Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Mahabbah wa al-Syawq wa al-Uns wa al-Ridha, menuturkan bahwa Harm Ibn Hayyan mengatakan, “Ketika seorang Mukmin mengenal Rabb-nya, pasti ia akan mencintai-Nya. Ketika sudah mencintai-Nya, dia pasti akan datang menghadap kepada-Nya. Ketika merasakan manisnya menghadap kepada-Nya, dia pasti tidak akan memandang dunia dengan nafsu dan memandang akhirat dengan berbunga-bunga. Sungguh, hidup di dunia sangat melalahkan, tetapi di akhirat begitu menyenangkan.”
Abdullah bin Muhammad bertutur, “Aku pernah mendengar seorang wanita ahli ibadah berkata dalam isak tangis dan air mata bercucuran di pipinya, “Demi Allah, aku sudah bosan hidup. Andai maut diperjual-belikan, pasti sudah aku beli, demi cinta dan kerinduanku bertemu dengan-Nya.” Lalu, aku bertanya, “Mengapa engkau begitu percaya dengan amalmu?” Maka kemudia dia menjawab, “Tidak. Sungguh aku hanya mencintai-Nya dan berbaik sangka kepada-Nya. Aku biarkan Dia menyiksaku, yang penting aku mencintai-Nya.”
Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Dawud a.s., “Jika saja orang yang merenungkan Aku itu tahu, betapa Aku menunggu kedatangan mereka, betapa Aku selalu menemani mereka, dan betapa Aku rindu untuk menyingkirkan kemaksiatan dari mereka, maka pastilah mereka akan mati karena rindu bertemu Aku. Tulang belulang mereka pasti terpotong-potong karena kecintaan mereka kepada-Ku. Wahai Dawud, inilah kehendak-Ku kepada orang-orang yang merenungkan Aku. Bayangkan, bagaimana kehendak-Ku kepada orang-orang yang merenungkan Aku? Wahai Dawud, sesuatu yang paling Aku sayangi pada hamba-Ku adalah ketika ia merenungkan Aku. Dan, sesuatu yang paling besar bagiku adalah ketika ia kembali kepada-Ku.” (Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Mahabbah wa al-Syawq wa al-Uns wa al-Ridha, Ihya Ulumuddin).
No comments:
Post a Comment