Saturday, May 7, 2016

RUH IALAH KITA

RUH lah yang menghidupi JASAD/JISIM/JASMANI kita. Ketika QOLBU sudah disinari cahaya-cahaya “Tawajjuh”, yang terus-menerus cahaya tawajjuh itu datang ke dalamnya, kemudian ia merasa tenang menghadap Allah & tuma’ninah di dalam zikir kepada-Nya, maka ia dinamakan “RUH”. RUH yang telah sempurna sebagai RUH akan senantiasa merindukan saat-saat “Tawajjuh” yaitu saat-saat menghadap & mendekat kepada Allah.

RUH akan merasakan ketenangan yang tidak terkira di saat zikir, ibadah & aktifitas amal-amal sholih lainnya. SUCI adalah sifat RUH. Secara kasarnya RUH mempunyai beberapa sifat: RUH bersifat suci, RUH bersifat tahu/ bashirah, RUHlah yang kembali kepada Allah, bukan JASAD/ ZAHIR dan bukan NAFSU. Tahu atau bashirah adalah pekerjaannya RUH dan kembali kepada Allah adalah tugasnya RUH. Bagaimanakah kita bisa mendapat kesadaran tentang RUH nan suci ini?

Yaitu dg kita perlu bersedia untuk mengikuti RUH kembali ke Allah. Kembali ke Allah adalah satu jalan yang memberikan kebaikan kepada RUH dan JIWA manusia itu sendiri. Kembali, dalam arti pulang ke Allah dengan meninggalkan JASAD atau TUBUH. Menapa kita perlu meninggalkan TUBUH/JASAD? Jelas Karena NAFSU berada pada TUBUH/JASAD. Secara umum ada 2 cara untuk meninggalkan JASAD/ TUBUH: 

1) Yang pertama dengan ibadah puasa. Dalam ibadah puasa kita meninggalkan JASAD/TUBUH dengan tidak memberi JASAD/ TUBUH makan dan minum, mengekang NAFSU/ syahwat, menghindari maksiat lahir dan batin dsb.

2) Cara yang kedua ialah dengan menyengaja untuk meninggalkan tubuh seperti dalam SOLAT. Karena SOLAT itu adalah mikraj orang mukmin.  Di dalam SOLAT, RUH sangat menikmati & hanyut dalam khusyu’ saat menggetarkan kalimat: “Inni Wajjahtu Wajhiya Lilladzi Fathorossamaawaati wal ardho …” yang artinya: “Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (beserta seluruh jiwa ragaku) ke Hadirat Dzat Yang Menciptakan langit dan bumi …..”.

Tawajjuh yang sungguh-sungguh ini disambut oleh Allah yang kemudian memancarkan ke dalam dirinya cahaya-cahaya “Muwajahah”, yaitu cahaya menghadap-Nya Allah untuk menerima tawajjuh-nya RUH seorang hamba. Jadi… “RUH” adalah permulaan tempat bersinarnya cahaya-cahaya “Muwajahah”. Jika Allah sudah memancarkan cahaya “Muwajahah” ke dalam RUH seorang hamba-Nya, maka mulailah tersingkap hijab dari dirinya & terbukalah pintu untuk masuk ke Hadirat Allah, Dzat Yang Paling Dicintai oleh seorang hamba. 

Selain itu JASAD/ TUBUH bisa juga ditinggalkan, seperti dalam tafakur mengingat Dzat Allah. Sesuai hadits Rasullullah, "Tafakur sesaat hingga sampai kepada Dzat Allah itu adalah lebih baik daripada beberapa amal-amal sunah yang dilakukan”. Perlukah kita mencari RUH? sebenarnya RUH tidak perlu dicari. RUH akan aktif dan bergerak dengan sendirinya jikalau JIWA seseorang itu mengingat Allah. Aktifnya RUH akan dapat dirasakan apabila HATI dan JASAD/ TUBUH kita bergetar.

Sesuai dengan firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut asma Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat ayat-Nya, maka bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS.8.Al-Anfaal:2) "Bagi orang yang beriman, apabila disebut nama Allah maka HATI dan JASADanya akan bergetar”. Inilah tanda "orang beriman" dan ini juga sbg tanda RUH itu aktif. Kembalikan RUH kita kepada Allah, maka dengan begitu kita akan merasa tenang, selalulah kembali kepada Allah dan usahakan RUH dan JASAD/TUBUH menjadi satu perjalanan awal kita, hal ini bisa dilakukan setiap saat dan di mana-mana saja.

Orang yang sudah sampai derajat “RUH” ini, terkadang mulai muncul dalam kehidupannya “Khoriqul ‘Adat”, yaitu hal-hal yang diluar kebiasaan kebanyakan orang, baik yang berupa “Ma’unah” ataupun “Karomah”. "MA’UNAH" adalah pertolongan Allah yang diberikan kepada orang-orang mu’min yang taat & istiqomah. “KAROMAH” adalah pertolongan & penghormatan dari Allah kepada para “Waliyullah”. Waliyullah ialah orang-orang yang sangat dicintai dan disayangi oleh Allah SWT.  Ia dikaruniai oleh Allah kesanggupan sholat, zikir, baca Al-Qur,an, puasa & ibadah-ibadah lainnya yang luar biasa. Do’anya mustajab sehingga dapat menjadi jalan pertolongan Allah bagi sesamanya.  Kekuatan pendengaran, pandangan & tenaga jasadanya dapat menjadi luar biasa. Bahkan, ia terkadang diberi karunia oleh Allah SWT dapat mengetahui sesuatu yang tersembunyi atau belum terjadi.

Rosulullah SAW bersabda, bahwa Allah SWT berfirman (dalam Hadits Qudsy): “Tidaklah seorang hamba taqurrub (mendekat) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari pada dengan segala sesuatu yang Aku wajibkan atasnya. Dan terus-menerus hamba-Ku taqorrub kepadap-Ku dengan amal-amal sunnah sehingga Aku mencintainya. Ketika Aku telah mencintai- Nya, maka Aku menjadi pendengaran-Nya yang dengannya ia mendengar, menjadi matanya yang dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia memukul & menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan”. "Dan sungguh, jika ia memohon kepada-Ku, niscaya akan Aku akan memberikannya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku akan melindunginya” (HR. Buhkhari). 

No comments:

Post a Comment