Untuk menuju status org2 beriman harus melalui tahapan Makrifat. Adapun iman yang ditasdiq di hati, tidak bisa tasdiq kalau tidak mengenal Allah..Tasdiq adalah adalah hasil dari pada pengenalan (makrifat), akan mustahil bisa tasdiq di hati kalau belum kenal, sama dgn menasdigkan buah simala kama yaitu hayal, palsu dan angan2 sahaja. Koreksilah makna pengenalan:
MAKRIFATULLAH - Mengenal Allah swt, pada ZatNya, pada SifatNya, pada AsmaNya dan pada Af’alNya.
AWALUDIN MA’RIFATULLAH - Awal agama mengenal Allah.
LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFAT - Tidak sah shalat tanpa mengenal Allah.
MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU - Brgsiapa mengenal dirinya dia mengenal Tuhannya.
ALASTU BIRAB BIKUM QOLU BALA SYAHIDNA - Bukankah aku ini Tuhanmu? Betul engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi. (QS.AL-ARAF 7:172)
AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU - Manusia itu RahasiaKu dan akulah Rahasianya.
WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUUN - Di dalam dirimu mengapa kamu tidak melihat.
ANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ - Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu.
LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH - Aku tidak akan menyembah Allah apabila aku tidak melihatnya terlebih dahulu.
Mereka yang bermakrifat adalah mereka yang melihat Allah dengan mata hati, yaitu merasakan zahir nya Allah. Mereka yang merasakan wujud Allah, mereka itu berkekalan lebur dan tenggelam dalam merasakan Nya. Makrifat adalah pakaian (pengalaman), kalau masih ditingkat faham, baru ilmu, belum lagi makrifat, ia berkaitan dengan Tuan yang punya ilmu itu sendiri. Maka, makrifat itu lebih dari kenal dan mengalami sendiri seperti kita merasa manisnya gula dan kenal gula. Oleh karena itu jika kita mendapat rasa gula yang pahit walaupun bentuk gula, maka bukan gula namanya.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH - Pada malam Ghaibul Ghaib yaitu dalam keadaan antah-berantah hanya Dzat semata. Belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan dan belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatupun. Malahan belum ada Tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, Diri yang punya Dzat tersebut telah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya. Lantas tajalilah Nur Allah dan kemudian tajali pula Nur Muhammad (Insan Kamil), yang pada peringkat ini dinamakan Anta Ana, (Kamu, Aku) , (Aku,Kamu),Ana Anta. Maka yang punya Dzat bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian Roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba.
Lantas ditanyakan kepada Nur Muhammad, Aku ini Tuhanmu? Maka dijawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh Roh, Ya…Engkau Tuhanku. Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Araf 7:172:
ALASTU BIRAB BIKUM, QOOLU BALA SYAHIDNA (Bukankah aku ini Tuhanmu?)
Betul engkau Tuhan kami, Kami menjadi Saksi. Selepas pengakuan atau persumpahan Roh itu dilaksana kan, maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah swt.
Seperti firman Allah dalam Hadits Qudsi yang artinya: “Aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan mahkluk ini dan aku perkenalkan diriku. Apa yang dimaksud dengan mahkluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan dari pada Nur Muhammad, tujuan yang punya Dzat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-nya sendiri dengan diri Rahasianya sendiri. Maka diri Rahasianya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia, atau Rohani.
Firman Allah dalam hadis Qudsi: AL-INSAANU SIRRI WA-ANA SIRRUHU (Manusia itu RahasiaKu dan Akulah yang menjadi Rahasianya).
Jadi yang dinamakan manusia itu ialah karena ia mengenal Rahasia. Dengan perkataan lain manusia itu mengandung Rahasia Allah. Karena manusia menanggung Rahasia Allah maka manusia harus berusaha mengenal dirinya, dan dgn mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhannya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kpd Yang Punya Diri pada waktu dipanggil oleh Allah swt. Yaitu tatkala berpisah Roh dgn jasad. (kembali kpd Allah harus selalu dilakukan semasa hidup, masih berjasad, contohnya dgn solat, kerana solat adalah mikraj og mukmin atau dgn ‘mati sebelum mati’).
Firman Allah An-Nisa 4:58: INNALLAHA YAK MARUKUM ANTU ABDUL AMANATI ILAAHLIHA (Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu supaya memulangkan amanah kpd yg berhak menerimanya. (Allah)).
Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam Hadits Qudsi: MAN ARAFA NAFSAHU,FAQAT ARAFA RABAHU (Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya).
Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan Rahsia-nya itu kepada Langit, Bumi dan Gunung2 tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya.
Seperti firman Allah SWT Al Ahzab 33:72: “Sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi mereka enggan memikulnya dan merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya.”
Oleh karena amanat (Rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang punya Rahasia. Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri Batin/Roh) untuk tujan inilah maka Adam dilahirkan untuk bagi memperbanyak diri, diri penanggung Rahasia dan berkembang dari satu abad ke satu abad, diri satu generasi ke satu generasi yang lain sampai alam ini mengalami
KIAMAT DAN RAHASIA ITU KEMBALI KEPADA ALLAH
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUN (Kita berasal dari Allah, dan kembali kepada Allah)
Qs Shad 38:72: “Aku tiupkan RuhKu kedalamnya. Rahsiaku adalah RuhKu, dia menanggil dirinya aku, tapi di atasnya ada Aku Allah.”
Memang benar Allah itu tidak dapat dihijab oleh sesuatu pun, tapi, itu bagi mereka yang telah mengenal Allah , bagi mereka yang telah Esa, tapi bagi kebanyakan orang Allah dan dirinya adalah dua, jadi anggapan inilah yang menghijab mereka, anggapan inilah yg harus dibuang, tetapi untuk membuangnya bukanlah mudah,, kerana ego akan melawannya mati-matian, kerana ego tahu, apabila manusia itu masuk ke makam keesaan, maka ego akan terkubur., dan ia tidak mau itu akan terjadi.
No comments:
Post a Comment