Saturday, July 30, 2016

RAHSIA HATI (SIRR)

Oleh Syekh Abu Nashr As-Sarraj. 

Sebagian kaum Sufi mengatakan, “Rahasia hati (sirr) adalah sesuatu yang tidak bisa dirasakan oleh gejolak jiwa (an-nafs), dimana rahasia tersebut memang dijadikan ghaib oleh al-Haq dan selalu diawasi.” Kaum Sufi yang lain mengatakan, “Rahasia itu ada dua macam: Rahasia bagi al-Haq, yaitu sesuatu yang selalu diawasi-Nya tanpa ada perantara apa pun, dan rahasia untuk makhluk di mana ia selalu diawasi-Nya dengan perantara.” Dikatakan, “Rahasia itu dari rahasia dan untuk rahasia, ia adalah suatu yang haq dan tidak akan tampak kecuali dengan haq. Sementara apa yg tampak pada makhluk maka itu bukanlah rahasia. Diceritakan dari al-Husain bin Manshur al-Hallaj rah yang mengatakan, “Rahasia2 kami adalah `gadis’ yang keperawanannya tidak bisa dirobek oleh khayalan seorang pengkhayal.”

Abu Ya’qub Yusuf bin al-Husain ar-Razi rah mengatakan, “Hati para tokoh adalah kuburan yg menyimpan berbagai rahasia.” Ia juga berkata, “Jika kancing bajuku mengetahui rahasiaku! maka aku akan melepas nya.” Sebahagian dari mereka ada yang mengungkapkannya dalam untaian Syair:

Orang yang bisa merasakan rahasia
sungguh la telah menyembunyikan seluruhnya
Keduanya dalam rahasianya merasa bahagia
Tidaklah rahasia orang yang berbahagia
memberi isyarat dengan rahasia hatinya
sebab darinya dan kepadanya ia sama-sama tertipu

Yang lain berkata:

Wahai rahasia dari segala rahasia yang teramat lembut
sehingga samar dari dugaan semua yang hidup
Dan secara lahir dan bathin tampak dari segala sesuatu
untuk segala sesuatu yang lain

An-Nuri pernah mengatakan:

Aku bersumpah, tidak akan menitipkan rahasiaku dan rahasianya
kepada selain kami yang kiranya semua rahasia akan terbuka
Tidak, kedua mataku terlanjur melihatnya walau sekilas saja
maka rahasia kami juga terlihat oleh pandangan setiap mata
Namun kujadikan dugaan antara saya dan dia
sebagai perantara yang mampu menyingkap
kandungan rahasia

Inilah berbagai permasalahan mereka yang sampai kepada kami, Dimana sebenarnya masalah mereka masih banyak lagi yg belum terungkap. Diceritakan dari Amr bin Utsman al-Makki rah yang mengatakan, “Seluruh ilmu adalah diparo menjadi dua bagian: Separuh yang pertama adalah pertanyaan, dan separuh yang lain adalah jawaban.” - Semoga Allah senantiasa memberi taufik kpd kita. “Ialah melupakan dzikir. Yakni melupakan dzikir Anda pada Allah Swt. dan melupakan segala sesuatu selain Allah Azza wajalla.”

Kemuliaan (Karamah): Sebagian kaum Sufi mengatakan, bahwa karamah (kemuliaan) adalah mencapai apa yang dimaksud sebelum munculnya iradah (keinginan). Sedangkan kaum Sufi yang lain mengatakan bahwa kemuliaan adalah pemberian di atas apa yang diharapkan.

Fikir: Ketika al-Harits al-Muhasibi rah ditanya mengenai fikir, la mengatakan, “Fikir adalah dlm melakukan segala sesuatu dgn al-Haq.” Kaum Sufi mengatakan, “Berfikir adalah mengambil pelajaran dgn benar.” Sementara itu kaum Sufi yang lain mengatakan, “Fikir adalah kondisi mengagungkan Allah s.w.t yg memenuhi hati.” Sementara perbedaan antara fikir dan berfikir (tafakkur), adalah bahwa berfikir (tafakkur) merupakan pengembaraan hati, sedangkan fikir ialah berhentinya hati dlm memahami apa yg ia ketahui.

Mengambil Pelajaran (I’tibar): Al-Harits bin Asad al-Muhasibi rah mengatakan, “Mengambil pelajaran (i`tibar) ialah menjadikan sesuatu sebagai argumentasi atas sesuatu yang lain.” Sementara menurut kaum Sufi yang lain, “I`tibar adalah sesuatu yang di dalamnya terdapat keimanan yang jelas dan bisa dipahami oleh akal.” Kaum Sufi yang lain mengatakan, “I`tibar adalah sesuatu yang mampu menembus kegaiban tanpa ada sesuatu yang sanggup - menghalanginya.”

Niat: Apakah niat itu?” Kaum Sufi menjawabnya, “Niat adalah maksud yang kuat untuk melakukan sesuatu.” Sementara kaum Sufi yang lain mengatakan, “Niat adalah mengetahui nama perbuatan (amal).”
Al Junaid - rahimahullah - mengatakan, “Niat adalah menggambarkan perbuatan.” Sementara yang lain mengatakan, “Niat seorang mukmin adalah Allah Yang Mahatinggi.”

Kebenaran (Ash-Shawab): Apakah ash-shawab (kebenaran) itu? Menurut suatu kaum, ash-shawab hanyalah menauhidkan Allah semata. Al Junaid rah mengatakan, “Kebenaran adalah segala ucapan yang muncul karena izin dari-Nya.”

Kasih Sayang: Al Junaid rah pernah ditanya, “Apakah yang dimaksud dengan perasaan kasih sayang terhadap sesama makhluk?” Kemudian la menjawabnya, “Anda memberi mereka dari diri Anda sesuatu yang mereka butuhkan, tidak membebani mereka dengan sesuatu yang mereka tidak mampu melakukan dan tidak berbicara dengan mereka tentang sesuatu yang mereka tidak memahaminya.”

Ketaqwaan: Kaum Sufi mengatakan, “Ketakwaan adalah mengamalkan masalah perintah dan larangan.” Kaum Sufi yang lain mengatakan, “Ketakwaan adalah meninggalkan hal-hal yang syubhat.”Yang lain juga mengatakan, “Ketakwaan adalah simbol kesucian orang mukmin, sebagaimana Ka’bah sebagai simbol kesucian Mekkah.” Dikatakan pula, “Ketakwaan merupakan cahaya dlm hati yg dapat membedakan antara yg haq dan g bathil.” Sahl bin Abdullah, al Junaid, al-Harits al-Muhasibi dan Abu Said rah mengatakan, “Ketakwaan adalah keseimbangan antara rahasia hati dgn lahiriah yg tampak.” (Tasawwuf Jalan Makrifat).

No comments:

Post a Comment