Air mata memang ibarat hujan yang jatuh dari langit pada tanah hati yang tandus, gersang, dan kering kontang. Ia boleh melunakkan hati dan jiwa yang keras membatu, hingga perlahan lunak dan menjadi peka terhadap segala pemberian Allah dan segala anugerahNya yang Maha Indah.
Dalam Islam, air mata sangat berharga nilanya saat penyesalan (taubat), kerinduan pada manusia-manusia yang tawaduk. Menyiram kegersangan tanah hati dan jiwa, serta kalbu yang gersang dengan berbagai nista hingga perlahan pupus bagaikan debu-debu yang hanyut terbawa arus oleh butiran-butiran doa yang dimunajatkan padaNya.
Mahal, sungguh sangat mahal harganya titisan air mata yang mengalir saat khusyuk menghadapNya, bahkan salah satu dari titisan air mata yang disukai oleh Rasulullah s.a.w adalah air mata yang mengalir karena takut dan rindu kepada Allah s.w.t.
Baginda, kekasih Allah, menumpahkan air mata beliau kerana penuh harap untuk berjumpa denganNya, meskipun Baginda sudah dijamin kedudukannya di sisi Allah dan tergolong makhluk yang mulia di mata peduduk langit dan penduduk bumi. Lalu, bagaimana dengan kita?
Tatkala kita terlahir dalam keadaan menangis, orang-orang di sekeliling kita justeru bahagia karena menyambut kelahiran kita di dunia. Namun orang-orang yang kita tinggalkan menangis pilu saat kita meninggal. Saat itu, apakah kita juga turut menangis ataukah tersenyum bahagia karena akan berjumpa dengan Allah?
Adakah amal kita lebih banyak dari dosa kita yang berserakkan di setiap jengkal kehidupan yang kita pijak? Adakah amal kita lebih besar dari gunungan dosa yang kita buat dalam setiap detik waktu yang Dia hadirkan? Dan adakah amal kita berumur panjang dari umur kita hidup di dunia yang sangat singkat ini? Apakah prestasi kita hanya lahir, hidup, lalu mati dan dilupakan orang, bahkan oleh orang-orang terdekat kita? Lalu setelah itu pasrah, rebah di atas bantalan tanah dan cemas menanti pengadilan hakiki yang pasti tiba. Laa haula wa laa quwwata illaa billah.
Wahai saudaraku, semoga Allah s.w.t menjadikan air mata yang jatuh di sudut-sudut mata kita menjadi air mata yang berharga di pandanganNya, menjadi air mata takwa yang dapat membersihkan hati yang pekat dan penuh karat maksiat menjadi hati yang mudah dimasuki cahaya Ilaahi Rabbi. Semoga air mata kita kelak tidak menjadi titisan darah kerena letihnya berteriak di depan pintu surga yang tertutup rapat di hari pembalasan kelak.
Sungguh, air mata kita di dunia adalah lebih baik daripada menangis di akhirat nanti. Menangislah sebelum datang hari dimana kita akan ditangisi, karena itu pasti terjadi. Dan ingat, sebaik-baik air mata adalah air mata takwa yang datang dari hati, yang datang dari rasa cinta kita pada Yang Memberi Cinta, Allahu Rabbul ‘Izzati.
No comments:
Post a Comment