Saudara-saudara dan teman-teman yang terhormat, Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hamba yang hina ini telah menerima bayan dan Hadhraji rah.a dan Maulana Muhammad Umar. Setelah membacanya, saya memperoleh manfaat yang sangat besar. Hati saya sangat bersemangat untuk menuliskan sebahagian dari bayan tersebut kepada teman-teman saya. Saya sangat mengharapkan agar mereka memperoleh taufiq dari Allah swt, yakni mampu mengamalkannya.
Orang yang benar-benar waspada terhadap hawa nafsunya sambil bekerja keras untuk memperbaiki agama orang lain, ia juga akan dapat mempertahankan proses ishlah dan belajar, sehingga ia dapat melaksanakan perintah agama. Bekerja keras untuk memperbaiki keadaan agama diri sendiri juga merupakan keharusan asalkan dikerjakan berdasarkan tertib usaha agama yang benar. Apabila tertib ini dilanggar, hidupnya tidak akan berada dalam aturan yang benar dan ia tidak akan mempunyai ghirah yang benar. Tertib ini perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Jika tidak, dikhawatirkan akan terbuka pintu fitnah. Semoga Allah swt melindungi kita semua. Aamiin.
1). Antara lain, salah satu tertib yang perlu diperhatikan adalah kita jangan sampai mempunyai pikiran untuk memperoleh keuntungan pribadi dari orang lain, tetapi pikirkanlah agar kita dapat memberikan keuntungan kepada orang lain. Namun demikian, apabila kita memperoleh keuntungan dari orang lain, hendaknya kita melakukan tindakan dan tertib tertentu agar tidak terjerumus oleh nafsu.
2). Hindarilah melakukan perbuatan yang melampaui batas, yakni tanpa lewat musyarawah, karena perbuatan ini akan menyebabkan timbulnya keburukan dan berkurangnya kebaikan. Musyawarah yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut masalah umat adalah wajib, sedangkan musyawarah yang bersangkutan dengan masalah pelaksanaan Tabligh (atau orang-orang yang dibebani tanggung jawab) yang berkaitan dengan masalah-masalah pribadi adalah’ mustahab (disukai). Musyawarah ini akan melindungi kita dari berbagai keburukan dan juga dari berbagai bentuk kecurigaan.
3). Selalulah berusaha untuk menjaga agar hati tetap bersih dalam melihat berbagai keadaan umat Islam. Tanpa kebersihan hati akan timbul perasaan benci di dalam hati sehingga akan menghalangi proses ishlah diri. Hadapilah orang-orang yang berbuat maksiat dan zalim dengan lemah lembut dan kasih sayang karena tidak ada pendekatan lain yang lebih efektif.
4). Gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya, jauhilah perbuatan yang sia-sia.
5). Selalulah mentaati amir. Patuhilah ia, baik dengan sukarela atau terpaksa. Tumbuhkanlah rasa memuliakan dan menghormati dirinya di dalam hati. Ketika melihat kekhilafannya, janganlah mencurigainya atau berprasangka buruk kepadanya. Setiap orang memiliki kekhilafan dan kesalahan, kecuali para nabi dan malaikat. Namun kekhilafan dan kesalahan tersebut tidaklah menyebabkan berkurangnya perasaan dekatnya dengan Allah swt. Sesungguhnya, dengan bertaubat akan lebih mendekatkan kepada Allah swt.
6). Anggaplah diri anda orang yang beruntung karena dapat menggunakan harta maupun diri anda di jalan ini Karena, cinta kepada harta dapat menghalangi proses ishlah diri. Sesungguhnya, cinta kepada harta dapat menjerumuskan seseorang kepada kejahatan, sehingga dari sini, ia akan melakukan berbagai kemaksiatan. Membelanjakan harta di jalan Allah swt hendaknya lebih diperbanyak dibandingkan membelanjakan harta untuk keperluan orang lain atau untuk keperluan diri sendiri. Kurangilah penggunaan harta untuk kenikmatan dan keperluan pribadi dan belanjakanlah harta sesuai dengan yang telah digariskan oleh Allah swt. Tanpa melakukan ini semua, tidak ada jaminan bahawa harta akan terselamat dari fitnah. Inilah antara lain yang menjadi sifat khas para sahabat r.a.
7). Apabila amir menegur dengan keras dan memarahi anda, hendaknya dipahami bahawa teguran dan kemarahan tersebut bermanfaat bagi anda. Inilah sunnah yang luar biasa yang tetap ditegakkan hingga zaman Khulafaur-Rasyidin. Ishlah yang sempurna tidak akan dapat dicapai tanpa mengamalkan sunnah ini. Kisah para sahabat r.a dihiasi dengan sunnah. Ratusan dan ribuan peristiwa seperti ini dan ustaz-ustaz kita juga diceritakan dalam kaitannya dengan ilmu dan oleh masyeikh (pembimbing ruhani) dalam kaitannya dengan zikrullah.
Kisah Umar r.a dengan cambuknya kiranya cukup terkenal. Akan tetapi, hal ini tak seorang pun yang memiliki kesanggupan untuk menanggungnya. Kami pernah menyaksikan Maulana Muhammad Ilyas rah.a. bersikap keras kepada orang-orang sebagaimana seorang hafizh melakukannya di Maktab. Paling tidak satu atau dua kali, beliau pernah mengusir beberapa orang agar keluar saja dari masjid. Meskipun demikian, mereka memilih untuk tetap dekat dengan beliau. Sehingga, dengan tangan terbuka beliau mempersilakan mereka agar tetap berdekatan dengan beliau. Pendek kata, tindakan dengan cara memberi hukuman yang beliau terapkan sedemikian kerasnya terutama demi untuk ishlah bagi orang-orang lama. Sedangkan orang-orang baru diperlakukan dengan penuh kehormatan dan kemuliaan. Pada suatu ketika, hamba yang hina ini juga pernah ditampar oleh beliau. Tetapi perlakuan ini justeru menambah rasa cinta kepada beliau dan semakin memperkuat ikatan antara diri saya dengan beliau.
Sebahagian (dari orang-orang yang ditegur) tersebut melipat perlengkapan tidurnya kemudian pulang ke rumah. Tetapi, ketika kemarahan mereka telah reda, mereka kembali lagi kepada beliau. Sedangkan orang-orang yang memiliki wawasan luas bersikap teguh. Mereka tidak mau meninggalkan beliau meskipun mereka dipukul atau diusir karena mereka datang semata-mata untuk agama Allah dan bukan untuk memperoleh keuntungan dunia. Pendek kata, tindakan menghukum ini juga merupakan bentuk agama meskipun orang-orang telah merasa asing dengannya. Mengajar saja tanpa memberikan teguran dan hukuman, maka peluang untuk memperoleh kemajuan dan ishlah sangatlah kecil.
8). Anggaplah diri kita sebagai orang baru karena kita belum memiliki sifat; dan anggaplah diri kita sebagai orang lama, yakni kita harus banyak mengorbankan waktu. Sikap ini perlu diterapkan agar tumbuh sifat yang benar dalam diri kita. Orang yang tidak mau ditegur oleh amir, ia adalah orang baru. Hal yang sama juga berlaku bagi seseorang yang setelah melakukan sebuah kesalahan tidak mau ditegur dengan keras oleh amir. Sesungguhnya, ishlah terhadap orang seperti itu merupakan pekerjaan yang sulit. Akan tetapi, bagi orang yang sentiasa bermujahadah dan keluar bersama-sama jamaah ada secercah harapan bahawa Allah swt akan menanamkan sifat-sifat yang mulia kepada mereka.
9). Hendaknya kita menempatkan diri kita sebagai orang yang mencari, bukan orang yang dicari. Hormatilah dan muliakanlah orang lain. Jangan memaksa orang lain untuk memuliakan anda. Apabila orang lain menghormati anda, anggaplah diri kita tidak layak menerima penghormatan itu. Sebaliknya, anggaplah penghormatan yang ditujukan kepada kita itu berbahaya bagi kita karena dapat menyebabkan tinggi hati. Bahkan kita jangan sampai menginginkan agar orang-orang menghormati kita. Apabila seseorang menghormati kita, lihatlah keadaan diri kita dan berkatalah dalam hati, “Orang itu menghormati saya karena ia tidak tahu kesalahan-kesalahan saya.
Seandainya ia mengetahuinya, ia sama sekali tidak akan mau menghormati saya."Dan anggaplah bahawa penghormatan tersebut ditujukan kepada kegiatan dakwah yang kita lakukan, jangan dilihat sebagai penghormatan terhadap pribadi kita. Seseorang hanya tunduk dan patuh karena amal shalih yang dikerjakannya. Orang yang tidak memiliki amal shalih, ia tidak akan dihormati orang lain. Orang yang sentiasa mampu melihat kesalahannya sendiri dan risau terhadap akhirat dan kubur, hatinya tidak pernah menginginkan untuk dihormati orang lain. Selalulah memikirkan akhirat dan mengingat mati. Takutlah terhadap azab Allah atas dosa-dosa anda, sekalipun dosa itu sangat kecil dan anggaplah bahawa dosa orang lain yang besar akan diampuni. Inilah cara untuk memperoleh keselamatan.
10). Anggaplah diri kita bertanggung jawab untuk seluruh dunia. Berpikirlah bahawa kita dibebani tanggung jawab yang besar dan renungkanlah: “Mengapa saya tidak berjuang keras sehingga agama dapat tersebar dan kemungkaran dapat hilang."Hendaknya kita merasa risau dan marah terhadap kemungkaran yang melanda dunia. Renungkanlah tentang cara-cara memberantas kemungkaran sambil berdoa kepada Allah swt.
Ketika orang-orang lama menganggap diri mereka sebagai pakar dalam usaha ini maka yang terjadi adalah perpecahan, bukan persatuan. Sikap ini juga tidak membawa kepada ishlah diri, tetapi akan mengeraskan hati. Apabila diingatkan, mereka lebih suka meninggalkan usaha ini. Sebahagian lainnya merasa kehilangan semangat ketika ada yang mengatakan kepadanya, “Engkau telah menghabiskan seluruh hidupmu untuk usaha ini Engkau telah mengorbankan hartamu dan hidupmu demi usaha ini Namun orang-orang dan orang lama lainnya tidak memandangmu dan tak menghargai pengorbananmu.”
Sesungguhnya ini ucapan-ucapan seperti itu merupakan jebakan dan ujian yang berat yang berbahaya. Masih ada sejumlah bahaya-bahaya lainnya yang harus dihadapi. Orang-orang berusaha untuk memecahkan masalah dengan meminta bantuan orang kaya dan orang yang berpengaruh yang ikut serta dalam Tabligh. Perhatian mereka tertuju kepada makhluk, bukan kepada Khaliq. Kalimah telah merosot hanya sebatas dalam kata-kata. Pembicaraan agama telah menjadi slogan dan rutinitas doa kehilangan ruh dan kekuatan. Orang-orang menganggap bahawa usia tua adalah usia untuk bersantai-santai, bernyaman-nyaman dan bergantung kepada orang lain. Bayangan kematian telah hilang dari pandangan, digantikan dengan angan-angan untuk berumur panjang. Ini merupakan keadaan yang berbahaya. Semoga Allah swt melindungi hamba yang hina ini maupun teman-teman lainnya. Aamiin.
Dalam keadaan seperti itu, kita dituntut untuk berpegang teguh pada tertib dan asas, meningkatkan pengorbanan, membayangkan bahawa kematian sudah dekat dan selalu memohon pertolongan Allah swt. Kita tidak tahu di jurang mana syaitan akan menjerumuskan kita dan menjauhkan kita dan karunia yang sangat besar ini.
Ketinggian dan hakikat usaha dakwah ini akan tertanam ke dalam lubuk hati orang-orang yang di samping tetapi sibuk menjalankan usaha dakwah ini, mereka juga menganggap diri mereka sebagai orang baru dan sentiasa berniat untuk belajar hingga mati dan mereka selalu mentaati amir. Mereka selalu mendudukkan diri mereka dalam musyawarah dan menganggap bahawa mengerjakan apa saja tanpa musyawarah sangatlah berbahaya bagi dirinya. Yang mereka taati bukan keputusan anggota rumah tangganya dan tidak takut dikecam oleh mereka. Mereka tidak berpikiran bahawa setiap permintaan anggota keluarganya harus dipenuhi dan anak-anak maupun isteri mereka tidak menjadi penghalang untuk keluar di jalan Allah.
(Maulana Said Ahmad Khan, Madinah Munawwarah).
No comments:
Post a Comment