Monday, March 2, 2015

KEMBALI KE NIZAMUDDIN

Memperhatikan dan mengamati dengan seksama tentang musibah ikhtilaf yang sedang melanda usaha dakwah yang selama ini telah membentuk kita menjadi insan mulia, saling mahabbah, satu kerja, satu risau, satu hati dan satu fikir, tiba-tiba menjadikan hilangnya mahabbah diantara kita, rusaknya sifat hijrah dan nusrah, perpecahan hati, rusaknya sifat risau dan fikir terhadap umat, terjadinya ujaran-ujaran kebencian, fitnah, berita-berita bohong/hoax di media sosial, pembunuhan karakter, adanya usaha pembentukan opini secara masiv, bahkan sampai digunakannya cara-cara politisasi yang selama ini menjadi daerah terlarang bagi kita. Ini semua melahirkan keprihatinan yang luar biasa. 

Akibat dari ini semua, saya pribadi melihat dampak negatifnya sbb:

1). Terganggunya usaha tasykil. 

2). Terganggunya pembentukan jamaah DN/LN 

3). Menurunnya gairah keluar di jalan Allah. 

4). Terbelahnya para qudama di daerah-daerah. 

5). Meninggalkan kerja dakwah bagi ahbab pemula. 

6). Hilangnya sifat mahabbah diantara ahbab. 

7). Rusaknya citra yg sudah terbina selama ini. 

8). Menjadi asbab tidak tersebarnya hidayah.

9). Bukan tidak mungkin apabila persoalan ini berlarut-larut bisa memicu terjadinya konflik horisontal.

Sekarang yang terjadi hari-hari kita disibukkan dengan semangat perpecahan sehingga lupa dengan tujuan utama yang selama ini menjadi jargon kita dakwah maksud hidup, hidup untuk dakwah, dakwah sampai mati, mati dalam dakwah dan masih banyak lagi akibat buruk yang sangat mengganggu usaha yang mulia ini.

Selama ini saya pribadi menjaga jarak terhadap ikhtilaf yang terjadi. Bersikap statusquo, tidak memihak salah satu pihak. Berusaha seobyektif mungkin, tidak bersikap hipokrit atau munafik, menghormati para masyeikh dan ahli syuro serta orang-orang tua kita dan orang yang dituakan.

Namun setelah lama merenung dan ber kontemplasi, ternyata sikap tidak bersikap ini justeru salah. Justeru menimbulkan konflik batin yang sangat mengganggu fikiran. Bersikap ambigu terhadap kenyataan yang terjadi bukanlah sikap yang bijaksana.

Dengan memperhatikan kenyataan yang terjadi di lapangan dan demi terwujudnya kepastian, terutama untuk diri sendiri tanpa pengaruh dan bujuk rayu siapapun, serta menyadari sepenuhnya atas konsekwensi yang akan terjadi, saya menetapkam pilihan KEMBALI KE NIZAMUDDIN. 

Pilihan tsb didasari alasan sbb:

1). Nizamuddin merupakan kiblat markaz dakwah seluruh dunia. Tidak semudah membalikkan tangan untuk dipindahkan ke tempat lain.

2). Nizamuddin adalah tempat asal mula dilahirkannya usaha dakwah dan menjadi asbab tersebarnya hidayah keseluruh alam.

3). Mendengarkan para masyeikh terdahullu yang memberikan nasihat apabila terjadi ikhtilaf kembalilah ke Nizamuddin.

4). Masjid Kebon jeruk merupakan satu-satunya markas dakwah indonesia yang telah ditetapkan, diakui dan dikenal seluruh dunia. 

5). Adanya usaha-usaha secara sistemik pembentukan opini dan markas-markas tandingan didaerah-daerah yang memperuncing semangat perpecahan.

6). Membuat markas-markas tandingan bukanlah pilihan yang bijaksana.

HIMBAUAN PRIBADI

Ikhtilaf telah begitu banyak menguras energi secara moril maupun materiel, telah merusak sifat-sifat da'i dikalangan ahbab, terutama di level akar rumput (grass root). Terus terang kita tidak terbiasa dengan budaya konfik seperti yang terjadi pada harakah lain. Kita hanya mengenal satunya kerja, fikir dan risau ummat. Untuk itu jangan biarkan diri kita lelah dan letih untuk urusan yang bukan urusan kita. Jangan sampai kita dihinggapi penyakit futhur terhadap usaha dakwah. Marilah satukan kembali potensi yang selama ini sudah banyak terbuang secara sia-sia. 

Hidupkan kembali semangat persatuan dengan KEMBALI KE NIZAMUDDIN. (Jakarta, Kamis 5 Oktober 2017, Akhukum fillah, Nasar Azis)

No comments:

Post a Comment