Saturday, May 7, 2016

EMPAT CARA MENDEKATKAN

Cara mendekatkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya di bagi menjadi 4 bagian oleh para Ulama iaitu Secara Syareat, Secara Tarikat, Secara Hahekat, Secara Makrifat. Dengan kita mengetahui cara-cara untuk mendekatkan hubungan dengan Allah maka kita akan menjadi manusia yang baik antara kita dengan Allah, dan hubungan kita dengan sesama mahluk dan alam sekitar, yang pada akhirnya kita akan di karuniakan keridhoanNYA dan dapat berada disisi Tuhannya.

CARA SYARIAT: adalah suatu cara zahir yang membentuk suatu peraturan antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia dan dengan mahluk-mahluk lain. Peraturan–peraturan Syariat ini telah di gariskan oleh Allah didalam Al-Quran dan juga di gariskan oleh Rasullullah melalui perbuatan dan ucapan yang diberi nama Hadits. Jika manusia benar-benar mengikuti peraturan–peraturan Syariat ini maka manusia itu tidak mungkin tersesat dalam hidupnya di dunia ini dan selamatelah di akhirat nanti

Sebagaimana sabda Rasullullah: “Kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika kamu berpegangan kepada kedua-duanya yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul”. Didalam peraturan-peraturan ini Allah telah menggariskan hubungan DIRINYA dengan manusia dan hukum-hukum hidup secara individu maupun secara bermasyarakat. Di dalam Syariat dibahas soal-soal Akidah, soal Ibadat, soal Muamalat, soal Munakahat dan lain-lain peraturan untuk kebahagian manusia dunia dan akhirat.

Ditentukan juga garis-garis panduan hidup, tentang mana yang wajib, haram, sunnah dan makruh, dosa pahala, surga, neraka dengan kata lain Syariat mengariskan dasar pokok “Kerjakan apa yang diperintahkan dan jauhi apa yang dilarang”. Peringkat cara Syariat adalah suatu peringkat peraturan pengabdian hamba terhadap Tuhannya dengan mengikuti garis panduan dan peraturan-peraturan yang sudah ditentukan.

Maka dengan mengikuti ini semua, seseorang manusia itu menjadi taraf hamba yang paling baik. Suatu hal yang perlu di ingatkan pada peringkat Syariat ini adalah pengamal-pengamalnya benar-benar mengharapkan balasan atau upah dari setiap apa yang mereka kerjakan. Dan dengan upah-upah kerja yang dilakukannya itulah mereka yakin akan menentukan apakah mereka akan di masukan ke Surga atau Neraka. Jadi dapat disimpulkan disini bahwa mereka mengerjakan apa yang diperintahkan karena mengharapkan Surga dan tidak melakukan apa yang dilarang karena takut akan siksa Neraka,  Prinsip mereka adalah: “Buat baik di balas baik – Buat jahat dibalas jahat”.

Disamping mereka berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang diperintahkan secara IKHLAS untuk Allah semata-mata, dibalik itu mereka juga benar-benar mengharapkan satu balasan yang setimpal dengan apa yang dilakukanya. Ini bermakna mereka mengabdi kepada Tuhannya dengan ada maksud-maksud tertentu, ibaratnya “ada udang di balik batu” pekerjaan mereka bolelah kita sebut sebagai: “Pengabdian separuh hamba”. Lantas jika mereka benar-benar bersifat hamba yang tulen maka sudah tentu apapun pekerjaan yang dilakukan oleh mereka sudah tentu mereka tidak mengharapkan balasan apapun dari Tuhannya karena setiap balasan bukanlah sesuatu yang boleh untuk diminta-minta tetapi itu adalah satu karunia dari Tuhannya

Lihatlah Firman Allah surah Al-Jin ayat 13: “Apakah pantas seseorang yang mengaku dirinya hamba menagih janji dari Tuhannya? Dan apakah mereka sangsi akan janji Tuhannya? Seharusnya bagi mereka yang mengaku dirinya hamba sudah tentu tidak mengharapkan sesuatu balasan apapun dari Tuhannya”. Sesungguhnya bagi mereka yang mengikuti cara Syariat ini akan mencapai martabat: BERIMAN dan SOLEH dan dengan mematuhi segala peraturan-peraturan maka mereka akan di karuniakan surga di akhirat nanti. Lihatlah Firman Allah Surah Al-Kahfi ayat 107

Perlu di ingatkan bhw masuknya Surga bagi orang-orang Syariat ini bukan sekali-kali karena pahalanya, tetapi sekedar balas IHSAN dari Allah karena kepatuhannya dengan Allah. Walaupun seberapa banyak pahala yang mereka peroleh maka sudah barang tentu tidak bisa untuk membeli surga karena surga bukanlah suatu yang murah yang menjadi barang dagangan yang bisa untuk dibeli  sebaliknya orang-orang Syariat haruslah berikhtiar sedaya upaya agar menjadikan diri mereka seorang MUKMIN supaya Allah sendiri membeli dirinya dan hartanya dengan Surga atas dasar perjuangan mereka menegakkan peraturan-peraturan Allah di dalam hidupnya.

Maka berbahagialah bagi mereka-mereka yang mengamalkan cara Syariat yang menduduki taraf martabat dirinya sebagai seorang hamba yang Mukmin dan mereka memang dijamin oleh Allah Surga dan kekallah mereka selama-lamanya. Lihatlah Firman Allah surah Ash-Syafaat ayat 111. Perlu ditegaskan disini bahwasanya hasil akhir pengajian Syariat adalah untuk mendapatkan suatu yang bernama SURGA, dan menjauhkan diri dari NERAKA, berusaha mendapatkan banyak pahala, mengurangi dosa, mengerjakan apa yang diperintahkan, tinggalkan apa yang di larang.

CARA TAREKAT: adalah jalan yang pernah dilalui oleh para wali-wali Allah dengan tujuan untuk mendekatkan dirinya dengan Allah. Ini merupakan suatu jalan bagaimana hendak menyucikan diri dan hati agar terbentuk satu hubungan antara dirinya dengan Allah. Jalan Tarekat yang sebenarnya adalah merupakan satu cara mensucikan diri untuk menuju kehadirat Allah Taala dan jalan ini hendaklah mempunyai sambungan ke Rasullullah S.a.w Jalan Tarekat yang mendapat restu dari junjungan agung Rasullullah itu kemudian diwarisi oleh para sahabat Baginda dan seterusnya bersambung menjadi mata rantai dan diwarisi pula oleh para wali Allah yang agung dan sampailah kepada seseorang guru awal kemudian diajarkan sampai dengan guru akhir sampai kini dan seterusnya.

Oleh sebab itu barang siapa yang mengikuti pengajian Tarekat maka menjadi tanggung jawabnya untuk mengetahui asal pangkalnya dan pastikan berasal dari Rasullullah dan para sahabatnya. Jalan Tarekat adalah suatu cara memuja dan memuji Allah dan melatih diri agar tidak melupakan Allah pada setiap detik dan memberi segala keagungan dan mebesaran hanya kepada Allah semata-mata. Cara untuk mensucikan diri dan hati adalah melalui proses mengenal nafsu-nafsu yang yang kita miliki, Agar kita tidak lalai dan lupa dirinya dan tuhannya. Lihatlah Firman Allah dalam Alquran: 1, 2 dan 3

NAFSU yang dimiliki manusia, seperti yang tercatat didalam Al-Qur’an ada 7 yaitu: Nafsu Amarah, Nafsu Malhamah, Nafsu Lawamah, Nafsu Mutmainnah, Nafsu Radhiah, Nafsu Mardhiah, Nafsu Kamaliah. Dengan mengenal nafsu-nafsu tersebut maka orang-orang Tarekat akan mencapai martabat ditaraf nafsu-nafsu tersebut yang mempunyai kelebihan yang berbeda diantara martabat yang satu dengan yang lainnya. Untuk mengenal dan mencapai martabat nafsu-nafsu itu seseorang itu hendaknya menuntut dan mengamalkan jalur ilmu Tarekat dari guru-gurunya yang mursyid dan dapat pula mencapai martabat nafsu-nafsu tersebut. Disamping mereka harus mengikuti petua2 yang dianjurkan oleh guru mereka dari satu peringkat ke peringkat yang lain sehingga menjadi manusia sempurna (INSAN KAMIL) dan diridhoi Allah di dunia dan Akhirat. Mereka hendaklah menjalani Tarekat mereka dengan tekun dan penuh usaha agar tercapai martabat yang tertinggi.

Apapun pekerjaan dan amalan orang-orang Tarekat tidaklah lagi mengharapkan pahala, artinya apa yang diamalkannya hanya untuk mendekatkan dirinya dengan Allah setiap saat, mereka tidak mengharapkan pahala atau surga tetapi semata-mata untuk mengenali tuhannya dengan berusaha untuk mengenali dirinya sendiri. Tujuan mereka hanya Allah semata-mata tanpa embel-embel. Seperti kata yang masyhur ini: “Padaku tiada pahala, tiada surga, yang ku idam-idamkan adalah kekasihku Allah juga”. Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian Tarekat adalah untuk mengenal diri dan mengenal Allah, mensucikan nafsu dirinya ke suatu derajat nafsu yang tertinggi, kemuliaan dengan Allah s.w.t, mereka akan terus berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan Allah selama masa hidupnya di alam fana ini, dalam setiap waktu dan setiap saat.

CARA HAKEKAT: adalah dengan cara menyelami dan mengenali diri sendiri yang merupakan satu-satunya jalan kearah Makrifat diri dengan Allah dan ini adalah jalan yang dilalui oleh wali-wali Allah, Arifibillah dan para Aulia. Mereka-mereka yang menjalani pengajian ilmu Hakekat ini akan beriktiar dengan tekun dan tabah untuk mendekatkan dirinya dengan Allah dengan cara membongkar, menyelidiki dan menyaksikan rahasia diri sendiri, yaitu rahasia Allah yang ditanggung oleh dirinya dan berusaha membentuk dirinya menjadi manusia Kamil Mulkamil. Bagi mereka yang hendak menuju kehadirat Allah dengan jalan Hakiki ini maka hendaklah mereka terlebih dahulu menjalani cara Tarekat dan telah mampu membersihkan dirinya dari segala bentuk syirik kepada Allah ta'ala.

Mereka hendaklah menjalani pengajian ini dengan guru-guru hakiki dan makrifat serta mursyid yang mempunyai pengetahuan yang luas serta mencapai ketahap martbatnya, disamping itu orang-orang hakiki haruslah mendapat didikan secara terperinci dari guru-guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah yang teragung, nabi-nabi dan rasul-rasul. Guru-guru Gaib ini akan mengajarkan mereka di samping guru zahir yang mursyid yang melatih mereka menjalani alam ilmu hakiki. Guru-guru gaib akan mengajarkan mereka ilmu hakiki melalui *LADUNI.* (untuk pengetahuan lebih jelas silahkan bertanya kepada guru-guru hakiki, makrifat lagi mursyid)

Dengan menjalani jalan hakiki maka manusia tersebut akan mencapai kesuatu tahap tertinggi disisi Allah dan sesungguhnya berbahagialah org2 hakiki yang mencapai martabatnya dan dapatelah mereka duduk disisi Allah di dunia dan akhirat. Org2 hakiki yang sampai martabanya bukan saja mulia disisi Allah tetapi mereka juga mendapat kemuliaan dikalangan masyarakat dan dipuja oleh masyarakat sepanjang hayatnya. Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian Hakekat  adalah untuk menjadi Allah pada zahir dan batin yakni pada diri zahir dan diri batin pada martabat kemuliaan Insan kamil mulkamil, Tiada sesuatupun pada dirinya kecuali Allah semata-mata.

CARA MAKRIFAT: adalah suatu jalan yang pernah dilalui dan dialami oleh para wali-wali Allah yang Agung, para Arifinbillah dan para Aulia, Nabi dan Rasul. Seseorang yang ingin menuju kejalan Makrifat kepada Allah haruslah terlebih dahulu menjalani latihan pada peringkat jalan Hakekat karena jalan Hakekat adalah sambungannya ke jalan Makrifat. Orang-orang makrifat akan membongkar segala rahasia alam Kabir (alam semesta), rahasia alam Saghir ataupun atau alam gaib dan alam gaibul gaib. Bagi mereka yang menjalani jalan Makrifat, mereka diasuh bukan saja oleh guru zahir, hakiki lagi makrifat, guru-guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan para Rasullullah malahan bagi mereka yang sedang menuju ke jalan Makrifat ini akan di ajar sendiri oleh tuhannya melalui guru batin yaitu diri rahasia Allah (diri rahasianya sendiri).

Bagi mereka yang mencapai ke peringkat makrifat ini, mereka adalah manusia yang luar biasa yang akan mendapat martabat, derajat dan kesaktian serta keridhoan yang paling tinggi disisi Tuhannya dan mereka duduk bersama tuhannya dan diberi kesempatan untuk menjelajahi tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, Arash dan Qursi, Surga dan Neraka semasa hidupnya di dunia ini..

Alangkah mulianya kita jika bisa mencapai martabat ini, kitalah orang tertinggi didalam segala hal dalam pandangan Allah s.w.t. Orang-orang yan mencapai martabat ini akan mendapat sanjungan dari Allah s.w.t dan dari manusia sejagad, mereka akan dihormati sepanjang hayat mereka. Makrifat adalah untuk kembali semula menjadi Tuhan yaitu pada martabat diri kita di alam gaibul gaib yakni Ahdah. (untuk pemahaman lebih mendalam silahkan bertanya kepada orang-orang Makrifat lagi mursid). Sesungguhnya Ma’rifat itu dari segi Rububiyah bukanlah akhir dari perjalanan melainkan masih awal perjalanan.

No comments:

Post a Comment