isra mi’raj bagi umat Islam?
Matin (M): Salah satunya menjalankan shalat lima waktu.
S: Ah, itu jawaban standard. Sudah biasa saya dengar. Saya mau jawaban lebih dari itu!
M: Maksudmu? Mau dengar cerita tentang peristiwanya?
S: Bukan. Karena, ustaz-ustaz di kampung pun sudah biasa cerita macam itu.
M: Lalu, hikmah seperti apa?
S: Begini, Mas Bro. Allah memerintahkan shalat, maka Nabi pun menjalankannya. Allah memerintahkan puasa, maka Nabi pun mengamalkannya. Allah memerintahkan zakat, maka Nabi pun melaksanakan dan mencontohkannya. Allah memerintahkan kita berhaji, maka Nabi pun menunaikannya. Berarti semua perintah, pengamalan, contoh dan teladan yang pernah dijalankan Rasulullah bisa kita tiru. Kita sebagai umat Muhammad pasti bisa mengecap beberapa pengalaman yang pernah dirasakan Nabi.
M: Betul. Lalu, apa masalahmu?
S: Bukankah berarti, ketika Allah mem-perjalankan Nabi (isra) dan mengangkat Nabi (mi’raj) hingga ke Sidratul Muntaha, maka sebenarnya setiap hamba pun bisa mendapatkan kesempatan seperti itu?
M: TEPAT!!!! Kamu tambah cerdas sekarang!
S: Lalu, bagaimana caranya?
M: Shalat!
S: Shalat yang bagaimana?
M: Shalat wajib atau shalat sunah.
S: Bagaimana caranya?
M: Shalat khusyuk, baik ketika sedang melaksanakan shalat ataupun di luar shalat. Shalat kita harus mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
S: Bagaimana shalat khusyuk?
M: Shalat seperti mi’raj Rasulullah ke Sidratul-Muntaha. Rasulullah bisa Isra dan Mi’raj, menembus ke langit tujuh, ke Sidratul Muntaha, tapi beliau tetap harus turun lagi, mengamalkan, mengajarkan, mencontohkan, mengabdi, menjadi manusia biasa..
S: Ya, bagaimana caranya?
M: Shalat itu adalah media untuk mi’raj bagi Kaum Mukmin. Jadi, minimal setiap shalat kita bisa mi’raj. Sebelum mi’raj, kita harus melakukan pembersihan jiwa. Kita harus “isra” dulu, dengan cara membersihkan diri lahir batin. Secara batin, kalbu kita harus bersih dari iri, dengki, dendam, riya, sombong, rakus dan tamak. Bersihkan kalbu kita dari penyakit, racun dan virus semacam ini. Ini persis seperti saat Malaikat Jibril membersihkan tubuh Rasulullah dengan air zam-zam. Penyimbolan ini ada pada konsep wudhu yang kita jalankan sebelum shalat. Ketika berwudhu, sebenarnya kita diajak untuk melakukan pembersihan batin dan lahir sekaligus.
S: OHHHH. Terus bagaimana?
M: Shalat dimulai dengan kesiapan kesucian jiwa dan raga. Setelah itu, kita niat shalat dan memfokuskan diri kepada Zat Yang Mahabesar dengan takbiraul ihram. “Allahu Akbar!” Maknanya, segala sesuatu selain Allah adalah kecil, tak penting, hina, ciptaan, dan hal baru. Kita harus fokus padakeagungan-Nya.
S: Lalu, mi’rajnya kapan? Mengapa harus shalat berulang-ulang setiap hari?
M: Ya harus berulang-ulang untuk Mi’raj. Nabi juga berulang-ulang shalat. Apalagi kemampuan kita tidak seperti Nabi. Dalam shalat ini kita tak ubahnya seperti mi’raj. Pahami bacaan Al-Fatihah secara baik. Hayati maknanya. Rasakan getar jiwamu sedang menghadap Allah saat shalat. Fokus, terarah, gunakan cipta rasamu sebagai seorang hamba yang sedang menghadap Sang Mahaagung, Raja Segala raja, Allah yang Maha Pencipta. Engkau sedang menyembah Allah, seolah-olah melihat-Nya. Jika engkau tak mampu melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah pasti melihatmu. Allah pasti mendengar setiap detak suara batinmu selirih apa pun.
S: Hmmmm
M: Rasakan getarannya. Jadikan bacaan shalatmu sebagai arah untuk menuntun batinmu menuju Allah. Semua gerakan shalat akan memudahkanmu menuju ke sana. Hayati setiap hembusan nafasmu. Tubuhmu mungkin masih menyentuh tanah, tapi bisa jadi ruhmu telah menembus dimensi berbeda. Rasakan terus dengan penghayatan. Tumakninah sebenarnya cara yang memudahkanmu untuk khusyuk...Hayati kehadiran Allah dalam jiwamu.
S: Hmmmm
M: Bila masih kurang lagi setelah shalat, tambah dengan zikir. Tembus alam-alam ruhani dengan memperbanyak zikir. Lakukan secara rutin dan istiqamah. Lalu, ingat shalatmu harus berpengaruh pada kehidupanmu di luar shalat. Sebab, khusyuk dan tidak khusyukmu juga tergantung pada saat dirimu di luar shalat. Bukankah ini seperti mi’raj yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah?!
S: Rasanya bagaimana?
M: Masing-masing, orang yang pernah merasakan shalat khusyuk atau melakukan zikir-zikir tertentu pasti akan memiliki pengalaman-pengalaman ruhani yang berbeda-beda. Untungnya, Allah menurunkan Nabi sehingga kita punya garis panduan. Peristiwa isra mi’raj sebenarnya merupakan contoh dan bentuk perjalanan ruhani yang sedang diperlihatkan Allah kepada umat Muhammad. Saya yakin, perintah shalat adalah buah dari isra dan mi’raj Rasulullah, yang merupakan simbol, teladan, dan tata cara bagaimana menghadap Allah.
M: Bagaimana?
M: Hello?
M: Kemana? Koq kabur?
M: Wah sudah mi’raj nih? Tadi ada disini, koq nggak ada suara, nggak ada rupa?
M: Salik, kemana lo?
No comments:
Post a Comment