Friday, January 11, 2013

KISAH SAHABAT NABI ASMA BINTI ABU BAKAR RA.

Asma binti Abu Bakar, adalah putri Abu Bakar dari isterinya, Qutailah binti Abdul Uzza al Amiriyyah yg telah diceraikan semasa jahiliah. Ia lebih tua 10 tahun dari adiknya Aisyah RA, salah satu dari Ummahatul Mukminin. Ketika Abu Bakar dan Rasulullah SAW berangkat hijrah ke Madinah, mrk berdua bersembunyi di Gua Tsur selama 3 hari. Kaum Quraisy yg kehilangan jejak mrk berdua mendtgi rumah Abu Bakar, begitu pintu dibuka oleh Asma binti Abu Bakar, Abu Jahal berkata, “Dimana ayahmu??” “Demi Allah, aku tidak tahu dimana ayahku berada…!!” Kata Asma.

Abu Jahal sgt marah dgn jawaban singkat ini, ia mengangkat tgnnya dan menampar dgn keras pipi Asma sehingga anting-antingnya terlepas. Stlh itu mrk berlalu dan memerintahkan utk mengepung semua jln keluar dari Mekah. Tidak lama kemudian, kakeknya Abu Quhafah, ayah dari Abu Bakar, mendtgi cucunya tersebut krn ia mendgr kalau Abu Bakar telah meninggalkan Kota Mekah. Ia khuatir kalau cucu-cucunya terlantar stlh ditinggal pergi ayahnya. Ia menanyakan kpd Asma ttg harta yg ditinggalkan utk biaya kehidupan mrk. Asma sgt memahami kekhuatiran yg dirasakan oleh kakeknya inidan sebenarnyalah Abu Bakar telah membawa hampir semua harta kekayaannya sebnyk 6.000 dirham. Krn ia bersiasat utk menenangkan hati kakeknya. Ia meletakkan batu kerikil di lubang penyimpanan wang ayahnya dan menutupinya dgn kain. Stlh itu ia menuntun kakeknya yg telah buta tersebut dan meletakkan tgnnya di lubang penyimpanan wang sambil berkata, “Inilah harta yg ditinggalkan utk kami, Kakek!!” Abu Quhafah meraba kerikil yg tertutup kain dlm lubang penyimpanandan menganggapnya sbg wang dirham yg cukup bnyk.Krn itu ia berkata, “Baguslah kalau ia meninggalkan ini utk kalian…!!”

Stlh bersembunyi selama 3 hari di Gua Tsur, Nabi SAW dan Abu Bakar memutuskan utk berangkat ke Madinah. Asma mempersiapkan perbekalan, makanan dan minuman utk perjlnan beliau dan ayahnya, lalu membawanya ke Gua Tsur. Ttp ia lupa tidak membawa tali utk mengikatkan perbekalan tersebut ke tunggangan, krn itu ia membelah dua ikat pinggangnya. Satu potong diguna kan utk mengikat perbekalan ke tunggangan, satunya lagi dipakainya sbg ikat pinggang. Melihat apa yg dilakukannya ini, Nabi SAW menggelarinya “Dzaatun Nithaaqain” (yg memiliki dua ikat pinggang). Semua peristiwa itu terjadi ketika Asma dlm keadaan hamil, bahkan suaminya, Zubair bin Awwam telah terlebih dahulu hijrah bersama kaum muslimin lainnya, sbgmn diperintahkan Rasulullah SAW. Sungguh pengorbanan yg tidak terkira dari wanita perkasa ini. Dan semua itu dilakukannya dgn ringan dan ikhlas, krn kecintaannya kpd Allah dan Rasul-Nya.

Beberapa hari berlalu stlh peristiwa itu, saat itu Nabi SAW beserta Abu Bakar telah meninggalkan tenda Ummu Ma’bad, terdgr suara yg menggema seantero Mekah, suara syair yg diucapkan berulang-ulang, “Allah Penguasa Arasy melimpahkan pahala yg terbaik, dua org yg lemah lembut lewat di tenda Ummu Ma’bad, mrk melanjutkan perjlnan stlh singgah sejenak, sungguh beruntung org yg menyertai Nabi Muhammad (SAW), ceritakan apa yg disingkirkan Allah dari kalian, krn perbuatan org2 yg tidak mendpt balasan, Bani Ka’b benar2 menjadi hina krn anak2 gadisnya, tanah yg subur adalah tmpt duduk bagi mrk yg percaya, tanyalah saudari kalian ttg domba dan bejananya, jika kalian tanyakan domba itu tentu akan melihatnya…”

Hampir semua penduduk Mekah keluar dari rumahnya utk mencari siapa gerangan yg mengucap kan syair tersebut, ttp mrk tidak boleh menemukan seorgpun. Padahal syair itu masih saja jelas terdgr dan mrk boleh mengikuti jejak suaranya yg berpindah2. Asma binti Abu Bakar juga keluar dari rumahnya dan ia melihat sosok lelaki yg bergerak cpt di dataran rendah Mekah sambil melantunkan syair tersebut. Tidak berapa lama ia telah tampak di dataran tinggi Mekah, masih ttp melantunkan syair tersebut. Namun demikian hanya Asma yg melihatnya, s'mtara penduduk Mekah lainnya hanya menemukan jejak2nya di pasirdan juga jejak suaranya. Melihat gerakannya yg cpt, tentulah ia bukan manusia biasa, layaknya jin saja atau malaikat, Wallahu alam. Yg jelas, dari syair-syair tersebut, Asma dan org2 muslim yg masih tinggal di Mekah mengetahui bahawa Nabi SAW berada dlm perjlnan ke Madinahdan berada di jarak yg aman dari pengejaran kaum Quraisy.

Beberapa hari berlalu, stlh suasana kota menjadi tenang kembali krn hijrahnya Nabi SAW dan Abu Bakar, Asma dan saudara2nya menyusul hijrah ke Madinah beserta beberapa org muslim yg masih tertinggal. Stlh beberapa hari tinggal di Madinah, ia melahirkan seorg bayi lelaki yg diberi nama Abdullah. Kaum muslimin, baik dari kalangan Anshar ataupun Muhajirin menyambut gembira kelahiran Abdullah bin Zubair seakan memperoleh “durian runtuh”, mrk mengalu-alukannya bahkan membawa nya keliling kota Madinah melewati kampung2 orgYahudi. Apa sbbnya begitu “heboh” penyambutan kelahiran bayi Asma ini? Org2 Yahudi di Madinah ternyata tidak senang dgn kehadiran Nabi SAW dan kaum Muhajirin di sana. Mrk mengatakan bahawa dukun-dukun Yahudi telah menyihir org2 muslim tersebut sehingga mrk semua akan mandul. Krn itulah ketika Asma melahirkan putranya, kaum muslimin menyambutnya dgn gegap-gempita dan membawanya melewati kampung2 Yahudi utk membuktikan bahawa apa yg mrk katakan hanyalah kebohongan semata-mata.

Asma sempat mengalami masa-masa sulit dlm kehidupannya, kemudian berbalik menjadi kelimpahan, ttp semua itu tidak merubah kesalehannya dan ia ttp teguh memegang kebenaran. Allah memanjang kan usia Asma dan ia mengalami masa-masa fitnah, hingga saat beralihnya kekuasaan ke tgn dinasti Bani Umayyah. Ketika ia melahirkan putranya, Abdullah bin Zubair dan putranya tersebut dibawa kpd Rasulullah SAW, beliau melihat suatu gambaran jln kehidupan putranya tersebut, beliau bersabda ttg Abdullah bin Zubair, “Dia laksana domba, yg dikelilingi oleh harimau yg berbulu domba….!!” Stlh peristiwa Karbala dan Harrah di Madinah, disusul kemudian dgn kematian Yazid bin Muawiyah, masyarakat Hijaz dan sekitarnya memba’iat putra Asma, Abdullah bin Zubair, sbg khalifah dgn kedudukannya di kota Mekah. S'mtara di Syam, Bani Umayyah mengangkat Marwan bin Hakam, kemudian digantikan oleh putranya, Abdul Malik bin Marwan. Khalifah Abdul Malik ini membentuk pasukan besar berkekuatan 40 ribu org dgn komandannya yg bengis dan kejam, Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi, utk menyerang Mekah, khususnya utk membunuh Abdullah bin Zubair.

Pasukan Syam ini melakukan pengepungan kota Mekah selama berbln2 sambil menyerangnya dgn manjaniq (katapel besar dgn peluru batu2an dan terkadang berapi), sehingga sebhg Masjidil Haram dan Ka’bah mengalami kerosakkan. Akibat pengepungan ini, sebhg besar anggota pasukan Ibnu Zubair menyerah atau membelot ke pasukan Hajjaj krn kekurangan makanan dan kelaparan. Ttp ada juga krn berbagai tawaran kenikmatan duniawiah yg ditawarkan oleh Hajjaj. Para pengikut yg setia mendampingi Ibnu Zubair makin sedikitdan ia mengkhuatirkan keselamatan mrk. Ttp mrk ini tidak mau meninggalkannya sendirian sbgmn teman2nya walau nyawa harus menjadi taruhannya. 

Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma binti Abu Bakar yg telah berusia sekitar 97 tahun dan telah buta matanya, utk mendiskusikan masalah yg dihadapinya. Ibnu Zubair menceritakan situasi yg sdg dihadapinya itu kpd ibunyadan berbagai kemungkinan yg terjadi pada pasukan yg dipimpinnya, yg jumlahnya mmg sgt sedikit. Mendgr penuturan putranya tersebut, Asma jadi teringat dgn “ramalan” Nabi SAW saat melahirkannya. Inilah masa yg digambarkan oleh Rasulullah SAW utk putranyadan ternyata ia ditakdirkan utk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sbg seorg ibu yg berhati tegar dan sgt teguh memegang kebenaran, Asma berkata, “Demi Allah, wahai anakku, engkau lebih tahu ttg dirimu. Jika engkau berada di jln kebenarandanengkau menyeru kpd kebenaran tersebut, teruskanlah langkahmu, sahabat2mu telah bnyk yg gugur demi kebenaran tersebut. Jgnlah engkau mau dipermainkan oleh budak-budak Bani Umayyah. Ttp jika sebaliknya, engkau hanya menginginkan dunia, engkau adalah seburuk-buruknya org yg mencelakakan dirimu sendiri dan juga org2 yg berjihad bersamamu…”

Tentu saja Abdullah bin Zubair bukan tipe yg kedua, yg hanya mementingkan kepentingan duniawiah. Ketika ia menyatakan kekhuatirannya bahawa Hajjaj akan menyalib dan menyayat-nyayat tubuhnya stlh kematiannya, dgn tegas ibu yg perkasa ini berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya kambing itu sama sekali tidak merasakan sakitnya dikuliti stlh ia disembelih. Teruskanlah langkahmudan mintalah petolongan kpd Allah…!!” Abdullah bin Zubair menjadi lega, krn sesungguhnya yg dikhuatirkan adalah perasaan ibunya. Sesaat kemudian Asma berkata lagi kpd putranya, “Aku memohon kpd Allah, semoga ketabahan hatiku ini menjadi kebaikan bagimu, baik engkau yg mendahului aku menghadap Allahatau aku yg mendahuluimu….” Sesaat kemudian Asma berdoa, “Ya Allah, semoga ibadahnya sepjg mlmdan puasanya sepjg siang, serta baktinya kpd dua org tuanya, Engkau menerimanya disertai dgn cucuran RahmatMu. Ya Allah, aku serahkan segala sesuatu ttg dirinya kpd kekuasaanMudan aku rela menerima keputusanMu. Ya Allah, berilah aku pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubair ini, pahalanya org2 yg sabar dan bersyukur….” Dgn ucapan dan doa yg dipanjatkan ibunya ini, langkah dan hati Ibnu Zubair terasa lepas, Tiada lagi ganjln apapun pada dirinya utk memperoleh kesyahidan yg didambakannya. Mrk berpelukan dan demi diketahuinya bahawa anaknya masih memakai baju besi, Asma memerintah kan utk melepaskannya, sambil berkata, “Apa-apaan ini Abdullah..!! Org yg memakai ini, hanyalah mrk yg tidak menginginkan apa yg sebenarnya engkau inginkan…!!”

Ibnu Zubair pun melepaskan baju besi yg dipakaianya. Stlh mengucapkan salam perpisahan dgn ibunya, ia bersama sisa pasukannya yg tidak seberapa terjun menghadapi pasukan Hajjaj. Dan spt telah diperkirakan, mrk menemui syahidnya di Tanah Haram Mekah dan Hajjaj menyalib serta menyiyat tubuhnya. Asma dgn tegar berdiri di tmpt penyaliban putranya, sambil terus mendoakan ampunan bagi dirinya. S'mtara itu Hajjaj mendkti Asma sambil berendah diri dan berkata, “Wahai Ibu, Amirul mukminin Abdul Malik bin Marwan memberiku wasiat utk memperlakukan ibu dgn baik…maka, apakah ada keperluan ibu kpd kami?” 

Dgn suara tegas berwibawa, Asma berkata, “Aku bukan ibumu, aku adalah ibu dari org yg engkau salib dlm tiang karapan itu…. Hanya aku ingin menyampaikan satu ucapan Rasulullah SAW kpdmu, beliau bersabda: ‘ Akan muncul dari Tsaqif, seorg pembohong dan seorg durjana/bengis… “Ttg siapa pembohong itu, telah kita ketahui bersama… (yakni, Mukhtar bin Abi Ubaid ats Tsaqafi yg mengaku sbg nabi). Sdgkan sang durjana/bengis, sepengetahuanku adalah engkau orgnya!!” Hajjaj tidak berkutik dgn perkataan Asma ini dan ia berpaling pergi. Kemudian Asma memerintahkan utk menurunkan jenazah anaknya dan menguburkan dgn layak. Ttp sebhg riwayat lain menyebutkan, Hajjaj memenggal kepala Ibnu Zubairdan mempersembahkannya kpd Abdul Malik bin Marwan di Syam. Asma binti Abu Bakar wafat beberapa hari stlh kematian putranya tersebut, yakni tanggal 17 Jumadil Awal tahun 73 hijriah. Menurut sebahagian riwayat, ia merupakan sahabiah (sahabat wanita) yg paling terakhir meninggal dunia.

No comments:

Post a Comment