Bnyk org keliru dlm memahami posisi antara ulama Fikih dan ulama Hadis. Mrk memandang Imam Bukhari (wafat 256 Hijrah/870 Masehi) dan Imam Muslim (wafat 261 Hijrah/875 Masehi) (keduanya ulama hadis) lebih mumpuni dpd para ulama Fikih.
Bahkan menganggap ulama Fikih tidak mengerti hadis, serta bnyk org menygka Imam Bukhari hidup lebih awal dari para imam mazhab, padahal sebaliknya, para imam mazhab justru hidup lebih awal dari para imam hadis. Kalau kita mau tahu siapakah ulama hadis yg paling tinggi darjat keilmuannya, ternyata bukan Bukhari atau Muslim, melainkan para ulama mazhab, iaitu al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik, al-Imam Asy-Syafie dan al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahumullah. Ulama2 mazhab ini selain ahli fikih, mrk sgt mumpuni dlm ilmu hadis.
Knp mrk lebih tinggi darjat keilmuannya dari Bukhari dan Muslim? Jawabannya, krn ilmu yg mrk miliki bukan sebatas mengetahui apakah suatu hadis itu sahih atau tidak. Ttp lebih jauh dari itu, mrk faham betul ilmu dirayah dan riwayah hadis. Mrk juga menyusun kaidah dan ketentuan, bila suatu hadis boleh diterapkan utk satu kasus dan bila tidak boleh diterapkan. Dan tolok ukurnya bukan semata kesahihan, ttp ada lusinan pertimbangan lainnya. Maka para fuqaha dan mujtahid itu lebih tinggi dan lebih luas ilmunya dari sekedar menjadi ulama hadis atau muhaddits.
Para ulama Mazhab Syafie berdasarkan apa yg mrk pahami dari Al-Quran dan Hadis Sahih memandang bahawa, azan selain berfungsi utk mmggil org2 utk solat berjamaah, azan juga dikumandangkan utk konteks di luar solat, spt: ketika ada bencana alam semisal angin taufan, gempa, tsunami dan kebakaran, binatang buas, org kesurupan/kemasukan jin, sbb mrk adalah makhluk Allah yg juga takut dgn kalimat thayyibah, begitu juga bagi org yg akan naik haji dan jenazah yg akan dikebumikan.
Dlm kitab Fathul Mu’in itu disebutkan, ”Dan telah disunnahkan juga azan utk selain keperluan mmggil solat, berazan pada telinga org yg sdg berdukacita, org yg sakit sawan, org yg sdg marah, org yg jahat akhlaknya dan binatang yg liar atau buas, saat ketika terjadi kebakaran, saat ketika jin2 memperlihatkan rupanya yakni bergolaknya kejahatan jin dan azan serta iqamat pada telinga anak yg baru lahir dan saat org musafir memulai perjlnan.”
Hal serupa telah dialami penulis ketika masih kecil, di kampung halamannya pada tahun 80-an, saat petir menyambar diiringi suara guruh yg saling sahut menyahut. Di kejauhan sana nampak angin putih mirip puting beliung (ukuran kecil) sdg berjln menuju kampung kami. Ketika kami menyadari akan hal itu, orgtua kami mengumandangkan azan dan alhamdulillah angin beliung itu yg semula berjln tegak lurus menjulang tinggi, lalu berubah berjln miring dan tidak mendkti kampung kami, sehingga tiada korban.
No comments:
Post a Comment