Saturday, July 2, 2016

MERAIH MARTABAT UTAMA DARI SYUKUUR KE SYAKUUR

Oleh Prof Nasaruddin Umar.

Sayyidatina Aisyah mempertanyakan ibadah2 Nabi sedemikian aktif, baik pada siang hari, terlebih saat malam hari, mengapa engkau melakukan yg sedemikian itu? Bukankah engkau adalah Nabi dan Rasul pilihan Allah yang dijamin Syurga? Nabi menjawab dgn jawapan pendek, tetapi sarat dgn makna: "Afalam akuna' abdan syakuuran?" (Tidakkah aku sbg hamba yang bersyukur?). Kalimah yang digunakan Nabi ialah syakuur, bukan syukuur. Kata syukuur dan syakuur sama2 berasal dari kata syakara- yasykuru yg berarti bersyukur.  


Syukuur ialah mensyukuri segala nikmat yang Tuhan berikan kepada kita, seperti kesehatan, rezki, jabatan, keturunan dan keluarga yang sakinah. Sedangkan, Syakuur ialah mensyukuri segala sesuatu yang datang dari Tuhan, termasuk musibah, penderitaan, dan kekecewaan. Bersyukur terhadap berbagai nikmat Tuhan (syukuur) adalah sesuatu yg biasa. Akan tetapi, mensyukuri penderitaan, musibah, dan kekecewaan (syakuur) itu luar biasa. Syukuur banyak dilakukan og, tetapi syakuur amat langka sebagaimana dikatakan dlm ayat:  "Wa qalil min' ibadiy al- syakuur" (Hanya sedikit sekali di antara hambaku yg mampu mencapai tingkat syakuur.” (QS. Saba' [34] : 13).

Bersyukur dalam arti syukr banyak difahami secara keliru. Banyak org yg menyangka bersyukur ialah mengucapkan tahmid (alhamdulillah), tetapi sesungguhnya itu bukan syukur melainkan hanya tahmid, memuji-muji Tuhan. Bersyukur yg sesungguhnya ialah memberikan sebagian nikmat Tuhan kpd hamba-Nya yang memerlukankannya. Misalnya gaji kita dinaikkan atau kita memperoleh keuntungan dari usaha dagang kita, maka cara mensyukurinya kita harus mengeluarkan zakat, infak dan sedekah kepada org2 yg layak menerimanya atau sebagaimana ditunjuk oleh Syarak. 

Bersyukur dlm arti syakuur berarti bersabar menerima cubaan Tuhan dan tidak pernah salah faham terhadap Tuhan. Misalnya seseorang diuji dgn penyakit kronik, tidak perlu mengutuk diri sendiri atau menyalahkan org lain, bahkan menyalah kan Tuhan, melainkan harus bersabar sambil menjalani pengubatan yang intensif. Tidak boleh pasrah sebelum berusaha secara maksimum sekadar kemampuan kita. 

Nabi pernah bersabda: “Tidak ditimpa sebuah penyakit, penderitaan, kekecewaan, sampai kepada duri menusuk kaki, melainkan itu semua sebagai pencuci dosa masa lampau; tanda2 jika Tuhan mencintai hamba-Nya.” Kalau selama ini kita bersyukur dalam arti syukuur maka kita sudah berada setingkat lebih baik daripada orang yang tidak pernah bersyukur sama sekali atau hanya bertahmid.  Untuk mencapai derajat syakuur kita perlu meningkatkan kesadaran spiritual dengan meningkatkan kesabaran dan pengendalian diri. Kualiti syakuur tidak bisa dicapai tanpa berusaha untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment