Allah SWT berfirman, "Wahai manusia! Telah datang kepada kalian nasihat dan obat pelipur lara dari Tuhan kalian.(QS Yunus:57). Mengapa kalian hanya berbuat baik terhadap orang yang berbuat baik pada kalian? Kalian hanya menyambung tali silaturahmi dengan orang yang bersilaturahmi dengan kalian.Kalian hanya bicara dengan orang yang mengajak kalian bicara. Kalian hanya memberi makan pada orang yang memberi makan pada kalian, dan hanya menghormati orang yang menghormati kalian. Tidak ada seorang pun yang lebih mulia daripada yang lain. Yang disebut orang mukmin hanyalah yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka berbuat baik pada orang yang berbuat jahat kepadanya, menyambung tali silaturahmi dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya, memaafkan orang yang tidak memberi maaf, menunaikan amanah terhadap orang yang mendurhakainya, mengajak bicara orang yang meninggalkannya, dan menghormati orang yang merendahkannya.Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui atas kalian semua”. (Dikutip dari kitab Al-Mawaizh fi Al-Ahadis Al-Qudsiyyah, karya Imam Al-Ghazali).
Abu Bakar Al-Kattani menuturkan. “Suatu ketika, kala musim haji, pernah diselenggarakan dialog yang mengupas masalah cinta di Mekah. Banyak orang-orangtua yang angkat bicara pada forum itu. Sementara Junaid Al-Baghdadi adalah orang yang paling muda di antara mereka. Mereka berkata kepadanya, ‘Sampaikan pendapatmu, wahai penduduk Irak!’
Maka Al-Junaid, anak muda itu menundukkan mukanya dan air mata menetes dari kedua matanya seraya berkata, "Orang yang jatuh cinta adalah hamba yang mengabaikan dirinya, selalu menyebut Rabb-nya, melaksanakan hak-hak-Nya, memandang-Nya dengan hati, membakar hati dengan cahaya kehendak-Nya, minumannya berasal dari bejana cinta-Nya, jika bicara dengan menyertakan Allah, jika berucap dari Allah, jika bergerak menurut perintah Allah, jika diam bersama Allah, dia dengan Allah, milik Allah dan bersama Allah.”
Mendengar itu, orang-orang tua pun ikut menangis. Mereka mengatakan, "Ini keterangan yang tidak membutuhkan tambahan lagi. Semoga Allah memberikan keperkasaan kepadamu wahai pemimpin orang-orang yang berilmu.” Inilah cinta sejati yang sejatinya mesti dimiliki dan ditumbuh-kembangkan dalam kalbu setiap Muslim. Cinta kepada Allah, menurut kaum sufi, akan mengantarkan ruh kepada kasih sayang, ridha dan ketentraman.
Ammar bin Yasir mengatakan: "Ya Allah, andaikan aku tahu Engkau lebih meridhai diriku terjun dari ketinggian gunung ini, niscaya aku melakukannya. Andai pula aku tahu Engkau lebih meridhai aku menenggelamkan diri ke dalam air, tentu akan aku lakukan juga. Tiada kukatakan ini, kecuali begitu kuatnya cintaku kepada Zat-Mu yang Mulia dan Indah."
Mencintai Allah merupakan kesempurnaan cinta dan merupakan tuntutan cinta. Allah mempunyai hak untuk dicintai, yang tidak boleh ada sekutu selain-Nya dalam cinta itu. Kezaliman yang paling zalim adalah meletakkan cinta itu bukan pada tempatnya dan ada persekutuan antara Allah dengan selain Allah di dalamnya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan: "Orang yang mencintai itu akan terus memperbanyak amalan sunah, sampai ia menjadi orang yang dicintai oleh Allah. Maka, kecintaannya terhadap Allah mengharuskan dirinya untuk mencintai yang lain, juga karena Allah. Kecintaannya ini menyibukkan hatinya untuk selalu berpikir dan berzikir kepada Allah serta melupakan segala kepentingan selain kepada yang ia cintai. Dan ia akan serahkan segenap jiwanya kepada Allah, tidak tertinggal sedikit pun dalam hatinya untuk yang lain selain Allah Swt. Dan ia telah memiliki seluruh hatinya, yang pada akhirnya akan menguasai jiwa dan ruhnya untuk sepenuhnya mencintai Allah.” (Al-Jawab Al-Kafi liman Sa’ala ‘an Ad-Dawa’ Asy-Syafi: aw Ad-Da’wa Ad Da’wa).
No comments:
Post a Comment