(Masyeikh, Syuro Dunia. Markaz Nizammuddin, India. Tarjim Maulana Harun Al Rasyid. Musyawarah Indonesia Nizammuddin 2006).
Ass… wr. wb. Dlm setiap bayan ini yg Allah mau adalah bukan hanya mendengarkan ttpi juga dilakukan atau diamalkan. Kita dengarkan lalu kita amalkan, ini yg Allah mau. Di dlm Al Quran Allah menyindir bahwa mereka mengatakan, “Kami mendengarkan”, padahal mereka tidak mendengarkan. Ilmu itu tuntutannya adalah taat pada Allah. Oleh karena itulah hakekat mendarkan ini adalah bagaimana semua yg kita dengarkan ada dlm kehidupan kita. Yg kita dengar ini bukan utk pengetahuan, ttpi utk diamalkan. Apa yg didgrkan utk diamalkan. Sering kali kita lakukan, melewatkan kesempatan utk beramal, padahal kita tahu fadhilahnya besar. Jadi lewat begitu saja kesempatan utk beramal. Ataupun kita beramal ttpi kita tidak tahu fadhilahnya, ini sayang sekali. Contoh hari ini adalah hari Jumaat apa fadhilahnya. Mandi Jumat. Mandi jumat ini akan mengeluarkan dosa2 kita dari ujung rambut2 kita yg tumbuh, bahkan dari akar2nya rambut atau bulu2 kita akan keluar juga.
Padahal akar2 rambut ini tidak mengeluarkan dosa, namun kalaupun ada akan keluar juga dosa2 kita berguguran. Kita sudah lakukan ini semua, tetapi fadhilahnya kita tidak tahu. Amal yg dilakukan tanpa Fadhilah tidak akan ada Ihtisab. Ihtisab itu apa? yaitu harapan pada Allah. Kita melakukan suatu amalan, ttpi tidak memperhatikan fadhilahnya, maka ini hanya akan menjadi adat saja, kebiasaan saja. Jadi kita beramal karena suasana saja, kita terbawa oleh suasana saja, tanpa Ihtisab. Kita sedang solat, tiba2 ada non-muslim mengikuti kita ikut solat berjamaah. Kita tanya, “kenapa kamu ikut solat berjamaah?” dia jawab, “Saya ingin melakukan apa yg kamu lakukan.”
Begitu saja jawabannya, tanpa memahami maksudnya dan fadhilahnya. Ini namanya terbawa suasana. Jadi bukan spt ini yg diinginkan, beramal karena adat ataupun karena terbawa suasana. Yg kita inginkan adalah bagaimana org itu beramal bukan karena adat atau kebiaaan atapun karena terbawa suasana. Namun yg kita inginkan adalah merubah semua yg tadinya hanya adat atau kebiasaan menjadi Ibadah. Bagaimana merubah adat atau kebiasaan menjadi ibadah? yaitu dgn menghadirkan Ihtisab, Ikhlas dan Ihsan.
Ibadah harus dilakukan dgn sifat, apa sifatnya: Ihtisab, Ikhlas, dan Ihsan. Inilah sifat ibadah. Jadi dalam beribadah harus ada pengharapan, keikhlasan dan ihsan. Apa itu ihsan? bagaimana seseorg yg melaku kan amal ini didalamnya ada Allah. Setiap beramal merasa melihat Allah. Setiap beramal pandangan hanya kpd Allah Swt, ini nantinya akan mendtgkan khusyu. Ini akan mempercantik dpd amalan kita. Seorg mengatakan ingin bertemu dgn Allah. Maka utk dapat mencapai itu, dalam ibadahnya hendaknya dia jangan sekutukan sesuatu dengan Allah Swt. Apabila orang keliling dunia dia ingin mendapatkan Allah Swt. Ibadah dan Amal itu semua akan mendtgkan kedekatan dgn Allah Swt, selama itu ada ketawajjuhan kepada Allah Swt.
Dgn tawajjuh kpd Allah Swt dlm setiap ibadah maka ini semua akan menjadi Dzikir. Apabila dalam ibadah tidak ada tawajjuh kepada Allah Swt maka akan ada Goflah. Ibadah2nya menjadi Goflah tanpa ketawajjuhan, menjadi kebiasaan. Amal dilakukan seharusnya menjadi ibadah bukan menjadi kebiasaan. Maka perlu seblm kita melakukan amal, hadirkan fadhilahnya. Lalu kalau mau melakukan dosa maka fikirkan, bayangkan, siksanya di akherat nanti. Setiap mau melakukan maksiat fikirkan, “Bagaimana ini kalau maksiat kuat tidak menahan adzabnya nanti di akherat?” Begitu juga kalau mau melakukan kebaikan fikirkan pahalanya dan balasannya di akherat nanti. Inilah yg seharusnya kita lakukan yaitu membawa amal pada janji Allah Swt.
Wa’addal Wa’id: Janji Allah dan AncamanNya:
Kebanyakan dari kita beramal tapi kosong dari fadhilah, sehingga lewat begitu saja. Beramal tapi seperti adat atau kebiasaan, tidak ada pengharapan. Begitu juga ketika melakukan maksiat, tidak ada sangkutan pada ancaman. Sehingga ketika melakukan maksiat santai saja, tidak menganggap bahwa itu akan mendatangkan ancaman besar di akherat. Oleh sebab itu bagaimana dalam setiap amalan ini kita hadirkan fadhilahnya. Kita jadikan setiap amalan ini menjadi dzikir. Apa itu dzikir ? yaitu tawajjuh kepada Allah dalam hati. Jika dalam setiap amalan ini ada ketawajuhan kepada Allah Swt dalam hati maka setiap amal ini akan menjadi dzikurullah. Kita berdzikir dengan lisan maksudnya apa? ini agar ada ketawajuhan dlm hati.
Begitu juga ketika kita mendengarkan bayan ini, ceramah ini, diperlukan ketawajuhan agar menjadi dzikir. Bagaimana ketika kita mendengar bayan ini menjadi dzikir. Telinga ini dzikirnya adalah dengan mendengar. Oleh karena itu ketika kita membaca Al Quran pahalanya lebih tinggi dengan melihat dibandiing hanya dengan mendengar karena matanya pun ikut berdzikir, bukan telinga saja. Jadi dzikir mata ini adalah dengan melihat. Ketika kita membaca Al Quran ini kita melihat langsung dan mendengar langsung, mata dan telinga ada ketawajjuhan, inilah dzikir mata dan telinga. Beda kalau hanya dengan mendengar bacaan qur’an saja. Ketika kita membaca Al Quran, mata kitapun tergunakan untuk berdzikir. Jadi Melihat itu dzikir Mata, mendengar itu dzikir telinga, dan membaca di dzahirkan secara lisan itu dzikir mulut kita.
Hanya dgn membaca Quran kita mendptkan 3 keutamaan dzikir dari mata, mulut, dan telinga. Bagaimana kita gunakan seluruh anggota tubuh kita ini utk berdzikir kpd Allah Swt, inilah yg dinamakan dgn Ahli Dzikir. Kita fikirkan bagaimana setiap anggota tubuh kita ini ada ketaatan pada Allah Swt, sehingga setiap gerak nya menjadi dzikir kpd Allah Swt. Maka ketika kita mendengarkan bayan saat ini kita jadikan zikir kpd Allah Swt yaitu dgn ketawajuhan. Apabila kita bisa dengarkan dgn tawajjuh maka nanti Allah akan berikan Hidayah. Kita mendengar skrg ini supaya kita dpt Hidayah. Mendengar utk dapat Hidayah. Allah Swt menjadikan hidayah bagi org yg mendgrkan Dgn penuh Tawajjuh.
“Alladzina yattabiuna qoula fattabiuna..” Maksudnya apa yaitu mendengarkan dgn penuh perhatian. Apa yg skrg kita dengarkan ini kita jadikan dzikurullah, dan apa yg kita dengarkan ini kita niatkan utk diamalkan. Tabligh itu bukan hanya sekedar utk disampaikan saja, tidak. Tabligh itu untuk apa? utk diamalkan. Tabligh itu bukan untuk belajar bayan atau takrir, tetapi untuk belajar amal. Org yg ahli takrir dan ahli bayan itu berarti ahli tabligh, bukan itu, ahli takrir dan ahli bayan itu seharusnya ahli amal. Ahli Tabligh itu adalah Ahli Amal. Takrir itu sama dengan Taklim yaitu kita mengajarkan amal pada umat. Mentaklimkan org dgn praktek, yaitu bagaimana taklim itu seharusnya dilakukan. Nabi Saw dan para sahabat ini mengajarkan dgn praktek, dgn amal.
Bagaimana kita melakukan taklim ? yaitu dengan amal. Mentaklimkan omongan itu dengan apa? dengan amal, dengan praktek. Oleh karena itulah Tabligh itu dilakukan semuanya dengan Amal bukan dengan pembicaraan. Seorang yang menyampaikan amalan maka itu dilakukan dgn amalan itu pula. Menularkan amalan itu kepada orang lain bukan dengan bicara, tetapi dengan amal. Jika kita amalkan maka org akan tertular. Maka dalam dakwah perlu kita tekankan pengamalan sehingga muncul keyakinan terhadap amal. Apabila kita terus berada dalam amalan-amalan, maka nanti akan Allah munculkan Hakikat dalam Hati, yaitu Keyakinan dalam Hati. Barang siapa yang bersungguh2 di jalan Allah Swt, maka nanti Allah Swt akan berikan dia hidayah.
Dengan sungguh2 dan amal yang lurus, baru Allah kasih Hidayah: “Walladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulana” Artinya : “Barangsiapa yang bersungguh2 dijalan Allah maka Allah akan berikan dia Hidayah.” Ini adalah janji Allah, untuk siapa ? untuk orang yang serius dalam dakwah dan bersungguh2 dalam dakwah. Kita ini bertabligh dgn amalan, sehingga hakikat atau keyakinan ini masuk dalam hati. Oleh karena itulah yang kita sampaikan pertama kali dalam setiap pembicaraan kita ini adalah tentang keimanan. Kalimat “La Illaha Illallah” ini yang kita dakwahkan. Tanpa Iman Amal tidak mungkin istiqomah, Amal tidak akan mendapatkan pahala dan Amal tidak akan diterima. Apa yg dijanjikan Allah Swt tidak akan disempurnakan. Janji2 Allah akan Allah sempurna kan, pahala2 besar akan Allah kasih, amal2 akan mendatangkan Qobuliat, amal akan istiqomah, syaratnya adalah Iman. Makin baik Iman kita, makin banyak Ihtisab. Makin banyak Ihtisab, maka makin banyak pahala.
Org yg tidak ada ihtisab dlm amal maka dia tidak akan mendptkan apa-apa. Amal tidak akan mendptkan pahala tanpa ihtisab, karena dlm amal ini tidak ada pengharapan kpd Allah Swt. Amal yg tidak berpahala ini adalah amal yang tidak disertai dengan pengharapan kepada Allah Swt atas janji-janji Allah Swt. Sejauh mana keimanan ini bisa mendtgkan keikhlasan, tanpa iman tidak akan dpt ikhlas. Org tidak beramal ini karena lemahnya iman, ttpi org yg masuk dlm amalan ini karena adanya Iman. Iman ini hasilnya adalah keistiqamahan, karena pandangannya tertuju kpd yg paling tinggi, paling atas, yaitu Allah Swt. Org yg beramal sedikit ini pandangannya bukan kepada Allah Swt. Orang Riya pada amalnya ini amalnya akan sedikit sbb pandangannya bukan kpd Allah Swt. “Ya hayyuannas wala inkullu namma humilat kholila”. Org Riya ini dzikirnya tidak kpd Allah sehingga amalnya akan sedikit2. Ini karena pandangannya tertuju bukan pada Allah, sehingga amal yg dilakukannya untuk selain Allah Swt. Semakin lemah iman, semakin kecil kemungkinan hakikat masuk dlm hati.
Krn lemahnya Iman, maka amalan ini akan kemasukan Riya. Krn lemahnya iman maka ya dilihat bukan Allah. Bagaimana Iman bertambah maka Khidmat akan bertambah, kalau tidak maka akan kemasukan Riya. Dalam Hadits: “Riya yg paling rendah itu adalah Syirik”. Nama nya syirik itu dosa dan Allah tidak mengampuni dosa syirik. Syirik itu membawa kita kpd Jahannam, sedangkan Iman ini membawa kita ke surga. Amal yg ada syiriknya akan membawa seseorg kedlm neraka. Semua bentuk kesyirikan akan menjatuhkan dia ke dlm neraka. Oleh krn itulah kita perhati kan kelurusan amal kita. Ada yg namanya syirik yaitu menyembah berhala. Ini jenis syirik yg semua org tahu yaitu syirik berhala. Jenis syirik ini semua org bisa tahu bagaimana dia beribadah dan menyembah selain Allah. Syirik berhala ini kita dpt melihatnya wujud penyembahannya yaitu kpd patung atau sejenisnya.
Anak kecilpun bisa mengetahui hal ini, bahwa yang disembah bukan Allah, yang disembah ini selain Allah. Semua orang islam bisa tahu bahwa ini mempersekutukan Allah dengan yang lain. Namun ada jenis syirik lain yang namanya syirik Amali atau syirik amalan. Syirik amalan ini berawal dari riya, dan syirik amalan ini ada dlm kehidupan orang islam. Apa sebabnya seseorang berimal? disinilah letak perbedaannya apakah dia tawajjuh kpd Allah atau beramal utk selain Allah. Kalau dia beramal utk selain Allah inilah yg namanya syirik amalan, itulah Riya. Caranya bagaiamana menjaga amalan ini? Kita beramal dgn niat hanya kpd Allah, dan kita berharap Allah terima amal kita. Orang yang beramal tanpa niat tidak ada amalan. “La amala li malladzi mayahsya” : “Tidak ada amalan bagi yang tidak niat”
Macam2 Syirik:
Dengan Iman kita luruskan niat kita. Nabi Saw katakan syirik itu ada 2. Syirik Berhala : (Beribadah kepada selain Allah Swt) dan Syirik Amal (Beribadah untuk selain Allah Swt). Apa maksudnya beribadah untuk selain Allah ? ini jasadnya seakan2 beribadah kepada Allah tapi hatinya kepada selain Allah. Akhirnya amalnya itu tujuannya utk mendapatkan ridho selain Allah. Inilah tanda Riya, org beramal ttpi ingin di puji. Seharusnya dlm beramal ini yg kita cari adalah pujian dari Allah. Padahal ketika kita beramal, ini bantuan dari Allah, tanpa pertolonganNya tidak mungkin bisa kita beramal. Org ketika beramal itu memuji Allah, dan setelah selesai beramal juga memuji Allah, sebab dia bisa beramal karena karunia dari Allah. Sedangkan orang riya, dia beramal ingin dipuji selain Allah. Beramal untuk mahluk, dengan keinginan mendapatkan pujian dari mahluk. Amal ini akan mendatangkan pahala jika ada Iman. Tanpa Iman tidak akan ada Ihtisab, pengharapan kepada Allah, yang ada adalah Goflah. Qobuliat Amal ini jika karena ada Iman. Amal itu dikabulkan karena ada ikhlas. Ikhlas ini juga didptkan dgn Iman. Jika ada Iman maka akan ada keistiqomahan. “Innalladzina Robbunnallah Sumastaqomu…”
Ini kehormatan ayat ini Allah berikan kpd siapa? kpd org yg yakin pada Allah Swt. Org yg meyakini semua perkataan Allah Swt ini adalah benar. Org yg dlm setiap keadaan selalu mendahulukan Allah. Org ya meyakini bahwa segala sesuatu ini milik Allah, dan kerja Allah Swt. Semua yg terjadi ini ada dlm genggaman dan kekuasaan Allah Swt. Umumnya ketika melihat kekuasaan maka org2 akan melihat bahwa ini adalah perintah dari pemerintah. Namun org yg yakinnya pada Allah ketika melihat kekuasaan maka dia akan segera tawajjuh kan dirinya kepada Allah, bahwa semua kekuasaan ini adalah milik Allah. Ketika orang pada umumnya mendapatkan perintah dari pemerintah, maka dia akan merasa terpaksa mengerjakannya. Org pada umumnya melihat keadaan, ahwal, bukan melihat perintah, ini keliru namanya. Sehingga orang tersebut ketika mengerjakan perinta, maka dia kerjakan dengan terpaksa, karena apa? karena keadaan. Ini karena keyakinannya yang kurang kepada Allah Swt, sehingga dalam beramal ini yang dilihat ahwal, keadaannya, bukan perintah Allah dalam keadaan itu apa.
Akibatnya kebanyakan Org pada umumnya akan ikut pada pemerintah dalam beragama. Inilah yang kebanyakan terjadi hari ini. Padahal seharusnya pemerintah ikut pada agama bukan agama mengikuti pemerintah. Jadi orang akan bisa istiqomah sesuai dgn kekuatan Imannya. Istiqomah ini hanya bisa dilakukan dgn keyakinan. Jika ada keyakinan maka keistiqomahan akan dtg. Mengapa demikian? org yg imannya kuat maka pengharapan nya pada Allah akan besar, dan sangkaannya akan kuat terhadap Allah Swt. Ia akan berprasangka yg kuat bahwa Allah akan memenuhi janjiNya. Org berani meninggalkan perintah Allah karena dia tidak meyakini dalam perintah Allah ini ada kejayaan. Padahal Allah swt ini memberi sesuai dengan prasangkaan hambaNya. Org yg mempunyai Iman maka dia akan berprasangka yg kuat terhadap Allah, sedangkan yg lemah iman tidak akan mempunyai prasangka yg kuat terhadap Allah Swt.
Kisah Abu Darda RA:
Suatu ketika terjadi kebakaran di sekeliling rumahnya Abu Darda RA. Ketika itu Abu Darda RA diberitahu bahwa rumahnya terbakar. Abu Darda katakan, “Tidak mungkin rumah saya terbakar, saya tidak percaya kalau rumah saya kebakaran.” Kemudian dtg lagi org memberitahu, “Wahai Abu Darda rumah kamu terbakar.” Abu Darda RA kembali katakan, “Saya tidak percaya rumah saya terbakar, tidak mungkin rumah saya terbakar.” Tiga org dtg menyampaikan kpd Abu Darda bahwa rumahnya terbakar ttpi semuanya dinafi kan oleh Abu Darda RA. Org2 bertanya kpd Abu Darda RA, “kenapa kamu tidak percaya rumah kamu terbakar.” Ini dikarenakan Abu Darda RA lebih meyakini khabar dari Allah Swt dibanding pandangan makhluk. Inilah ujian keimanan ketika Allah mempertemukan khobar dan pandangan dari mahluk, kemana kita lebih condong.
Khobar dari Allah sedangkan pandangan dari Mahluk, yg nampak oleh Mahluk. Mengapa Abu Darda RA begitu yakin rumahnya tidak akan terbakar? ini dikarenakan Abu Darda RA mendptkan amalan yg diberikan oleh Rasullullah saw, yg jika dibaca dipagi hari akan terselamatkan dari segala musibah hingga sore hari, dan jika dibaca disore hari akan terlindungi dari segala musibah hingga pagi hari. Inilah Khobar yg diyakini oleh Abu Darda ra. Begitulah keyakinan Abu Darda dan prasangkanya yg kuat atas khobar dari Allah melalui rasulNya. Abu Darda lebih kuat prasangkanya terhadap Allah dibanding pandangan Mahluk terhadap rumahnya dan ternyata mmg rumahnya Abu Darda RA tidak terbakar sedikitpun. (Dibacakan Doa Abu Darda oleh Maulana Saad)
Hari ini kita baca doa, tetapi keyakinannya tidak ada sama sekali, kalaupun ada tapi keyakinannya pada Asbab. Doa pada Allah tetapi asbab yang diyakini. Padahal kita membaca doa ini untuk mendapatkan Qobuliat, terutama doa-doa masnunat dalam setiap amal. Celakanya hari doa saja kita tidak mau membacanya, tidak mau belajar. Padahal tidak ada yang lebih diyakini daripada doa-doa masnunat ini, yaitu doa yang memiliki qobuliat jika kita meyakini. Kita belajar doa-doa yang diajarkan oleh Nabi Saw. Tidak ada satu orangpun yang mengajarkan doa sebanyak ini melebihi Nabi Saw. Nabi-nabi lain tidak ada yang mengajarkan Doa sebanyak Nabi Saw.
Dulu waktu kita keluar di awal dakwah, kita rajin sekalai mempelajari dan menghafal doa-doa masnunah. Bagaimana dengan sekarang? sudah lupa semua belajar doa. Keluar dijalan Allah lagi dan lagi, tetapi perkara ini sudah di tinggalkan, pinginnya di anggap sebagai org lama, sebagai penanggung jawab. Abu Darda RA pagi2 sudah baca doanya, org datang bilang rumahnya terbakar apa kata Abu Darda RA, “Aku tidak percaya, tidak mungkin rasullullah Saw mengajarkan aku doa untuk terhindar dari musibah, namun rumahku tetap terbakar, ini perkara yg tidak mungkin”. Allah akan penuhi janji pada seseorang apabila org ini yakinnya sempurna. Prasangka kita terhadap Allah ini bisa mendatangkan kekuatan yang besar, apa itu? mendatangkan Qudratullah dalam diri kita.
Orang yang sangkaannya kuat terhadap Allah berarti dia ada Maaiyatullah, kebersamaan dengan Allah. Abu Darda RA, setelah padam apinya org dtg kpd Abu Darda RA, “Wahai Abu Darda tadi ada kebakaran disekitar rumahmu, namun hampir saja api mengenai rumahmu, namun tidak jadi terbakar.” Apakah ini hanya kebetulan ? bukan kebetulan, tetapi dengan amalan dan doa tadi yg dikasih Nabi Saw. Apabila dalam setiap amal kita yakini janji Allah Swt, maka Allah penuhi janjinya. Amal ini akan sempurna apabila ada yakin pada janji Allah, tidak dgn ragu2. Lihat org2 munafik , mereka ini ciri2nya beramal lihat keadaan, lihat ahwal. Org beriman ini ketika beramal yg dilihatnya adalah apa perintah Allah pada saat itu.
Perang Khanddaq (parit):
Allah Swt berjanji melalui lisan Nabi Saw. Apa janjinya? Allah katakan melalui Nabi Saw bahwa Kalian, para sahabat RA, akan menaklukan istana2 Kaisar dan Kisra. Ini sudah berjalan dan sudah terjadi. Apa kata org munafik ketika itu, “lihat itu dengarkan perkataannya Muhammad dgn pengikutnya. Dlm keadaan kelaparan membuat parit, mengatakan akan mengalahkan kaisar dan kisra.” Semua org mendengar janji Allah Swt itu. Namun apa kata org Munafiqin ketika itu bahwa Allah Swt tidak menjadikan semua ini, kecuali tipuan. Org2 Munafiq mengatakan, “Ini semua palsu saja, mengapa kalian susah2 membuat parit jika semua itu pasti menang, bahwa kaum muslimin akan menaklukkan kisra dan kaisar.” Allah berfirman: “Org2 beriman ini meyakini janji Allah dan RasulNya, dan setiap ada tambahan janji maka bertambah keimanan mereka. Namun org Munafiqin ini ragu dgn janji Allah.” Ini Allah swt menyampaikan janji melalui lisan Rasullullah Saw. Ini adalah ujian untuk orang beriman juga. Ujian Iman bagi org beriman. Secara zahirnya janji Allah ini spt tidak sesuai dgn yg terlihat.
Isra Mi’raj Nabi Saw:
Dalam Mi’raj Nabi Saw, ini juga ujian untuk melihat siapa yang percaya dengan Nabi Saw dan siapa yang tidak percaya pada Nabi Saw. Ini perjalanan bumi saja dibutuhkan waktu sebulan ke masjidil Aqsa ketika itu tidak ada pesawat terbang, sedangkan perjalanan kelangit? ini tidak terjangkau, tidak ada batasnya, tidak akan bisa ditempuh oleh manusia. Namun perjalanan bumi yang satu bulan dan langit yang tidak ada batasnya, ini semua dilakukan dalam semalam saja oleh Nabi Saw. Paginya Abu Jahal berkata dgn nada mengejek, “Ada apa ini, ada apa ? hai muhammad ada berita baru apa lagi sekarang?” Nabi Saw berkata kpd Abu Jahal, “Semalam aku dibawa ke Baitul Maqdis, kemudian saya dibawa kelangit, paginya saya sudah sampai disini lagi.” Begitu org munafiqin mendengar mereka ketawa2 saja diolok2, sbb kenapa mereka tidak ada keyakinan. Kaum kafirin ketika mendgr itu langsung mengolok2 nabi dan menganggap sebagai berita bohong dan palsu. Mereka yg yakinnya lemah ketika mendgr mereka juga ragu2. Sedangkan yang tidak ada keyakinan mendustakan berita dari Nabi Saw.
Jadi berita isra’ miraj Nabi Saw yg sangat luar biasa tersebut dan tidak bisa dijangkau oleh akal manusia, membuat org yg imannya lemah jadi murtad. Mereka yg Imannya lemah ini menjadi murtad karena mereka mengukur pembicaraan Nabi Saw ini dari akalnya bukan dari yakinnya atau hatinya. Jadi ciri-ciri org yg lemah iman atau yang yakinnya lemah ini adalah mengukur pembicaraan Nabi Saw ini dgn akalnya bukan dan yakinnya. Sedangkan Akal manusia ini lemah, dangkal, sangat kecil kemampuannya. Akal Manusia biasa dibanding dgn akal Nabi Saw ini sangat jauh sekali perbedaannya. Ini dikarenakan Akal Nabi Saw ini sempurna, melebihi kemampuan akal manusia. Karena itulah ukuran standard janji Allah ini bukanlah akal manusia. Akal manusia ini terlalu dangkal untuk dpt menerimanya, tidak akan sanggup.
Jadi akal manusia ini bukanlah suatu standard untuk menilai syariat dan hakikat. Jika akal ini digunakan sebagai standard maka org macam ini akan merubah2 ketentuan agama. Org macam ini akan meletakkan agama bedasar kan akal pikirannya saja. Hari ini perusakan2 agama di seluruh dunia terjadi disebabkan oleh akal2 manusia, mereka berkata, “Apa ini ajaran? tidak masuk akal….. ini semua sudah beda jamannya, tidak logis lagi.” Ini perkataan mereka yang menjadikan akal sebagai ukuran beragama. Padahal akal manusia ini dibanding dgn kemampuan akal Nabi Saw ini tidaklah sebanding. Akal manusia ini terlalu kecil kemampuannya dibanding akal Nabi Saw. Firman Allah Swt : “Dgn nikmat dari Allah Swt engkau ini (muhammad) bukanlah seorg yg gila….” (mahfum)
Ulama mengatakan bahwa Allah membagi akal ini dari 100 bagian. Dari 100 ini maka 1 bagian Allah bagikan ke seluruh mahluk, dari ulama, fuqaha, ilmuwan, dokter, ada akal, sampai ke seluruh manusia dari jaman nabi Adam AS sampai manusia yg terlahir terakhir kali menjelang kiamat. Dari sini kira2 setiap org ini dpt berapa persen dari 1 akal yg Allah bagikan ke seluruh manusia. Jadi kecil sekali kemampuan dpd akal manusia ini. Sedangkan 99 bagian lain Allah Swt berikan sendiri kpd Rasullullah Saw. Jika keadaannya spt ini apakah sebanding kemampuan akal manusia dibanding dgn akalnya Rasullullah? tidak mungkin sebanding. Buktinya apa? ya syariat itu sempurna. Syariat yg dibawa Nabi Saw ini sempurna. Kesempurnaan syariat yg dibawa Nabi Saw adalah sbg bukti kesempurnaan akal Nabi Saw. Sehingga syariat Nabi Saw menghapus syariat yg lain termasuk yg dibawa oleh Nabi2 terdahulu. Pada waktu Mi’raj pun Nabi Saw menjadi imam solat dari seluruh Anbiya. Semua nabi2 mengikut Rasullullah Saw. Syariat yg lalu dan yg akan dtg hanya mengikuti syariat yg Nabi Saw.
Jadi standard agama ini ukurannya bukan akal manusia. Contoh: menurut akal manusia zakat itu mengurangi harta, dan riba itu menambah harta. Padahal menurut agama dgn zakat harta bertambah, dan dengan riba harta berkurang, inilah yg namanya Yaqin atau Iman. Karena itulah ukuran agama ini bukan akal tetapi perintah Allah Swt. Khobar dari Allah ini hubungannya dgn perintah Allah Swt. Sedangkan akal manusia ini hubungannya dgn ahwal, keadaan. Akal manusia ini hanya bisa melihat ahwal bukan perintah Allah Swt. Sudah menjadikan keputusan Allah Swt bahwa Allah Swt tidak menjadikan akal sbg standard hukum syariah. Sebab akal hanya melihat ahwal.
Ketika kita mendengarkan daripada perkataan Nabi Saw lalu kita pegang teguh, itulah yang namanya Iman. Kita yakini dan kita pegang teguh sabda Nabi Saw itulah yang namanya Iman Yaqin. Ketika Allah datangkan Ahwal yg bertentangan antara akal dan perintah Allah, ini untuk apa? untuk membedakan, mana yang yaqin pada Allah dan mana yg tidak. Jadi untuk menguji keyakinan manusia ini, maka Allah datangkan ahwal2 yang bertentangan, utk menentukan mana yg yaqin dan mana yg tidak. Janji Rasullullah Saw ini banyak bertentangan dgn ahwal yg nampak.
Kisah Nabi Saw membeli Kuda:
Suatu ketika Nabi Saw membeli kuda dari seorang Badui, setelah mencapai kesepakatan, maka mereka melakukan ijab kabul penjualan. Lalu beberapa saat kemudian sebelum kuda itu diberikan, datang orang menawar harga kuda yang telah dibeli Nabi Saw dari si Badui. Oleh si Badui ini harga tersebut disetujui. Maka Nabi Saw protes, “Bukankah kuda ini sudah saya beli, kamu sudah jual kesaya, dan saya telah beli, kenapa di jual lagi ke orang lain.” Maka si Badui katakan, “Belum saya jual, belum, kapan saya katakan seperti itu? demi Allah belum saya jual kuda ini.” Si Badui ini begitu yakin karena ketika pembelian terjadi mereka hanya berdua saja, Cuma ada Rasullullah Saw dan si Badui tadi. Lalu kata si badui tadi, “Begini saja kalau memang kamu ada saksi, bawa kemari, nanti saya kasih kuda ini.” Pada waktu itu tidak ada orang ketiga, hanya ada mereka berdua yaitu Nabi Saw dan si Badui. Ketika terjadi perdebatan, datanglah seorang Sahabat Hudzaifah RA mendengar pembicaraan Nabi Saw dan si Badui.
Mendengar permintaan dari si Badui tadi, Hudzaifah RA berkata, “Kalau begitu saya saksinya….. Saya jadi saksi bahwa Rasullullah Saw ini betul2 telah membeli kuda dari kamu.” Org Badui minta saksi, kini saksi telah ada, ini kan sudah sesuai berarti. Secara keimanan tidak ada persaksian yg lebih kuat dari persaksian Hudzaifah Ra, sebab apa? ini karena persaksiannya berdasarkan berita dari Rasullullah Saw. Persaksian atas dasar keimanan bukan karena penglihatan yaitu atas dasar berita dari Rasullullah Saw. Hudzaifah berkata, “Aku menjadi saksi atas berita dari Rasullullah Saw.” Maka tidak ada persaksian yg lebih kuat dpd persaksian Hudzaifah RA.
Beginilah sahabat RA belajar keimanan. Seandainya waktu itu Hudzaifah RA katakan, “Wah saya tidak bisa jadi saksi, kan saya waktu itu tidak ada, bagaimana bisa jadi saksi.” Ini namanya sudah ragu2 dgn perkataan Nabi Saw, bukan ragu tapi tidak percaya. Maka iman sudah keluar ketika kita tidak percaya perkataan Nabi Saw. Naudzubillah. Allah Swt mendatangkan keadaan bersama Rasullullah Saw ini utk apa? untuk menguji Iman umat. Di situ akan terlihat apakah seseorg itu yakin pada perkataan Nabi Saw atau ragu atau tidak percaya. Padahal beritanya ini ghaib dan bertentangan dgn akal manusia. Maka intihan bagi para sahabat RA ini berat2. Maka ketika Hudzaifah ini bersaksi, Rasullullah Saw bertanya, “Wahai Hudzaifah bagaimana kamu bisa bersaksi, padahal kamu tidak ada disitu pada waktu itu, tidak melihat kejadiannya.”
Jadi melalui pertanyaan ini, Rasullullah Saw menguji lagi dpd keimanan Hudzaifah. Rasullullah Saw menguji bukan ragu. Apa jawab Hudzaifah RA: “Ya Rasullullah engkau menceritakan kpd kami ttg Surga, tentang Neraka, ttg Mahsyar, tentang Kubur, tentang Malaikat, yang kami belum pernah lihat. Semua yang engkau sampaikan kami percaya walaupun kami belum pernah melihat. Apabila berita yg besar2 ini saja kami bisa percayai dan kami Yakini, bagaimana dengan berita2 kecil macam pembelian kuda ini.” Inilah ciri2 org yg yakin pada berita dari Nabi Saw. Berita Nabi Saw akan dipegang teguh dengan penuh keyakinan. Maka apa kata Nabi Saw, “Setelah hari ini persaksian Hudzaifah RA ini sama dengan persaksian yg dilakukan oleh 2 org nilainya.” Sbb kejujurannya sudah dibuktikan oleh Rasullullah Saw. Inilah yg namanya keyakinan yaitu 100% percaya pada khabar dari Nabi Saw. Iman bil Ghoib apa maksud nya ini? yaitu kita mengambil saksi atas dasar berita Ghoib sumbernya.
Hari ini Fadhilah Amal tidak baca, Muntakhob Hadits tidak dibaca, bagaimana mau belajar iman? Dgn menceritakan yg ghoib2 maka iman bil ghoib akan dtg kpd kita. Kejadian spt kisah Hudzaifah ini sgt banyak sekali, namun kalau kita tidak baca bagaimana akan tau. Akhirnya pergerakan dakwah ini hanya tinggal pergerakan saja, menjadi organisasi, pengaturan saja. Padahal Iman ini ada tandanya. Kisah Hudzaifah Ini adalah contoh Iman bil ghoib. Org yg percaya setelah melihat bukan iman bil ghoib namanya. Kalau sudah melihat azab Allah Swt, itu bukan iman namanya. Iman bil ghoib ini adalah asas. Bagaimana mendtgkannya yaitu dgn menceritakan yg ghoib2. Janji Allah ini semuanya ghoib, dari kubur, mahsyar, shirot, surga, dan neraka, ini semuanya ghoib. Yakin pada Janji dan Ancaman, Selamat masuk surga ataupun disiksa di neraka.
Bahan Bakar Neraka:
Dlm pembicaraan dengan sahabat RA, nabi Saw katakan bahwa: “Kayu Bakar Neraka itu adalah Manusia dan Batu” Salah seorg sahabat duduk di batu yg besar, dia bertanya kpd Rasullullah Saw, “Kayu bakarnya dari batu? berarti batu2nya besar sekali. Apakah batu2nya sebesar2 batu di dunia?” Nabi Saw sabdakan: “Satu Batu di neraka itu lebih besar dpd seluruh gunung di dunia.” Maka begitu ta’ashurnya para sahabat RA, sehingga keyakinan mereka tambah kuat lagi. Keyakinan akan bertambah ketika ada Ta’ashur. Ta’ashur ini bukan sekedar pengetahuan. Pengetahuan itu tidak ada Ta’ashurnya, tidak mendtgkan kesan. Ta’ashur akan ada apabila ada keyakinan. Sebab kalau hanya pengetahuan, org muslim dan non muslim sama saja, kedua2nya bisa belajar dan mengetahui. Maka begitu sahabat mendengar langsung di ingat dan di hayati. Sahabat ketika mendengar kayu bakar neraka adalah manusia dan batu, dan batu2nya melebihi gunung2 di dunia, goncang dia dan langsung pingsan.
Jantungnya masih berdetak, lalu sama Nabi Saw talqin katakanlah “La illaha Illallah Muhammad darussullullah”. Stlh mengucap talqinan Rasullullah Saw, Nabi Saw katakan “Kamu adalah ahli surga”, lalu sahabat tersebut meninggal dunia. Sahabat ra yg lain yg melihat itu iri, “Wah enak sekali, ditalqinkan oleh Nabi Saw, terus masuk surga.” Para sahabat ra yg disitu bertanya, “Ya Rasullullah Saw janji ini hanya utk dia saja atau utk kita semua.” Nabi Saw katakan: “Janji Allah ini hanya utk org yg takut menghadap kpd Allah Swt. Maka janji ini utk dia.” Oleh krn itu 4 hal ini: Qobuliat, Pahala, Istiqomah dan Janji Allah Swt ini, hanya bisa didptkan apb ada Iman.
Tatkala ada iman maka semua amalan dilaku kan dgn Yaqin. Tanpa Iman maka keyakinan akan keluar dari kehidupan kita. Hari ini dakwah dunia jln juga melalui iklan2. Hari ini org bersusah payah dan bersabar utk dunia. Demi dunia umat hari ini rela menahan penderitaan dan hinaan. Sdgkan menahan penderitaan dan hinaan hari kita tidak bisa. Org rela menahan penderitaan dan hinaan utk agama, namun utk agama tidak bisa. Kita utk dunia segala macam hinaan siap ditanggung. Namun utk agama? baru di ganggu sedikit sudah tidak kuat. Padahal org yg siap menahan penderitaan demi agama, maka Allah akan muliakan dia dan Allah akan gunakan dia terus menerus utk agama.
Kisah Abdullah bin Hudzafah:
Abdullah bin Hudzafah ketika membawa rombongan tertangkap oleh pasukan romawi. Maka abdullah bin hudzafah RA dibawa menghadap Raja. Raja katakan kpd Abdullah bin Hudzafah, “Kalau engkau mau masuk kedlm agama Nasrani, maka kamu akan aku berikan separuh dari kerajaanku.” Namun apa kata Abdullah bin Hudzafah RA, “Walaupun kamu bisa memberikan seluruh kerajaanmu ditambah dgn seluruh kerajaan yg ada di Arab, sekejap matapun aku tidak akan pindah dari Islam.” Masyeikh katakan jika ada seseorg yg mau bersusah payah menahan penderitaan demi agama, Allah akan muliakan dia. Org yg siap bersusah payah di jln Allah, maka Allah akan berikan dia istiqomah. Hari ini org utk perkara kecil rela meninggalkan agama, padahal sahabat dahulu walaupun hanya sekejap mata dgn janji diberikan separuh kerajaan, tidak dia tinggalkan.
Hari ini sudah biasa org muslim menikah kan anaknya dengan muslim, karena cinta , agama ditinggalkan. Meninggalkan agama untuk kepentingan dunia, ini bukanlah hal aneh lagi skrg. Tatkala umat ini meninggalkan dakwah maka merubah2 syariat, menggampang2kan agama ini menjadi mudah, dalam kehidupan. Setiap orang akan membuat pernyataan masing2 ttg Agama. Agama di logikakan berdasarkan keadaan dan akal manusia. Sehingga agama tidak menjadi spt seharusnya, sudah ditinggalkan tidak lagi dipegang secara kuat. Semua jadi serba dimudah2 kan, ingin ini diambil, ingin itu diperbolehkan, lalu ditaut2kan dgn agama lain. Akhirnya menerima agama lain menjadi mudah, amalan agama lain menjadi seakan2 amalan kita juga. Inilah fakta kerusakan dalam kehidupan ummat hari ini. Maka untuk menjaga agama ini bagaimana caranya? yaitu dakwahkan Agama.
Abdullah bin Hudzafah ditawarkan separuh kerajaan, namun apa yang dikatakannya walaupun diberikan seluruh kerajaan ditambah dengan seluruh kerajaan di arab, berapa menit ? sekejap mata sekalipun tidak akan dilakukan. Raja menawarkan harta, Abdullah bin Hudzafah menolak, maka sekarang Raja merubah strateginya dengan mengancam nyawa abdullah bin hudzafah RA. Raja katakan, “Wah orang ini rupanya bukan orang yang tamak. Kalau begitu saya bunuh aja kamu.” Namun Abdullah bin Hudzafah RA tidak gentar, “Silahkan lakukan saja apa yang kamu mau. Kalau mau bunuh saya, bunuh saja silahkan.” Maka oleh Raja panggil pasukan pemanah untuk berbaris siap memanah Abdullah bin Hudzafah RA. Melalui intimidasi Raja memerintahkan pemanah memanah Abdullah bin Hudzafah, namun panah2nya sengaja targetkan di atas kepalanya, diantara kakinya, disebelah lehernya, tangannya, Abdullah bin Hudzafah RA, tidak ada yang mengena.
Setelah itu Raja kembali menawarkan kepada Abdullah bin Hudzafah setelah menakut2inya, “Bagaimana sudah mau pindah ke Nasrani?” Begitupun Abdullah Hudzafah RA menolak, “Tidak saya tidak akan mau pindah ke Nasrani.” Raja tidak kehabisan akal, berikutnya diancam dengan air panas yang mendidih. Di jejerkan org2 lalu di cemplungkan ke air yg mendiding hingga meninggal dunia. Raja katakan, “Kalau kamu tidak mau mati maka pindah saja ke Nasrani beres kamu tidak perlu mati.” Ketika Abdullah bin Hudzafah berada di depan air mendidih yang siap merebus badannya, dia menangis. Melihat Abdullah bin Hudzafah menangis, Raja berpikir mungkin dia ketakutan hingga menangis, sepertinya skrg Abdullah bin Hudzafah sudah mau merubah pendiriannya menerima Nasrani.
Raja kembali menawarkan,“Bagaimana kamu sudah mau menerima Nasrani sbg agamamu, tidak perlu takut, kalau kamu pindah kamu tidak perlu mati?” Abdullah bin Hudzafah katakan, “Oh bukan, bukan krn takut mati, saya menangis krn andaikan saya punya nyawa sebanyak bulu dibadan saya, hingga setiap mati hidup lagi, lalu saya ceburkan mati lagi, lalu hidup lagi maka semuanya akan saya korbankan. Sehingga setiap kematian Allah berikan pahala. Syg sekali nyawa saya hanya satu.” Inilah keyakinan Abdullah bin Hudzafah terhadap janji Allah sehingga rela mengorbankan segalanya utk agama. Abdullah bin Hudzafah RA sadar bahwa ini adalah takaza dari Allah Swt, sehingga jika punya nyawa yg banyak satu demi satu akan dia keluarkan dan dikorbankan utk Takaza ini.
Melihat sikap Abdullah bin Hudzafah ini, Raja makin bingung, “Org yg demi agamanya, nyawanya saja tidak dia pedulikan, apalagi dgn harta. Seseorg yg begitu mencintai agamanya, bagaimana dia bisa cinta padaku.” Melihat hal seperti ini akhirnya Raja membuat penawaran terakhir, “Bagaimana jika kamu mencium kepala saya, maka saya akan lepaskan kamu.” Inilah bukti org yg bisa menahan penderitaan utk agama, maka Allah akan berikan dia kemuliaan. Apa kata Hudzafah, “Saya akan cium kepala kamu dgn syarat semua org islam yg menjadi tahanan kamu bebaskan.” Raja bilang, “Baik kalau kamu cium kepala saya, maka saya akan bebaskan semua org islam di tahanan.” Abdullah bin Hudzafah sadar bahwa kepala yg akan dia cium ini adalah kepala musuh Allah, ini merupakan suatu penderitaan utk mencium kepala musuh Allah. Namun jika ini dilakukan bisa membebaskan semua org islam dari tahanan. Maka Abdullah bin Hudzafah maju dan mencium kepala Raja.
Setelah itu semua org islam dibebaskan dari tahanan dan dibawa kehadapan Khalifah Umar . Ketika Amirul Mukminin mendgr laporan dari Abdullah bin Hudzafah , Amirul Mukminin Umar RA langsung berkata, “semua org islam wajib mencium kepala Abdullah bin Hudzafah, dimulai dari saya dulu.” Ini kemuliaan diberikan karena apa? tatkala ada susah payah menahan penderitaan demi agama. Selain kemuliaan, bagi org yg sanggup menahan penderitaan demi agama, maka Allah akan berikan istiqomah.
Bahkan Allah berikan pahala pembebasan org2 islam dari penjara. Ini asbab dia menahan penderitaan yang sedikit mencium kepala Raja. Hari ini orang disuluruh dunia siap menahan penderitaan utk dunianya tetapi untuk agamanya tidak bisa. Apa yang dia dapatkan dari pengorbanannya untuk dunia ? Bukannya mendapatkan kemuliaan, yang didapatkan justru penderitaan dan kehinaan. Padahal dia sudah menahan penderitaan utk mendapatkan kemuliaan dunia, namun akhirnya dia tidak dapat apa-apa selain kesusahan demi kesusahan. Inilah pentingnya dakwah agar mereka tidak tertipu sama dunia. Apabila kita dakwahkan agama maka keyakinan akan datang. Setelah keyakinan datang baru berikutnya Ikhlas.
Keikhlasan ini akan mendekatkan kita kepada Allah. Yakin pada Allah ini salah satunya adalah Yakin pada Al Quran. Apa maksudnya yakin pada Quran? yaitu apa yang diperintahkan kita kerjakan dan apa yang dilarang kita tinggalkan, ini baru namanya Yakin pada Qur’an. Mengamalkan apa yang diamanatkan oleh quran itulah yang namanya Yakin pada Quran.
Ghibbah:
Kita harus fikirkan tanda2 iman itu apa? Kita menyesal karena berbuat dosa juga merupakan tanda-tanda iman. Hari ini orang islam melakukan dosa tidak ada penyesalan, kenapa? karena sesuatu yang dilarang atau diharamkan oleh agama, sudah bersifat umum atau sudah biasa dilakukan. Tidak ada hewan yang memakan daging manusia sebanyak manusia memakan daging manusia lain, siapa itu? yaitu org yg berghibah. Orang suka Ghibah ini mereka memakan daging manusia melebihi hewan yg memakan daging manusia. Manusia memakan daging manusia lain begitu banyak yg hewanpun tidak bisa memakan nya. Org ghibah itu pasti makan daging orang islam dan ini susah tobatnya. Dosa Zina ada bentuknya dan tobatnya tapi kalo Ghibbah ini tidak ada bentuk dan susah tobatnya, hanya Allah saja yg tau.
Rasullullah Saw sampaikan: “Ghibbah itu lebih besar daripada Zina” Zina ini adalah dosa besar sekali, Nabi Saw sampaikan: “Orang berzina ini sama seperti org yg menyembah berhala.” Ini dikarenakan org berzina itu imannya telah keluar dari hati. Setelah Iman keluar baru dia bisa berzina. Maka sahabat heran Zina yg begitu besar dosanya itu, bagaimana Ghibbah ini bisa lebih besar lagi dosanya? Dosa besar yg telah dilakukan secara umum maka akan dianggap seperti dosa kecil saja. Dosa besar menjadi seperti dosa kecil, karena apa? ini karena sudah menjadi umum dilakukan, biasa saja. Ketika dosa besar dipraktekkan secara besar2an dan rutin maka akan menjadi seperti dosa kecil saja. Maka sahabat RA heran Ghibbah ini Nabi Saw katakan lebih besar dari Zina.
Sahabat bertanya, “Ya Rasullullah bagaimana dosa ghibbah ini bisa lebih besar dari Zina?” Nabi Saw sampaikan: “Dosa Zina ini masih bisa termaafkan disisi Allah, tapi Ghibbah ini tidak bisa dimaafkan disisi Allah Swt.” Org berzina ini bisa tobat, bahkan org syirik pun bisa tobat. Org tobat dari syirik masih bisa Allah bisa maafkan. Org yg syirik asal dia bertobat dan doa minta dimaafkan oleh Allah Swt masih bisa dimaafkan. Ttpi kalau Ghibbah ini adalah bagian dari hak manusia, haknya hamba Allah. Misalnya org merampas barang dari toko org lain, maka dia harus mengembalikan barang curiannya dan minta maaf kpd pemiliknya. Nabi Saw katakan: “Org yg mengghibah minta maaf dulu kepada org yg di ghibbah”. Ini karena hak hamba Allah bukan hak Allah untuk memaafkan.
Inilah sebabnya Rasullullah Saw sabadakan bahwa ghibbah itu lebih besar daripada zina. Ini karena dosa ghibbah ini tidak langsung Allah maafkan, beda dengan zina bisa bertobat kepada Allah dan bisa Allah maafkan, tapi kalo Ghibbah ini Allah tidak bisa memaafkan. Sahabat dtg ke mesjid lalu berghibbah, maka Nabi Saw katakan kpdnya: “Kamu ini telah mempermainkan Al Quran.” Sahabat itu mengatakan, “Saya beriman kepada Al Qur’an.” Namun Nabi Saw katakan: ”Orang yang tidak meninggalkan larangan Allah, maka orang ini tidak beriman kepada Al Quran.” Kita perlu selalu fikirkan apa itu tanda Iman? kalau kita tau tandanya maka kita akan tau kondisi Iman kita. Orang bergembira atas ketaatan dan bersedih jika melanggar perintah Allah, maka ini sebagian dari tanda Iman. Jika ada perasaan gembira dlm beramal dan sedih ketika bermaksiat, ini bagian dari tanda keimanan.
Namun kalau kita lemah Iman, maka meninggalkan perintah Allah dan melakukan perbuatan dosa ini jadi biasa saja, tidak ada kekhawatiran sama sekali. Kondisi seperti ini akan menyebab kan keyakinan terhadap agama akan keluar dari hati. Jika kita kita dakwahkan agama, maka keyakinan akan masuk kedlm hati. Mengamalkan agama ini harus ada keyakinan dlm hati.
Apabila agama jauh dari keyakinan, maka akan mudah ditinggalkan. Hari banyak org berilmu tapi berkelakuan seperti org2 bodoh tanpa ilmu. Banyak org yg punya ilmu tapi tidak beragama. Dia tahu perintah dan larangannya dalam agama, tapi tidak diamalkan. Ini karena apa? tidak ada keyakinan. Maka untuk merubah ini semua, kita harus dakwahkan agama. Ini karena dgn dakwah maka keyakinan akan dtg. Inilah kekhususan amal dakwah, yaitu mendtgkan keyakinan. Sehingga dgn dakwah, keyakinan terhadap dunia akan hilang menjadi yakin pada agama. Semua kerusakan ini terjadi karena keyakinan manusia terhadap dunia. Manusia yakin pada dunia sehingga meninggalkan agama. Agama hilang karena tidak adanya keyakinan dlm diri manusia.
Manusia itu apa yg diyakini itulah maka itu yg diutamakan. Org mau sholat karena ada keyakinan dlm solat, sedangkan yg tidak solat karena tidak ada yakin pada solat. Org mau beramal karena yakin pada yg Ghoib, ttpi kalau yakinnya pada yg dilihat maka amal akan ditinggalkan. Hari ini karena asbab, org meninggalkan sholat. Org yg solat karena asbab, Allah akan rusakkan asbab tersebut. Sehingga dengan sholat, Allah akan rusakkan asbab. Karena asbab orang merusakkan solat, maka Allah akan rusakkan asbab dgn solat. Orang yang menjadikan asbab antara dia dengan Allah, maka amalnya tidak akan nampak dan tidak ada bekasnya. Orang yang menjadikan asbab antara dia dengan Allah, maka amalannya tidak akan bisa terjaga. Orang muslim mempunyai asbab yang sama dengan non muslim, mereka juga ada perdagangan, pertanian, pekerjaan, dan profesi lainnya.
Lalu yang membedakan itu apa? yang membedakan kalau orang islam itu dalam asbab menjaga perintah Allah, kalau orang kafir tidak. Orang islam dalam menjalankan asbab menjaga perintah Allah, tapi kalau orang kafir tidak, semuanya cara dihalalkan dan dibolehkan. Jadi antara kita dengan Allah ini bukanlah asbab, tetapi agama, perintah-perintah Allah. Apa yang dijanjikan Allah Swt hanya dengan perintah2 Allah. Didalam keduniaan ini tidak ada janji Allah dan Qudratullah. Janji Allah ini dengan amal bukan dengan keduniaan atau akal manusia. Qudratullah Allah berikan dengan Janji, janji bagaimana? “Iyyakana’budu wa Iyyakanashta’in” : “Kpd engkau kami menyembah dan minta pertolongan.” Allah Swt satukan ibadah dengan Doa.
Sedangkan orang-orang berpikiran menyatukan asbab dengan do’a. Ada asbab baru doa, ini pendapat org2 pada umumnya. Org2 berkata setiap ada masalah bahwa diusahakan dahulu dengan asbab baru dengan doa. Muamalah Allah Swt dengan orang muslim bukan seperti itu, bukan melalui asbab, kalau melalui asbab, itu muamalah Allah Swt dengan non muslim. Orang non muslim bersandar pada asbab, maka ketika Allah berikan, semua beres. Allah berikan asbab2 kepada orang non muslim, Allah penuhi keinginan mereka, sehingga mereka makin lupa pada Allah Swt dan Akherat. Hingga hari ini Allah siap menolong kita, tapi kita penuhi cara yang Allah mau. Kita menjadikan asbab antara kita dengan Allah, maka ini bertentangan dengan ketentuan Allah. Ketentuan Allah tidak seperti itu dengan orang muslim, asbab ini hanya bagi orang non muslim.
Bagi orang non muslim, kamu siapkan asbab, nanti aku yang bereskan. Org non muslim itu yakinnya pada asbab : pada perdagangan, pada kekuasaan, pada harta, maka yg seperti itu Allah penuhi. Sedangkan para Nabi AS ini tidak Allah berikan asbab, agar umat ini belajar tanpa Asbabpun Allah bisa memberikan pertolongan. Namun kalau para nabi ada asbab, maka mereka nanti yakinnya karena ada asbab baru ada pertolongan Allah Swt. Sahabat RA pangkal kurma bisa berubah menjadi pedang dalam peperangan. Batang kurma kecil tapi dipegang sahabat RA bisa berubah menjadi pedang. Kisah2 spt ini bukan hanya sekedar utk diceritakan saja. Org hari ini meyakini kalau ada senjata pasti menang, padahal janji Allah Swt bukan dgn asbab. Mereka bilang kita harus siapkan senjata kita agar musuh takut, padahal janji Allah ini bukan pada asbab melainkan pada sunnah Rasullullah Saw.
Dalam kisah Sahabat RA, dikisahkan asbab pasukan islam ini bersiwak, musuh menjadi ketakutan hingga lari. Para musuh yang tidak bisa dikalahkan dgn senjata, malah ketakutan hingga lari. Dgn apa pasukan musuh dikalahkan? dgn sunnah Rasullullah Saw. Dgn Sunnah Nabi Saw ini maka Allah akan dtgkan ketakutan pada pihak musuh. Allah akan buat musuh2 ini takut asbab Sunnah Nabi Saw. Sahabat malah heran ketika itu, kenapa org islam ini tidak bisa menang, amal apa yg kurang? Sedangkan pihak musuh, org2 non islam, yg dilihat adalah asbabnya, apa yg kurang? apakah senjatanya? apakah perlengkapan perangnya? beginilah cara berpikir org non islam. Jadi perbedaan dlm pemikiran org islam dgn org non islam ketika datang suatu keadaan adalah :
Org islam akan melihat Amal dlm setiap keadaan
Org bukan islam akan melihat asbab dlm setiap keadaan
Jadi ketika kemenangan bagi orang islam ini tertahan, maka sahabat mencontohkan untuk mengevaluasi amal-amalnya, apakah sudah sempurna? apakah sesuai dengan tertib? amalnya dulu yang dikoreksi oleh para sahabat RA. Ada masalah, Sahabat fikirnya adalah amalan yang. “Oh mungkin ada amalan saya yang kurang? Munkin ada amalan saya yang salah sehingga pertolongan Allah tidak datang? Atau pasti ada sunnah yang tidak sempurna dilaksanakan?.” Beginilah fikir sahabat setiap ada masalah. Maka kita penting bermuhasabbah, mengevaluasi, kekurangan dari amal2 kita dalam setiap masalah yg kita hadapi. Sekarang siapa yang bisa membuat keputusan seperti itu? yaitu hanya org2 yg menjadikan Amal atau perintah Allah Swt antara dia dgn Allah Swt, bukan org2 yg menjadikan asbab antara dia dgn Allah Swt. Org yg menjadikan asbab antara dia dgn Allah, tatkala ada masalah dia akan disusahkan dikarenakan kurangnya asbab.
Dia akan berpikir, “Bagaimana ini, asbab ini tidak ada, asbab itu tidak ada.” Sehingga dia akan merasa hidupnya penuh dgn kesusahan. Beda dengan orang yang menjadikan amal antara dia dengan Allah. Tatkala kesusahan dtg maka dia akan kembali kepada Allah dgn amal dan doa. “Ya Allah cukupilah diriku, Engkaulah pemberi Rizky.” Mudah saja bagi org beriman, ini karena gantungannya hanya kpd Allah bukan kpd asbab. Ini penyakit berbahaya, jika seseorg menjadikan asbab sebagai gantungan antara dirinya dgn Allah, sementara Allah tidak menjadikannya seperti itu. Jika Allah tidak menjadikan asbab antara hambaNya dgn Allah, kenapa kita justru menjadikan asbab antara kita dgn Allah. Bagaimana org beriman itu menyelesaikan suatu masalah? yaitu dgn shodaqoh. Shodaqoh ini bisa memancing pertolongan Allah. Namun apa yg terjadi hari org islam menyelesaikan masalah dgn menyogok.
Ada masalah fikirnya menyogok org agar tidak dikenakan masalah, ini namanya menyelesaikan masalah dengan masalah. Padahal jika dia bershodaqoh, 1 rupiah saja ini jika Allah terima sudah mencukupi untuk mendatangkan pertolongan Allah, dibanding memberi uang banyak tapi untuk menyogok. 1 Rupiah saja Allah hargai bila untuk shodaqoh, tetapi jika untuk menyogok maka yang didapat adalah murka Allah. Nabi Saw bersabda: “Memberikan sedekah kepada orang muslim dgn tangan sendiri maka akan menjauhkan musibah yang datang tiba-tiba.”
Inilah yg dicontohkan Nabi Saw, ketika memberikan shodaqoh langsung kepada orang miskin dengan tangannya sendiri. Hari ini orang kaya begitu sibuknya tidak ada kesempatan mencari orang miskin sehingga tidak bisa memberikan shodaqoh langsung pada orang miskin dengan tangannya sendiri. Kenapa ini bisa terjadi? kesibukan mengurus harta sehingga tidak punya waktu. Hari ini kita cari counter-counter pelayanan zakat, tidak mau bersusah-susah. Padahal perintahnya: “Bagi yang berzakat carilah orang miskin sebagaimana orang yang mau sholat mencari air wudhu.” Org yg mau solat ini harus mencari wudhu untuk melaksanakan sholat, maka orang berzakatpun juga begitu, harus mencari orang miskin terlebih dahulu agar bisa berzakat. Sholat ini Fardhu, begitu juga Zakat, merupakan amal fardhu juga, tidak ada bedanya. Itulah sebabnya Amirul Mukminin Syaidina Abu Bakar RA mengatakan: “Kepada org yg tidak mau membayar zakat akan aku perangi.” Inilah kepentingannya antara solat dan zakat, yg sama2 fardhu, tidak boleh dibeda2kan, yg membeda2kan, perangi, tidak ada bedanya sama sekali. Inilah keputusan Abu Bakar RA sbg Khalifah.
Hari ini kemana kita membayar zakat? ke badan2, ke yayasan2. Mestinya org berzakat ini, Muzaki, mecari org miskin atau penerima zakat, mustahid, sebagai mana org yg mau sholat mencari air. Org mencari air itu susah payah, supaya bisa solat, begitu juga zakat. Sesuatu yang pasti2 ini harus kita kerjakan. Zakat dan Doa ini, ada janji Allah Swt yang pasti, tetapi tidak dilakukan, yg dilakukan justru menyogok, padahal itu jelas dosa.
Kisah Hikmah:
Ada seorg anak buah Raja yg ketahuan disogok utk menyelesaikan masalah2 seorg pengusaha. Maka ada yg melapor kejadian ini kpd Raja. Raja katakan kepada anak buah, “Sudah, mulai hari ini kamu tidak usah kerja lagi.” Maka si org itu katakan, “Saya ini mau melakukan apa? saya ini ahli membuat perhitungan. Kalau saya tidak berhitung maka otak saya bisa rusak. Maka Rajakan katakan, “Kalau kamu memang kamu ahli hitung2an, maka skrg kamu hitung didepan saya , ini ada hitung2nya, dari pagi sampai sore berapa air yg dibutuhkan kerajaan. Lalu nanti kamu beritahukan.” Maka sore2 si ahli hitung ini melaporkan kepada Raja, bahwa air yg dibutuhkan ada sekian banyak. Maka berikutnya ada yang melapor lagi bahwa si ahli menghitung masih mengambil uang suap. Ini sudah 3-4 hari begini, ada kapal mau lewat tetapi tidak bisa lewat. Namun tertahan asbab si ahli menghitung jumlah air dari tempat kapal itu lewat. Si ahli menghitung bilang kepada nahkoda kapal, “Jangan lewat disini, kapal tidak boleh lewat karena saya harus menghitung jumlah air di sungai ini.”
Maka yang punya kapal katakan, “Ya sudah saya beli airnya sekian, agar kapal bisa lewat.” Akhirnya si ahli hitung ambil suap lagi. Inilah penyakit yang ada dalam kehidupan manusia hari ini. Kemunafikan ini bersatunya dgn penyakit, sedangkan keimanan bersatunya dgn kesehatan. Jadi yg perlu kita fikirkan adalah bgmana antara diri kita dgn Allah hubungan nya adalah dgn amal. Kerusakan keyakinan yg masuk dlm hati kita ini dikarenakan yakin pada asbab. Oleh karena itulah antara kita dgn Allah ini yg ada haruslah keyakinan pada amal. Allah swt tidak pernah memberikan janji dgn asbab. Asbab ini tidak bisa mendtgkan Janji Allah dgn Qudrahnya. Maka yg harus kita yakini utk bisa mendatang janji Allah dgn Qudrahnya adalah yakin pada amal. Yakin dgn solat, maka Allah akan jadikan solat ini sbg asbab terselesainya segala masalah. Kita harus yakini dgn solat masalah2 kita akan selesai. Kita yakin pada solat karena perintah bukan atas janji.
Hari ini orang sholat fikirnya, saya sholat supaya ada keberkahan, supaya urusan dunia saya beres, ini salah. Sehingga orang sholat untuk cinta pada dunia bukan pada Allah. Orang memilih jalan hidup agama utk menjauhkan dari kesusahan dunia. Sehingga yang terjadi tatkala masalah dunia beres, maka agama ditinggalkan lagi. Inilah orang-orang yang menggunakan agama supaya dunia jadi baik. Ini suatu yang tidak mungkin, karena dari niatnya saja sudah salah. Ini namanya kerusakan niat. Kerusakan niat adalah menggunakan agama untuk menjaga dunianya. Padahal yang diperintahkan Allah itu apa? untuk dunia ini Allah perintahkan menggunakan agama, maka Allah perbaiki dunia ini. Hari ini yg terjadi org mengamalkan agama utk memperbaiki dunianya. Lihatlah kenyataan hari ini yg amal dunianya paling baik, dialah yang paling jauh dari agama. Semakin baik dunianya kebanyakan makin jauh dari agama. Dia akan berpikir, “saya ini sudah baik adanya, kenapa harus membuat diri saya bersusah payah lagi.”
Org yg tidak beragama meyakini bahawa orang yg ahwal dunia tidak baik, itu tanda2 kemurkaan Allah. Org berpikir jika dunia dtg kpd dia berarti Allah sayang pada dia. Padahal ketika dunianya makin baik, dia semakin jauh dari agama, semakin sulit mengamalkan agama, ini sebenarnya tanda kemurkaan Allah, pasti. Tanda2 Allah murka pada hambanya, maka hambanya ini semakin sulit mengamalkan agama. Dgn dtgnya keduniaan, seseorg ini akan semakin sulit mengamalkan agama, inilah kenyataan. Agama tidak diamalkan dan dunia semakin baik, itulah tanda kemurkaan Allah. Padahal yang Allah inginkan adalah seseorang mengamalkan perintah Allah dalam segala keadaan. Orang Allah beri kaya berarti Allah cinta sama dia, Orang Allah beri miskin berarti Allah benci sama dia, bukan seperti itu. Itu hanya keadaan2 saja. Allah maunya kita ketika mendapat musibah tetap mengamalkan agama dan ketika mendapatkan kebaikan dan tidak ada musibah tetap mengamalkan agama. Bukan ketika ada musibah saja dia mengamalkan agama ttpi ada musibah ataupun tidak, tetap mengamalkan agama.
Dlm keadaan rusak dia tetap mengamalkan perintah Allah, yang seperti ini Allah akan Ridho. Orang miskin dan orang yang mendapat musibah tanda kemurkaan Allah, bukan seperti itu. Cinta dan Murka Allah bukanlah dengan asbab dunia2. Kita beramal agama supaya berkah hartanya, bukan seperti itu. Akhirnya orang beramal agama untuk mendapatkan keuntungan dunia. Jika seperti ini agama bisa hilang dari kehidupan. Agama memang bisa mendatangkan keberkahan, tapi kita mengamalkan agama bukan untuk mendapatkan keberkahan dunia.
Memberikan pahala ini adalah hak Allah Swt. Seandainya seluruh manusia dikumpulkan, dari sahabat RA sampai para Anbiya AS, untuk menahan seseorang yang sudah diputuskan Allah Swt masuk kedalam neraka, maka tidak ada satupun yang bisa menahannya. Ini yang harus dipahami apa itu hak Allah. Begitu juga seseorang yang mengamalkan agama untuk mendapatkan keberkahan ini juga merupakan Hak Allah Swt. Sebagaimana Allah kirim seseorang tanpa kesalahan apapun kedalam neraka, itupun juga hak Allah Swt, terserah Allah Swt. Kehidupan begitu juga, berhajat kepada Allah Swt. Jangan hanya mengira kalo mengamalkan agama dunia jadi bagus, tidak harus seperti itu, ini adalah hak Allah Swt. Seseorang sujud dari lahir hingga mati, dihadapan Allah Swt dia akan menganggap amal dia tidak ada apa-apanya, sangat kecil sekali. Ini karena apa? ini karena semua amal ini sepenuhnya adalah hak Allah Swt. Orang yang lemah iman ini istigfarnya untuk asbab2 dunianya, sedangkan org2 sholeh ini istighfarnya untuk amal2nya atau kebaikan yang dilakukan. Beramal baik tetapi masih istighfar, ini ciri-ciri org sholeh.
Sedangkan org awam istighfar atas dosa, memang betul itu yg diperintahkan oleh Allah Swt. Hanya saja org2 sholeh itu beristighfarnya atas kebaikan2 yang telah dilakukan. Mengapa demikian? ini karena semua kebaikan yang bisa kita kerjakan ini sepenuhnya adalah hak Allah Swt. Abu Bakar RA ini kesholehannya paling tinggi diantara para sahabat RA. Setelah Rasullullah Saw ini siapa yg paling mendekati kesholehannya? yaitu Abu Bakar As Shiddiq RA. Tatkala minta diajarkan doa, yg diberikan oleh Nabi Saw adalah perbanyak istighfar. Org yg istighfar akan amal baiknya, maka Allah akan sempurnakan amalnya.
Sedangkan orang yang tidak beristighfar akan amalnya, maka akan ada kebanggaan, kesombongan, dalam amalnya, amal seperti ini tidak akan Allah terima. Bangga terhadap amal sendiri, ini tidak disukai oleh Allah Swt. Org2 yg mendakwah diri sendiri ini, Allah tidak suka. Bagaimana org mendakwahkan diri sendiri? yaitu ketika dia mengatakan saya sudah melakukan amal ini dan saya sudah melakukan amal itu. Jadi yang namanya Agama ini adalah hak Allah Swt sepenuhnya, terserah Allah mau menunaikan atau tidak hak-hakNya. Jadi Allah Swt itu tidak mempunyai kewajiban apapun terhadap hambaNya, ini yang seharusnya kita renungkan. Maka orang masuk surga bukan karena amal, melainkan karena kebaikan Allah Swt, bukan karena kewajiban Allah Swt.
Setelah melakukan amal, Allah wajib memasukkannya ke surga, bukan seperti itu. Amal ini memang perintah Allah untuk dikerjakan, namun masuk surga ini bukan karena amal, tetapi karunia dari Allah Swt. Tidak ada keharusan bagi Allah memasukkan surga dengan amal, melainkan masuk surga dengan karunia, kasih sayang, Allah Swt. Nabi s.a.w berkata kepada Aisyah r.a: “Wahai Aisyah tidak ada satu amalpun yang akan menyebabkan seseorang masuk syurga.” Aisyah berpikir, kalau amal-amal tidak bisa menyebabkan masuk surga, bagaimana dengan Rasullullah Saw? maka Aishah R.ha bertanya, “Kalau untuk engkau bagaimana ya Rasullullah?” Nabi Saw katakan, “Sayapun juga demikian, sama saja, yg menyebabkan saya masuk surga ini bukan karena amal saya melainkan karena karunia, kasih syg, Allah Swt.” Maka seluruh manusia di akherat nanti akan dibangkit kan dalam keadaan penuh ketakutan.
Bahkan para anbiya sekalipun ketika dimintakan syafaat, mereka para anbiyapun juga dalam keadaan ketakutan. Para Anbiya akan mengatakan, “Pergi ke Nabi yang lain, coba minta kepadanya.” Semua manusia dlm ketaktukan termasuk orang2 sholeh sekalipun. Pada hari itu Allah Swt begitu Murka, yang murkanya tidak pernah seperti itu. Bahkan setiap nabi akan memukul kepalanya sendiri ketakutan, “Bagaimana ini….bagaimana ini…” Setiap Nabi akan menghitung kesalahannya masing2, semuanya merasa banyak dosa :
Nabi Adam dimintai syafaat dia akan bilang, “saya tidak bisa, saya sudah melakukan dosa besar. Saya sudah memakan buah yg terlarang.” Nabi Ibrahim juga begitu, “Saya tidak berani, saya sudah melakukan dosa besar.” Nabi Musapun juga begitu, “Saya tidak bisa, sayapun telah melakukan dosa besar.” Siapa Ibrahim AS? Siapa Musa AS? mereka adalah ulul azmi, Nabi yang utama atau yg paling dekat dgn Allah Swt. Namun bagaimana keadaan mereka? ketakutan. Semua Nabi mengatakan hal yang sama ketika manusia dtg kepada mereka mohon syafaat agar selamat dari murka Allah Swt. Semua anbiya ketakutan tidak ada yang berani memberikan syafaat. Setelah tidak ada satu anbiyapun yang berani, maka mereka akhirnya datang kepada Rasullllah Saw untuk meminta syafaat.
Di masa itu hanya Rasullullah Saw lah yang mampu memberikan syafaat. Maka melihat keandaan para anbiya sekalipun di akherat, kita ini yang bukan anbiya perlu menyesali dosa2 kita. Bahkan jangan dosa2 saja yang kita sesali, amalpun kita sesali. Menyesali dosa itu sudah suatu keharusan dan pasti, namun amalpun juga harus kita sesali. Di mahsyar bahkan para anbiya sekalipun mengecilkan amalnya dan membesarkan dosanya dihadapan Allah. Jadi jangan kita berbangga dengan amal2 yg telah kita kerjakan. Org yg suka menyesali amalnya, maka akan disempurnakan amalnya oleh Allah Swt. Orang suka menyesali amalnya fikirnya, “Kenapa amal saya ini kurang sekali mutunya? kenapa amal saya ini lemah sekali? kenapa amal saya ini tidak maksimal saya kerjakan? Bagaimana Allah Swt mau menolong saya amal saya jelek begini?”
Amal yang di dakwahkan dengan penyesalan terhadap diri sendiri, maka dia tidak akan menuntut keberkahan kepada Allah Swt. Ini yang benar, beramal tapi tidak menunut keberkahan, karena apa? ada penyesalan dalam amalnya. Orang yang menyesal karena dosa ataupun amal maka Allah akan sempurnakan amalnya. Ini harus dipahami jika ada seseorang secara keduniaan dia kurang, dia lagi susah, berarti Allah lagi murka, dan orang yang keduniaannya dan keadaannya baik berarti Allah sayang pada dia, tidak, bukan seperti itu.
Kisah Hikmah:
Ada seorang anak bayi sedang menetek meminum susu ibunya. Tiba-tiba si ibu ini melihat ada seorang perempuan sedang dipukuli dan diseret org2 dan dikatai, “Dasar Pencuri… dasar Penzina”. Melihat keadaan ini si ibu berdoa, “Ya Allah jangan jadikan anakku seperti wanita pencuri dan penzina itu.” Mendengar doa ibunya si anakpun melepaskan susuannya lalu berdoa, “Ya Allah jadikanlah aku seperti wanita yang disakiti itu.” Si anak setelah berdoa kembali menetek lagi. Beberapa saat kemudian lewatlah seorang kaya raya dan berwibawa. Maka si ibu berdoa, “Ya Allah jadikanlah anakku seperti dia (orang kaya itu).”
Lalu si anak melepaskan susuannya kembali dan berdo’a, “Ya Allah jangan jadikan aku seperti orang ini (si kaya tersebut)” Ini kenapa si ibu berdoa seperti itu dan si bayi berdoa yang bertentangan dgn doa ibunya. Ini karena si ibu berdoa berdasarkan pandangan yg dia lihat, Padahal apa yg sebenernya tidak seperti yang terlihat. Ternyata si wanita yg disiksa tadi adalah wanita yang sholehah dan si orang kaya tadi rupanya seorang yang zalim. Inilah yg di minta dan yg seorg dimohon perlindungan oleh di bayi tadi. Orang musyrikin Quraish ini kenapa tidak mau menerima dakwah Nabi Saw, ini karena keadaan dzohir Nabi Saw ini kacau, tidak enak dilihat. Nabi Saw sampaikan ketika berdakwah: “Wahai hatib bin hasyim apakah engkau tidak mau menerima dakwah saya karena kemiskinan saya.” Janji Allah Swt ini bukan maksud, tapi mau’ud, dijanjikan bukan dimaksudkan.
Keberkahan ini Mau’ud, dijanjikan, bukan dimaksudkan. Orang yang menjadikan janji Allah ini sebagai maksud bukan mau’ud, maka Allah jadikan orang tersebut meninggalkan agama. Ini patut kita fikirkan dan direnungkan. Kalau Surga yang begitu abadi selamanya itu hanya dijadikan Mau’ud saja, yang dijanjikan, bagaimana mungkin dunia yang rusak dan sementara ini dijadikan Maksud. Padahal surga itu yg begitu tinggi tingkatannya dibandingakan dunia, itupun bukan dijadikan maksud tapi mau’ud, apalagi dunia? Jadi maksud itu apa? maksud itu adalah Allah Swt. Maksudnya Allah Swt, Mau’udnya adalah Surga. Jadi surga ini yang dijanjikan bukanlah maksud, tetapi mau’ud. Jika tidak begini maka orang mengamalkan agama untuk dunianya saja. Agama atas dasar suasana ketaatan ini sementara semua.
Orang yang mengamalkan agama untuk ahwal, ini seperti obat untuk orang sakit. Tatkala sakit obat ada, lalu ketika sembuh obat ditinggalkan. Hari ini begitu pula, orang mengamalkan agama karena ahwal2 saja, tatkala ahwalnya sudah bagus agama ditinggalkan. Kita beramal agama bukan untuk memperbaiki keadaan, tetapi kita beramal agama untuk mentaati perintah Allah. Dalam keadaan apapun perintah Allah akan kita lakukan. Jadi agama ini bukan mengikuti ahwal, tetapi ahwal yang mengikuti agama. Oleh sebab itu ketika mau mengamalkan agama ini pertama kali yang harus kita luruskan adalah luruskan niat kita.
Kita, semua orang, diperintahkan Allah untuk beribadah dan berdakwah. Dakwah dan Ibadah ini perintah Allah Swt. Allah swt sudah memerintahkan kita utk beribadah dan berdakwah. “Wa’bud rohbut akhtayasa yaqin” : “Sembah Allah sampai Mati.” “Wad’ud illa sabili robbika” ini perintah dari Allah untuk siapa? untuk semuanya. Orang beramal dan tidak amal, dakwah ini perintah Allah. Mau dia beramal dan tidak beramal, Allah perintahkan mereka untuk beramal. Dakwah itu utk perbaikan diri sendiri. Sebagian org mengatakan, “saya tidak mau berdakwah karena saya sendiri belum mengamalkan.”
Padahal tidak ada syarat dlm berdakwah ini harus diamalkan dulu, bukan syarat yg seperti. Kita amalkan dulu baru kita dakwahkan, bukan seperti itu yg diminta. Memang benar org yg berdakwah itu hendaknya mengamalkan apa yg dia dakwahkan. Tetapi jgn dibalik belum mengamalkan tidak boleh mendakwahkan, ini pernyataan tidak ada di quran dan tidak ada di hadits, tidak ada larangan seperti itu. Org ya mau beramal saja sedikit, maka jika seperti itu yang mau berdakwah bisa lebih sedikit lagi. Dakwah ini diperintahkan untuk semua orang, karena dakwah ini untuk menghidupkan amal agama. Supaya hidup amal agama dengan dakwah. Jadi kalau syaratnya dakwah ini harus amal berarti yang bisa berdakwah hanya org2 yg beramal saja terutama org2 tempatan saja yg nampak. Rasullullah Saw sampaikan: “Dakwahkan kebaikan walaupun kalian belum bisa mengamalkannya”
Ada dlm hadits dan ayat Al quran dikatakan, “Mengapa kamu bicara padahal kamu belum mengamalkan?” sehingga asbab ini banyak org tidak mau berdakwah sebelum mengamalkan. Padahal maksud ayat dah hadits ini bukan spt itu. Ayat dan Hadits tersebut berlaku bagi org2 yg berdakwah utk memperbaiki org lain. Pedagang berdakwah ttg dagangannya itu sebenernya untuk dirinya sendiri bukan utk pembeli. Si pedagang berdakwah mengenai dagangannya utk kepentingan dirinya bukan utk kepentingan si pembeli. Org yg punya hutang banyak lalu dia berdagang, maka dia akan bilang kpd org2, “Beli ini…beli ini..” sebab kenapa? dia berdagang ini utk membayar hutang, bukan karena utk membantu pembeli, bukan seperti itu.
Jadi kita dakwah utk diri sendiri, terserah mereka mau terima atau tidak, mau percaya atau tidak. Org bilang inikan ada ayatnya, main dakwah2 saja, belum tau ayatnya sudah dakawah2 saja. Padahal terjemahannya tidak spt itu dan maksudnya tidak spt itu. Terjemahannya adalah: “Limatakunu limatafalun”. Kamu memerintahkan saya utk mengamalkan ini tapi kemudian kamu sendiri tidak mengamalkan, inilah terjemahan yg sebenarnya. Kenapa kamu katakan, “saya mau berjihad” ttpi kamu tidak berangkat berjihad. Maka kalian mengatakan sesuatu yg kalian sendiri tidak akan melakukan. (dibacakan ayat al quran) oleh maulana saad.
Kisah Nabi Isa a.s:
Org2 berbicara kpd Nabi Isa a.s, “Nanti kalau dimintakan perang kita akan perang.” Ttpi setelah diminta, malah duduk semua, tidak ada yg mau. Atas perkara ini Allah ingatkan mereka. Allah s.w.t berfirman utk mengingatkan mereka. “Bukankah kalian dulu berjanji, jika ada perintah berjihad, maka kalian mau berjihad, skrg sudah ada perintah berjihad kenapa kalian tidak mau berjihad !” itu hubungan nya kesana. Namun skrg org salah mentafsirkan. Kalau belum beramal kok berani mendakwahkan, ini lain maksudnya. Jadi tidak ada larangan belum beramal tidak boleh berdakwah. Tidak ada larangan org yg melakukan maksiat, dia tidak boleh melarang maksiat, tidak ada aturannya spt itu. Jika seseorg belum bisa mengamalkan amal baik, tidak ada larangan utk mendakwahkan amal tersebut.
Nabi Saw sabdakan: “Perintahkan kebaikan walaupun kamu belum bisa mengamalkan semuanya, Cegah kemungkaran walau pun kamu belum bisa meninggalkan semuanya.” Saya belum solat tahajjud, bagaimana saya bisa mengajak org tahajud? saya masih melakukan dosa, bagaimana saya bisa melarang org berbuat dosa? saya ini masih banyak melakukan dosa, bagaimana saya bisa mendakwahkan agama? “Org yg tidak mau berdakwah karena dia belum beramal ini spt org yg tidak mau berpuasa karena dia belum solat.” Maksud nya apa? Ini dua perintah yg berlainan. Puasa itu suatu perintah, ttpi solat itu suatu perintah yg lain. Jadi kalau org tidak solat, lalu tidak berpuasa, maka dua2nya ditinggalkan. Ini sama saja meninggalkan 2 perintah Allah. Apakah karena tidak solat sehingga ada izin utk tidak puasa? tidak seperti itu, itu dua perintah yg berbeda.
Inilah tafsir dlm Kitab Ma’riful Quran oleh Ummu Syafiroh, dia meluruskan: “Org yg tidak beramal kemudian dia tidak mau mendakwah amal itu maka ini spt org yg tidak mau berpuasa karena dia belum solat.” Padahal ini perintah yg lain satu sama lain: solat perintah yg tersendiri, puasa perintah yg tersendiri. Menjalankan perintah dgn mencegah kemungkaran ini suatu perintah. Bukan berarti belum beramal lalu kemungkaran didiamkan saja, tidak mau dakwah, tidak bisa begitu, rusak nanti umat. Kita niatkan bahwa kita dakwah untuk diri kita sendiri. Buktinya apa kita berdiri niat keluar di jalan Allah. Insya Allah!!
No comments:
Post a Comment