Friday, January 11, 2013

KISAH SAHABAT NABI ABDULLAH BIN ZUBAIR RA

Abdullah bin Zubair RA merupakan salah satu sosok sahabat yg istimewa, krn ia berhijrah ketika dlm kandungan ibunya. Ibunya pun seorg yg istimewa, Asma binti Abu Bakar, yg mempunyai peran besar ketika Nabi SAW dan Ayahnya dlm awal hijrah dicari-cari oleh org kafir Quraisy utk dibunuh. Ayahnya adalah seorg sahabat yg dijamin masuk syurga ketika masih hidup, salah satu dari 10 sahabat, Zubair bin Awwam RA. Allah menambah keistimewaannya krn ia menjadi bayi pertama yg lahir di masa hijrah. Tidak boleh dibayg kan bgmn beratnya Asma binti Abu Bakar berhijrah, ia dlm keadaan hamil tua ketika harus menempuh panasnya padang pasir sejauh hampir 500 km. Ketika baru beberapa hari di Quba, ia melahirkan dan bayinya dibawa kpd Nabi SAW. Beliau mengecup pipi dan mulutnya, hingga air liur Rasulullah SAW memasuki rongga mulutnyadan memberi nama ‘Abdullah’.

Tidak cukup smpi disitu saja, seluruh kaum muslimin, baik Muhajirin atau Ansar, mendukung bayi Abdullah ini keliling kota Madinah sambil menggemakan tahlil dan takbir. Apa yg sebenar nya terjadi? Ternyata, Beberapa waktu seblmnya org2 Yahudi menyebarkan berita bahawa dukun2 mrk telah menyihir kaum muslimin hingga menjadi mandul. Bagi penduduk Madinah, ancaman ini bukan hal kecil, krn selama ini mrk menganggap kaum Yahudi sbg org yg ‘dkt’ dgn Tuhan. Ttp dgn kelahiran Abdullah ini, mrk memperoleh bukti bahawa org2 Yahudi tersebut hanya menyebarkan khabar bohong semata. Ibnu Zubair hanya dlm masa kanak2 ketika Rasulullah saw masih hidup, ttp itu cukup membuatnya tumbuh menjadi pribadi yg kokoh dan teguh dgn keislaman, sbg mana kedua org tuanya. Ia berba’iat kpd Nabi saw ketika masih berusia 7 tahun dan beliau menerima ba’iatnya, padahal biasanya beliau tidak mau menerima ba’iat dari anak2. Ia tumbuh menjadi seorg ahli ibadah sbgmn orgtuanya dan sahabat2 senior Nabi saw lainnya. Kesehariannya bnyk diisinya dgn membaca dan mengkaji Al-Quran, serta sunat Nabi saw memperbnyk ibadah dan berpuasa di hari2 yg panas krn rasa takutnya kpd Allah. Ketika sdg solat, yakni saat sdg ruku dan sujud, tak jarang burung2 dara bertengger di punggungnya tanpa sedikitpun merasa terganggu solatnya.

Suatu ketika Rasulullah SAW berbekam dan menyuruh Ibnu Zubair utk membuang atau mengubur darah yg dikeluarkan dari kepala beliau. Ibnu Zubair membawanya, ttp bukannya membuang ia justru meminumnya. Ketika Nabi saw kemudian mengetahuinya, beliau bertanya, “Wahai Abdullah, engkau kemanakan darah bekamku tadi?” Ibnu Zubair berkata, “Aku kuburkan di tmpt yg paling tersembunyi, Ya Rasulullah…” Nabi saw yg telah mengetahui apa yg dilakukan Ibnu Zubair hanya tersenyum, lalu bersabda, “Org yg di dlmnya mengalir darahku, maka dia tidak akan disentuh api neraka…” Sesaat Rasulullah saw tercenung, spt menerawang jauh, kemudian bersabda lagi, “Ttp bgmnpun engkau akan membunuh org atau org itu yg akan membunuhmu.”

Sabda Nabi saw semcm ramalan bgmn akhir kehidupan Ibnu Zubair. Bahkan saat kelahirannya, beliau pernah mengibaratkan bahawa Ibnu Zubair ini spt seekor domba yg dikelilingi harimau yg berbulu domba. Pada masa khalifah Utsman bin Affan, ia bergabung dgn pasukan muslim yg dipersiapkan utk menyerang pasukan Romawi yg berjumlah 200 ribu org, s'mtara pasukan muslim sendiri hanya 20 ribu org. Pimpinan pasukan adalah gubenur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah. Pasukan ini ditujukan utk membebaskan Afrika, Andalusia dan Konstantinopel dari penjajahan dan tirani Romawi. Pimpinan pasukan Romawi yg bernama Jarjir mengadakan sayembara, brgsiapa boleh membunuh Abdullah bin Abi Sarah, ia berhak memperoleh hadiah sebesar 100 ribu dinar dan menikahi anaknya. Sayembara ini disebarkan juga di kalangan kaum muslim. Abdullah bin Zubair melihat bahaya adu domba ini dlm strategi Jarjir itu. Krn itu dgn persetujuan komandannya, ia membuat sayembara tandingan, ia berkata, “Kita tidak perlu khuatir, kita juga mengumumkan, bahawa brgsiapa yg boleh membunuh Jarjir, ia memperoleh hadiah 100 ribu dinar dan berhak menikahi putrinya.”

Ternyata tidak mudah membangkitkan semangat pasukan muslim hanya dgn sekedar sayembara tandingan spt itu. Krn itu, Abdullah bin Zubair bersama sekelompok sahabat dan temannya menjadi pasukan perintis utk menjebol pagar betis pasukan Romawi yg berlipat 10 kali ganda bnyknya tersebut. Ia berkata kpd pasukan perintis yg mendukungnya, “Lindungilah punggungkudan marilah menyerbu musuh bersamaku…!!” Pasukan ini berhasil membelah pasukan Romawidan terus merangsek maju menuju satu titik, yakni tmpt pengendali dan komandan pasukan, Jarjir. Seolah bahtera yg membelah gelombang, pasukan perintis ini seolah tidak terbendung hingga akhirnya smpi berhadapan dgn Jarjir. Abdullah bin Zubair sendiri yg bertempur dgn komandan pasukan Romawi yg ditakuti itudan akhirnya ia berhasil membunuhnya. Panji2 Islam berkibar di pusat komando pasukan Romawidan pasukan muslim yg terus bergerak di blkgnya juga berhasil memporak porandakan pasukan Romawi lainnya. Kemenangan yg gemilang ini tak lepas dari peran dan keberanian Abdullah bin Zubair, krn itu Abdullah bin Abi Sarah, komandan pasukan muslim, memberikan kehormatan kpdnya utk menyampaikan sendiri berita kemenangan ini kpd Khalifah Utsman di Madinah.

Abdullah bin Zubair tidak boleh menghindar ketika ia dihadapkan pada suasana fitnah stlh wafatnya khalifah Utsman. Dgn tegar ia berdiri di sisi Ali bin Abi Thalib, bahkan ketika Ali diturunkan dan kemudian tewas terbunuh, Ibnu Zubair dgn lantang menyatakan penolakan nya utk berba’iat kpd Muawiyah. Ketika Muawiyah memba’iat anaknya, Yazid bin Muawiyah utk menjadi khalifah ptidak mahutinya, dgn tegas pula ia menolaknya. Walau berbagai ancaman ditujukan pada dirinya, ia berkata, “Smpi bilapun dan bgmnpun aku tidak akan berba’iat kpd si Pemabuk itu..!!” Sgtlah beralasan jika Ibnu Zubair menyatakan penolakan nya ini tanpa selindung. Kalau terhadap ayahnya, Muawiyah, masih ada peng-hargaannya sbg sahabat Nabi saw dgn berbagai kebaikan dan kelebihan nya, di samping beberapa kekurangannya. Ttp terhadap Yazid Tiada alasan apapun utk mendukung dan menghargainya. Sebuah syair pendek dilontarkan nya sbg ungbila sikapnya terhadap Yazid, “Terhadap hal yg bathil, Tiada tmpt berlunak dan berlembut, kecuali jika geraham, boleh mengunyah batu menjadi lembut!!”

Terbuktilah kemudian, Yazid bnyk melakukan tindakan jahiliah yg menginjak-injak nilai-nilai keimanan dan kemanusiaan. Ia sama sekali tidak mengindahkan ajaran2 Islam dan kecintaan kpd Nabi saw, sebaliknya, hanya memperturutkan hawa nafsu dan ambisi kekuasannya semata. Pembantaian Husein bin Ali, cucu Rasulullah SAW di padang Karbala, beserta keluarganya dan para pengikutnya, penyerangan kota Madinah yg terkenal dgn peristiwa Harrahdan akhirnya penyerangan kota Mekah, semua itu diarsiteki oleh Yazid bin Muawiyah. Peristiwa2 ini merupakan sisi kelam dlm sejarah perkembangan Islam. Stlh sikap penolakannya terhadap Yazid ini, Abdullah bin Zubair pindah ke Mekah, begitu juga dgn Husein bin Ali yg juga dgn tegas menyatakan penolakannya. Ia ingin mengisi waktunya dgn lebih bnyk ibadah dan meninggalkan suasana “politik” yg penuh fitnah. Ttp pena takdir telah menetapkan ia harus mengarungi jln dan suasana tersebut utk menemukan syahidnya. Selalu saja ada yg dtg utk berdiri di blkg dirinya, menyokong sikap-sikapnya, dlm melakukan perlawanan terhadap berbagai kedzaliman yg dilakukan oleh Yazid sbg pihak penguasa.

Walau niatnya menghabiskan waktu utk ibadah, ttp Abdullah bin Zubair tak ubahnya seorg pemimpin di antara org2 yg juga beribadah bersamanya. Ttp, ternyata tidak semua pengikutnya itu memiliki niat tulus utk menegakkan kebenaran semata-mata, spt apa yg digambarkan dan diramalkan Nabi SAW saat kelahirannya,”Ia laksana domba, di antara harimau yg berbulu domba…” Stlh peristiwa Karbala, penduduk Madinah, yg sebhg besar adalah sahabat Anshar dan keturunan nya, mulai menyatakan penolakannya dgn tegas atas kekhalifahan Yazid. Krn itu Yazid mengirim pasukan besar utk menyerang Madinahdan stlh itu diperintahkan menyerang Abdullah bin Zubair di Mekah. Pada saat terjadi penyerangan Mekah dgn manjaniq, dimana penutup dan sebhg besar bhg Kaabah terbakar, dtglah khabar dari Syam, bahawa Yazid mati. Pasukan itupun kembali ke Syam seblm sempat menangkap atau mem-bunuh Abdullah bin Zubair. Masyarakat Hijaz dan sekitarnya memba’iat Abdullah bin Zubair sbg khalifah stlh kematian Yazid. S'mtara itu, Bani Umayyah mengangkat putra Yazid, Muawiyah bin Yazid sbg khalifah. Muawiyah ini sgt berbeza dgn ayahnya, ia seorg pemuda yg saleh, yg menghabiskan waktunya dgn ibadah. Seolah Allah ingin menjaga kebaikannya ini, ia dlm keadaan sakit ketika ayahnya meninggal  dan ttp dlm keadaan sakit selama 40 hari (atau dua bln dlm riwayat lainnya) dan ttp tinggal di tmpt tidurnya smpi ajal menjemputnya.

Marwan bin Hakam mengangkat dirinya sbg khalifah penerus Bani Umayyah dan menjelang kematiannya, ia menunjuk putranya Abdul Malik bin Marwan sbg ptidak mahutinya. Abdul Malik ini membentuk pasukan besar berjumlah 40.000 org di bwh kepemimpinan Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi utk menyerang Ibnu Zubair di Mekah. Pasukan ini melakukan pengepungan Mekah selama berbln2 sambil menyerangnya dgn manjaniq. Akibat pengepungan ini, sebhg besar anggota pasukan Ibnu Zubair menyerah atau membelot ke pasukan Hajjaj krn kekurangan makanan dan kelaparan. Ttp ada juga yg berkhianat krn tergiur dgn berbagai tawaran kenikmatan duniawiah yg ditawarkan oleh Hajjaj. Pengikut yg setia mendampingi Ibnu Zubair makin sedikit saja, ttp yg justru dikhuatirkan Ibnu Zubair adalah keselamatan para pengikutnya tersebut. Ia meminta mrk utk menyingkir saja, ttp mrk ini tidak mau meninggalkannya sendirian sbgmn teman2nya yg lain. Mrk siap mempertaruhkan nyawanya asalkan ttp diizinkan utk mendampinginya.

Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma binti Abu Bakar yg telah berusia sekitar 97 tahun dan telah buta matanya, utk mendiskusikan masalah yg dihadapinya. Ibnu Zubair menceritakan situasi yg sdg dihadapinyadan berbagai kemungkinan yg terjadi pada pasukan yg dipimpinnya, yg jumlahnya mmg sgt sedikit. Ibunya ini mmg wanita hebat, putri dari seorg sahabat yg hebat, isteri dari sahabat yg hebatdan dipuji dan dididik oleh seorg yg mulia dan hebat, Nabi SAW. Krn perannya ketika membantu Rasulullah dan ayahnya ketika ber-sembunyi di gua Tsur, seblm kemudian hijrah ke Madinah, beliau memberi kan gelar kpdnya Zatun Nithaqain.

Atas permasalahan putranya ini, Asma menyatakan, bahawa tidak sepatutnya ia memilih dan melakukan sesuatu, kecuali di atas jln kebenaran. Tiada kamus menyerah dan mundur dari perjuangan hanya krn terlalu kuatnya musuh, ter-lebih lagi krn terpikat oleh tawaran kenikmatan duniawiah, sungguh suatu kecelakaan besar dan menyimpang dari jln yg dirintis oleh ayahnya, datuknya dan para sahabat yg telah gugur mendahuluinya. Abdullah bin Zubair berkata kpd ibunya, “Wahai Ibu, saya juga meyakini spt itu, hanya saja saya khuatir, org2 Syam itu akan menyalib dan menyayat2 tubuhku stlh mrk membunuhku!!” Mmg, sebenarnya yg dikhuatirkan adalah perasaan ibunya kalau jasadnya akan diperlaku kan dgn sgt biadab spt yg telah “biasa” mrk lakukan seblmnya, misal nya yg terjadi pada peristiwa Karbala dan Harrah. 

Apalagi pemimpin pasukan Syam itu, Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi terkenal sbg org yg sgt kejam dan biadab, sgt jauh dari akhlak Islami walau dia pemeluk Islam. Namun, Ibnu Zubair mem-peroleh jawaban yg tidak tersangka-sangka dan sgt luar biasa dari ibunya, “Wahai anakku, sesungguhnya kambing itu tidak merasakan sakit walau dikuliti stlh disembelih, Teruskan langkahmu dan mintalah pertolongan kpd Allah!!” Asma hendak memeluk putranya tersebut utk terakhir kali, ttp tgnnya men-yentuh baju besi yg dipakai Ibnu Zubair, segera saja ia berkata, “Apa-apaan ini Abdullah..!! Org yg memakai ini, hanyalah mrk yg tidak menginginkan apa yg sebenarnya engkau inginkan(yakni, kesyahidan)!!” Abdullah bin Zubair segera melepas baju besi tersebut kemudian berpelukan dgn ibunya. Asma mengucap kan beberapa patah doa sbg pengiring dan penyemangat anaknya utk terakhir kalinya. 

Ibnu Zubair beranjak menuju sisa pasukan yg setia men-dampinginya, kemudian mrk menyerang pasukan Hajjaj dan terjadi pertempuran tidak seimbang yg akhirnya mengantar Ibnu Zubair dan pasukan nya menuju gerbang kesyahidan dan spt telah diperkirakan oleh Ibnu Zubair, Hajjaj menyalib dan menyayat tubuhnya yg telah kaku. Namun semua itu tidaklah menjadikannya tercela, justru menambah kemuliaan dirinya di sisi Allah.

No comments:

Post a Comment