Old Delhi Basti Nizamuddin di diami oleh Keturunan Syaidina Abu Bakar. Cerita dan riwayat ini sangat jarang didengari oleh jutaan pekerja pekerja agama atau rakan seusaha kita. Pada abad ke 19 di kawasan sekeliling Nizamuddin yang mana terdapat Masjid Banglawali asal muasalnya adalah hutan kecil di pinggiran kota New Delhi , pada awal penjajahan Inggris/British di India daerah ini dimiliki oleh seorang kerabat Raja Moghul yang dikenal dengan panggilan Nawab, Nawab artinya Raja untuk Raja Islam di zaman itu Raja adalah panggilan bagi kerabat bangsawan Raja-raja Hindu.
Nawab ketika itu sering dituduh aneh-aneh oleh Mahkamah Kolonial Inggris/British dengan taruhan nyawa dan hartanya atas perbuatan yang tak pernah dia lakukan dan tentu saja tak pernah terbukti. Waktu itu adalah masa yang sulit bagi tokoh2 atau pembesar pembesar Islam. Orang Hindu menggunakan fitnah dan hasutan pada kerajaan Inggris/British terhadap orang Islam. Tapi Allah swt gerakkan rencanaNya dengan penuh kebijaksanaan .
Pada waktu yang bersamaan, terdapat seorang alim ulama yang warak dan zuhud, dari keturunan Syaidina Abu Bakar ra bernama Mualana Ismail yang menetap di Saharanpur. Nama beliau cukup terkenal dan sedang masyhur sebagai alim dan wali di Jazirah India. Yang menyebabkan banyak orang meminta hajat yang bermacam macam seolah2 beliau adalah ahli nujum atau seorang dukun. Keadaan ini telah menganggu jiwa dan hati beliau. Maka beliau pun mengasingkan diri hidup di sebuah hutan di Delhi.
Pada suatu hari, Nawab pergi berburu bersama anak buahnya di sekitar hutan miliknya dalam perburuan beliau itu, beliau terkejut ketika menjumpai sebuah bangsal buruk dan seorang berjanggut dan bersurban dalam hutannya dengan sikap besar diri sebagai pemilik tanah, Nawab memanggil si janggut itu padanya dengan sikap merendah diri, si Janggut meminta maaf kerana mendiami tanah si Nawab dan lantas meminta izin untuk tinggal di situ. Akhirnya si Janggut itu pun dibolehkan mendiami tempat tersebut dengan syarat si Janggut itu bersedia menjadi 'Gulam' atau budak suruhan menjaga hutan itu. Syarat ini di terima. Tanpa disadari oleh Si Nawab bahawa Si Janggut itu adalah si alim Maulana Ismail.
Diwaktu yang tidak lama kemudian, Nawab akan di adili di Mahkamah Pengadilan Kolonial atas dakwaan berkomplot untuk mengulingkan kerajaan Inggris/British dari tanah India. Jika terbukti bersalah, beliau akan di hukum mati dan hartanya akan dirampas. Nawab berada dalam kerisauan dan kegelisaan.
Beliau dinasihati oleh rekan kerabat dan sanak saudaranya agar mencari seseorang yang mempunyai hubungan yang kuat dengan Allah dan doa yang makbul. Mereka percaya hanya itu satu2nya cara untuk selamat dari tuduhan dan hanya Allah swt saja tempat mengadu permasalahannya. Maka beliau pun bertanya pada orang2 di banyak tempat dimana bisa menemui orang yang mempunyai kelebihan dibidang agama.
Kebanyakkan orang menyebut nama Maulana Ismail dari Saharanpur. Nawab pun mencari di Saharanpur tapi malangnya orang yang dicari telah lama menghilang. Tanpa berputus asa, Nawab berusaha keras untuk mencari Maulana Ismail. Alangkah terperanjatnya waktu ia diberitahu anak buahnya bahawa orang yang dicari cari adalah si 'Gulam' di hutan nya dengan tergesa-gesa ia menuju kehutannya, lalu menjatuhkan dirinya di bawah kaki Mualana Ismail, si Gulam itu.
"Sekarang ini, saya adalah 'Gulam' dan anda adalah 'Tuan saya ...", kata kata yang tersembul keluar dari mulut Nawab. Lantas dibangkitkan diri Nawab itu oleh Maulana Ismail dan dengan penuh simpati mendengar keluh kesah Nawab itu. Maulana mengusulkan cara bagaimana untuk selesaikan masalah tersebut. Nawab diminta untuk berwudhuk lantas di ajaknya Nawab untuk solat hajat bersama samanya, kemudian ia minta Nawab mengaminkan doa Mualana Ismail. Beliau mengatakan kepada Nawab supaya berupaya menggunakan sendiri kekuatan solat dan doa. Mengharap dan meminta hanya pada Allah swt.
Nawab pun pada akhirnya diadili di Mahkamah dan ternyata beliau tidak terbukti bersalah. Setelah sidang selesai Nawab bergesa-gesa mencari Maulana Ismail untuk memberi khabar baik ini. "Maulana, Allah telah kabulkan permintaan kita. Sekarang nyawa saya telah selamat tapi harta saya dirampas”. Maulana Ismail kemudiannya mengusulkan supaya banding (mencabar) atas putusan pengadilan itu dan Nawab melakukan seperti yang diusulkan maulana. Seperti sebelumnya Nawab solat hajat bersama Maulana Ismail tetapi kali ini Nawab sendiri berdoa dan Maulana mengaminkan.
Akhirnya keputusan Mahkamah berpihak kepada Nawab. Nyawa dan harta di kembalikan padanya dan Kerajaan Inggris/British memberi jaminan pelindungan pada Nawab dan keluarganya, malah memberi peringatan yang sangat keras terhadap siapa saja terutama orang Hindu yang berani buat fitnah lagi akan di hukum.
Nawab berkata, ”Maulana sab, dulu nyawa dan harta saya telah hampir hilang, kini semuanya telah saya miliki kembali. Maka saya sudah buat keputusan untuk mewakafkan nyawa dan harta saya untuk Maulana …"Maka sejak hari itu Nawab berkhimat dan berguru dengan Maulana Ismail hingga akhir hayatnya dan kini pusara beliau dan Maulana Ismail masih terjaga di Nizamuddin, India.
Dan dari anak Maulana Ismail telah lahir manusia yang bernama Maulana Ilyas rah, seorang hamba Allah yang di pilih oleh Allah swt untuk menghidupkan kembali kerja kerja dakwah Rasulullah dan para sahabatnya. SubhanAllah. (Cerita asal oleh De Sutan Sari Alam)
No comments:
Post a Comment