Dalam pandangan Ibn ‘Ata’illah, Zuhud ada 2 macam:
1. Zuhud Zahir Jali seperti zuhud dari perbuatan berlebih lebihan dalam perkara halal, seperti: makanan, pakaian, dan hal lain yang tergolong dalam perhiasan duniawi.
2. Zuhud Batin Khafi seperti zuhud dari segala bentuk kepemimpinan, cinta penampilan zahir, dan juga berbagai hal maknawi yang terkait dengan keduniaan.
Hal yang dapat membangkitkan maqam zuhud adalah dengan merenung (ta’ammul). Jika seorang Salik benar-benar merenungkan dunia ini, maka dia akan mendapati dunia hanya sebagai tempat bagi yang selain Allah, dia akan mendapatinya hanya berisikan kesedihan dan kekeruhan. Jikalau sudah demikian, maka Salik akan zuhud terhadap dunia. Dia tidak akan terbuai dengan segala bentuk keindahan dunia yang menipu.
Maqam zuhud tidak dapat tercapai jika dalam hati Salik masih terdapat rasa cinta kepada dunia, dan rasa hasud kepada manusia yang diberi kenikmatan duniawi. Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh Ibn ‘Ata’illah: “Cukuplah kebodohan bagimu jika engkau hasud kepada mereka yang diberi kenikmatan dunia. Namun, jika hatimu sibuk dengan memikirkan kenikmatan dunia yang diberikan kepada mereka, maka engkau lebih bodoh dpd mereka. Kerana mereka hanya disibukkan dengan kenikmatan yang mereka dapatkan, sedangkan engkau disibukkan dengan apa yang tidak engkau dapatkan”.
Maqam zuhud tidak dapat tercapai jika dalam hati Salik masih terdapat rasa cinta kepada dunia, dan rasa hasud kepada manusia yang diberi kenikmatan duniawi. Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh Ibn ‘Ata’illah: “Cukuplah kebodohan bagimu jika engkau hasud kepada mereka yang diberi kenikmatan dunia. Namun, jika hatimu sibuk dengan memikirkan kenikmatan dunia yang diberikan kepada mereka, maka engkau lebih bodoh dpd mereka. Kerana mereka hanya disibukkan dengan kenikmatan yang mereka dapatkan, sedangkan engkau disibukkan dengan apa yang tidak engkau dapatkan”.
Inti dari zuhud adalah keteguhan jiwa, iaitu tidak merasa bahagia dengan kenikmatan dunia yang didapat, dan tidak bersedih dan putus asa atas kenikmatan dunia yang tidak didapat. Seorang Salik tidak dituntut menjadi orang yang faqir yang sama sekali tidak memiliki apa-apa. Kerana ciri-ciri seorang zuhud ada 2, iaitu saat kenikmatan dunia tidak ada dan saat kenikmatan dunia itu ada. Ini dimaksudkan bahwa jika kenikmatan dunia itu didapat oleh Salik, maka dia akan menghargainya dengan bersyukur dan memanfaatkan nikmat tersebut hanya kerana Allah. Sebaliknya, jika nikmat hilang dari dirinya, maka dia merasa nyaman, tenang dan tidak sedih. Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment