Friday, July 8, 2016

IKHLAS MENGHADAPI TAKDIR ALLAH

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani memberi nasehat: “Barang siapa yg memperlakukan Allah dgn penuh keikhlasan dan ketulusan, berarti ia telah mencampakkan segala sesuatu selainNya di pagi dan sore. Wahai manusia, jangan engkau mengaku-aku apa yg tidak engkau miliki. Tauhidkanlah Allah dan jgn sekutukan Dia dgn sesuatu pun! Demi Allah, sesungguhnya panah takdirNya hanya membuatmu lecet saja dan tak akan sampai mematikanmu dan siapa pun yg mem-fana-kan diri demi Allah, maka ia akan memperoleh ganti dari-Nya. 

Ketahuilah, jika kalian tidak mengakui qadha dan takdir, ia tetap akan mengenaimu. Ia tak akan memilah2 kalbu sampai ia terpilih dan menjadi seperti anjing yg terus menunggu di depan pintu dan berseru: “Wahai jiwa yg tenang, kembalikah pada Rabbmu dgn keridhaan dan ridha-Nya.” Ketika itulah kalu akan masuk ke Hadirat Allah dan Dia menjadi Ka’bah dlm thawaf. Allah pun akan menyingkapkan kebesaran KerajaanNya di hadapannya, menempatkannya di khemah kedekatan dan memancangkannya di samping kerajaan. Ia disalami dan disapa selalu, dan mendengar panggilan di Ar-Rafiq al-‘Ala’: “HambaKu dan seluruh hambaKu, engkau adalah utkKu dan Aku adalah utkmu.”

Jika persandingan bersama Sang Raja berlangsung lama, maka ia pun akan diangkat menjadi tangan kanan Raja (Bithanah Al-Mulk) dan khalifahNya dlm mengurusi rakyatnya, juga menyimpan rahasia2nya. Dia akan mengirimnya ke lautan utk menyelamatkan org2 yg tenggelam, atau mengirim ke daratan untuk membimbing org2 yg tersesat. Jika ada mayat yg lewat di hadapannya, maka ia bisa menghidupkannya. Jika ada seorang pemaksiat, maka ia akan mengingatkannya. Jika ada orang yang jauh dari Allah, maka ia akan mendekatkannya. Jika melewati orang yang menderita, maka ia akan membahagiakannya. Wali adalah ghulam (anak muda) Badal. Badal adalah ghulam Nabi, lalu Nabi adalah ghulam Rasulullah SAW. Permisalan perwalian spt hulubalang2 kerajaan dan tangan kanan Raja yg terus mendampinginya, kecuali ia ingin memilih kesendiriannya, maka pengantin mereka pun berlalu.  Malam adalah ranjang raja mereka. Siang mengagungkan mereka. Anakku, jangan engkau ceritakan mimpimu kpd saudara2mu!” (Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Kitab Adab As-Suluk wa At-Tawassul ila Manazil Al-Muluk).

No comments:

Post a Comment