WALI-WALI ALLAH
Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad berkata, yang artinya: Dalam setiap zaman selalu ada wali-wali dari kaum Alawiyin, ada yang dzahir (dikenal) dan ada yang khamil (tidak dikenal). Yang dikenal tidak perlu banyak, cukup hanya seorang saja dari mereka, sedangkan yang lainnya biarlah tidak dikenal. Dari satu keluarga dan dari satu negeri tidak perlu ada dua atau tiga orang wali yang dikenal. Soal al-Sitru (menutup diri) berdasarkan dua hal: Pertama, seorang wali menutup dirinya sendiri hingga ia sendiri tidak tahu bahwa dirinya adalah wali. Kedua, wali yang menutup dirinya dari orang lain, yakni hanya dirinya sendiri yang mengetahui bahwa dirinya wali, tetapi ia menutup (merahasiakan) hal itu kepada orang lain. Orang lain tidak mengetahui sama sekali bahwa ia adalah wali.
BERSERAH BAGAIKAN BUDAK (HAMBA)
Berserah Diri Kepada Allah Bagaikan Budak (kisah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani): "Seorang lelaki membeli budak. Budak itu berakhlak baik dan beragama kuat. Lelaki itu bertanya kepada budak yang dibelinya: 'Hai budakku, kamu ingin makanan apa?' Budak itu menjawab, 'Makanan apa saja yang Tuan berikan kepadaku.’ 'Kamu ingin pakaian apa?’ 'Pakaian apa saja yang Tuan berikan kepadaku.’ 'Kamu ingin duduk di mana dalam rumahku.’ 'Di mana saja Tuan tempatkan aku.’ 'Kamu ingin kerja apa?’ 'Apa saja yang Tuan perintahkan.’ Sang majikan menangis dan berkata, 'Betapa beruntungnya aku seandainya aku dengan Tuhanku seperti kamu denganku.’ Si budak berujar, 'Tuanku, apakah hamba pantas punya keinginan atau pilihan di hadapan Tuannya?’ Sang majikan pun berkata, 'Kamu merdeka atas nama Allah!’" Wallahu a’lam. Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa Shobihi wasalim.
SEMUT YANG DIBERI TUGAS MEMBAWAKAN RIZKI SI ULAT
Tatkala Rasulullah SAW menikah dan membawa istrinya ke rumah, beliau mengadakan suatu walimah yang di hadiri oleh beberapa sahabat. Dalam walimah itu sambil menikmati hidangan yang terbatas, para sahabat berbincang-bincang, sementara Rasulullah SAW sedang sholat.
Setelah selesai dari sholatnya, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, "Tentang apa yang kalian bicarakan?" Para sahabat pun menjawab, "Soal rizki Ya Rasulullah." Lalu, Rasulullah SAW menceritakan kepada para sahabatnya, suatu cerita yang di ceritakan Malaikat Jibril AS kepadnya, yaitu: Pada suatu ketika, Nabi Sulaiman AS sedang melaksanakan sholat di tepi laut, setelah selesai sholat, beliau melihat seekor semut melata yang menggigit di mulutnya selembar daun hijau. Di lihatnya semut itu berteriak, sewaktu sudah sampai di tepi air keluarlah seekor katak, kemudian membawanya menyelam ke dasar laut.
Setelah satu jam lewat, keluarlah si semut terapung di atas air, kemudian, dengan rasa penasaran, Nabi Sulaiman AS pun bertanya kepada semut kecil itu, "Apa yang kamu lakukan di dasar laut?" "Di bawah dasar laut terdapat sebuah batu besar yang di tengah-tengahnya hidup seekor ulat yang aku di perintahkan untuk memberikannya makan. Pada tiap hari aku membawa makanannya dua kali, di antar oleh Malaikat yang menjelma sebagai katak yang membawa aku ke dasar laut, kemudian setelah aku memberi makan ulat tersebut, di bawanya aku kembali ke permukaan laut. Dan tiap kali sehabis makan rizki yang kubawakan, si ulat bersyukur kepada Allah SWT dan berkata, "Maha Besar Allah yang telah menciptakan aku serta mentakdirkan aku hidup di dasar laut ini, tetapi tidaklah melupakan rizkiku." jawab si semut. Adakah Allah SWT akan melupakan umat Nabi Muhammad SAW dari pemberian rizki dan Rahmat Nya? Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment