Ketika saya di Inggris, saya senang datang ke ceramah2 agama. Ada satu mesjid yang selalu ramai dikunjungi orang untuk solat lima waktu. Setiap habis solat lima waktu, ada ceramahnya. Isi ceramahnya banyak yang menarik kerana banyak yang belum saya dengar dari penceramah2 yang ada di Indonesia.
Tidak ada seorangpun yang tanya atau memotong ceramah2 tersebut. Penceramahnya pun orang2 yang sudah tua2 yang umurnya sudah di atas 70 tahun. Mereka masih tampak sehat, raut mukanya menunjukkan keikhlasan yang luar biasa. Saya pernah memergoki seorang penceramah (Kiyai) yang sedang mengosek dan membersihkan WC di saat orang2 terlelap tidur dan sebahagiannya lagi sibuk membaca Quran dan banyak juga yang sedang solat tahajud.
Tapi sang kiayi itu tenang saja sibuk membersihkan WC sendirian. Kalau yang tidak tahu ia akan menyangka bahawa lelaki tua itu adalah petugas Cleaning Service biasa, yang sedang cari tambahan kerja overtime, kerja lembur. Ternyata ia mengerjakan itu semua tidak dibayar. Dari pintu ke pintu WC di bersihkan, sebab ada puluhan WC di mesjid itu. Mesjid Al Markaz Dewsburry namanya, terletak di sekitar York, tidak jauh dari Manchester, sekitar 20 menitan saja.
Bukankah bapak salah seorang imam di mesjid ini, tanya saya kepada dia. Bukankah bapak juga yang sering ceramah di mesjid ini. Orang itu senyum saja. Malah yang menjawab seorang teman saya yang tinggal di dekat mesjid itu. Pak tua itu sedang belajar ikhlas, katanya. Setiap perbuatan baik apa saja akan dibalas oleh Nya. Dan, berbuat baik itu tak perlu diketahui oleh banyak orang. Tidak pula perlu diumumkan dan digembar gemborkan. Orang setua itu masih belajar ikhlas, bagaimana dengan saya?
Hampir2 saya menitikkan air mata, ada rasa penyesalan, ada rasa terharu, ada rasa iri, melihat lelaki tua pembersih WC itu yang ternyata salah seorang imam mesjid, salah seorang ustad di madarasah hafiz Quran di mesjid itu. Beberapa jam kemudian terdengar kumandang azan subuh. saya tengok ada 15 shaf (baris) yang berjamaah subuh di mesjid itu. Saya hitung dengan mata kepala saya sendiri, satu barisan solat itu dapat diisi oleh 100 orang dewasa. Memang sangat besar mesjid itu. Mesjid sebesar itu dibangun tanpa tiang sebijipun bercokol di tengah2 mesjid.
Selepas subuh, seperti biasa, ada ceramah yang lamanya boleh lebih dari dua jam, hampir tidak ada yang beranjak dari ceramah itu. Kerana ceramahnya tentang bidadari di syurga. Kata si penceramah, orang yang punya iman sebesar atom saja akan dibalas dengan syurga yang luasnya sepuluh kali dunia ini. Seorang penduduk syurga akan menjadi raja dengan istana2 yang megah, istri kita ketika di dunia adalah permaisurinya. Rakyatnya perempuan semua, bidadari semua, banyaknya 2,5 juta. Umur bidadari itu sekitar remaja belasan tahun saja. Bidadari diciptakan oleh Tuhan tanpa proses kelahiran, ia tercipta langsung oleh dan dari Tangan Tuhan disediakan untuk orang yang beriman.
Apakah ada adegan sex di syurga? Katanya, sekali bersetubuh lamanya dapat mencapai 80 tahun. Gila… tahan amaaaat. Amat tahan, padahal si amat belum tentu umurnya sampai 80 tahun. Memang, syurga tidak dapat dibayangkan, bahkan terlintas dalam hati pun tidak. Tapi penceramah2 di sana kalau sedang ceramah bidadari, semua bengong. Bahkan sampai ada yang harus keramas selepas ceramah subuh. Setelah saya hitung2 dan saya konversi, betul juga sih. Di syurga kan sehari lamanya 1000 tahun, kalau semenit saja di syurga sudah berapa tahun, silahkan hitung sendiiri.
Mahar atau mas kawin untuk mendapatkan bidadari itu adalah setiap kotoran yang kita buang dari dalam mesjid. Pantaslah pak Tua tadi rajin bersihkan WC, malam2 pula, tidak banyak yang tahu dan mau mengerjakannya. Pantaslah kalau hadiahnya bidadari, pikir saya. Tapi banyak orang yang anggap remeh saja pekerjaan membersihkan mesjid.
Apakah tidak bosan di Syurga? Katanya sih tidak, sebab setiap hari kenikmatan itu selalunya bertambah2. Seluruh kenikmatan didunia, kenikamatan berkasih sayang dari Nabi Adam as hingga manusia terakhir, dari hewan bersel satu hingga gajah atau unta, kenikmatan makan, minum dan lain2 hanya satu persen saja di dunia ini. Sembilan puluh sembilan persen nikmat itu akan diberikan di akhirat kelak. Seharusnya, untuk mendapatkan syurga kita berlomba2. Dunia dengan segala kenikmatannya hanya 1 % saja, yang 99 %, nanti di akhirat. Wallahu alam. (PROF. NURJAHJADI)
No comments:
Post a Comment