Pada zaman Nabi Muhammad saw belum ada upaya pembukuan ilmu-ilmu agama Islam. Pembukuan ilmu-ilmu baru muncul pada zaman tabi’in dan setelahnya. Ilmu-ilmu yang telah dibukukan itu berguna untuk membantu kita dalam beribadah kepada Allah swt. Ilmu tafsir berfungsi untuk membantu kita memahami firman Allah swt. Ilmu hadits untuk memahami hadits Nabi. Ilmu fiqih berfungsi membantu kita dalam melakukan ibadah dengan baik dan benar, dan seterusnya. Tidak ada seorang pun yg mengatakan bahwa ia dapat menafsirkan seluruh isi Al-Qur’an. Nabi Muhammad saw telah memberikan penjelasan mengenai hal itu melalui sabdanya yang berbunyi: “Keajaiban Al-Qur’an itu tidak akan habis”.
Dan tidak ada pula seseorang yg mengaku dpt memahami al-Hadits secara keseluruhan. Tidak ada pula seseorg yg mengatakan dpt menguasai Bahasa Arab dgn semua dalalah, susunan, kata, dan kalimat2nya. Imam Syafi’i r.a berkata, “tidak ada yg menguasai Bahasa Arab secara sempurna kecuali Nabi Muhammad saw”. Setiap org tidak ada yg mengaku dpt mengumpulkan dan menceritakan secara persis keadaaan dan keadaan Nabi beserta sahabat2nya. Tidak ada pula seseorang yg mengaku mewarisi semua ilmu yg ada pada diri Nabi Muhammad saw. Bahkan para pewaris Nabi yg sesungguhnya tidak mengaku-aku bahwa merekalah pewaris Nabi. Mereka tidak mewarisi semua ilmu Nabi Muhammad saw, akan tetapi mereka hanya mengambil dari Rasulullah satu ranting dari pohon yg besar. Mereka hanya mengambil satu gayung dari lautan ilmu Rasulullah saw.
Di dalam Islam kita mengenal 3 jenis ulama. Ulama yang pertama ingin menjaga unsur Islam. Kelompok ini dinamakan dengan ulama ahli fiqih. Kelompok yang kedua ingin menjaga unsur iman. Mereka disebut dgn ulama ahli tauhid. Adapun kelompok ketiga ingin menjaga unsur ihsan. Mereka itulah yg dinamakan dgn istilah sufiyah (org Sufi). Orang Sufi adalah para Ahlullah yg berusaha mencari hakekat. Mereka berbicara mengenai taubat, muraqobah, cinta kerana Allah, benci kerana Allah, membersihkan hati dari segala kotoran dan penyakit2nya, tawakal, redha, zikir dan tafakur. Adapun kitab2 yg membahas masalah ini diantaranya adalah kitab Risalah Qusyairiyyah karangan Imam Qusyairi, kitab Qutul Qulub karangan Syekh Abu Tholib al-Makki, kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali, dan masih banyak kitab lainnya. Mereka adalah kekasih pilihan Allah swt.
Sufiyah berasal dari Bahasa Arab shofa yang memiliki makna suci. Maksudnya bahwa hati mereka telah suci dan bersih dari segala sesuatu selain Allah SWT. Hati mereka telah dipenuhi rasa rindu dan cinta kpd Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “beribadahlah kpd Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak melihat-Nya, maka Allah melihat engkau”. Mengenai hadits ini para Sufi mengatakan bahwa tingkatan yg pertama lebih tinggi dari pada tingkatan yg kedua.
Maksudnya, beribadahlah kpd Allah hingga engkau bisa mencapai maqam kedekatan seolah2 engkau melihat Allah. Jika engkau tidak mencapai maqam ini, maka turunlah ke maqam yg lebih rendah, yaitu keyakinanmu yg kuat bahwa Allah melihatmu. Beribadah kpa Allah adalah satu hal yg sudah disepakati oleh semua org. Ibadah adalah keharusan. Ibadah itu dilakukan terus-menerus sampai hari kiamat datang. Ibadah menjadikan seseorang mampu merasakan sesuatu di sebaliknya. Kita harus memiliki keinginan dan tekad yg kuat utk merasakan sesuatu di dlm ibadah. Jika kita terus-menerus menutupi akal dan hati kita utk merasakannya, kita akan kehilangan lautan kebaikan dan kita akan terus berada di posisi luar yg tidak akan tahu apa-apa yg ada di dlmnya. Mari kita memohon kpd Allah swt agar segera membuka mata hati kita.
No comments:
Post a Comment